AATPSC : Mencoba Mekar dengan Album Kedua

Jan 2, 2019

Menyesal melewatkan sesuatu yang keren di penghujung tahun, apalagi jika itu berasal dari band keren asal jogja bernama Auretté and The Polska Seeking Carnival (AATPSC), setelah diterpa banyak isu seputar bubar (atau mungkin vakum), kolektif folk asal Jogja ini kembali dan mencoba ‘mekar’ dengan merilis album keduanya bertajuk Bloom.

Dirilis resmi pada 25 Desember 2015 di Spotify, iTunes, Apple Music, Youtube, Deezer, Google Play Music, Tidal, Napster, Amazon Music, dan layanan digital stores lainnya, sedikit berani bagi ukuran band untuk merilis album di bulan-bulan liburan ini, namun sebenarnya untuk ukuran musisi, mau rilis kapan saja sih tak jadi masalah. Kami di redaksi mengapresiasi album ini dengan baik.

Meski CD fisiknya belum dirilis, namun kami terkesan ketika melihat sampul album ini yang didesain sangat menarik. Seorang lukisan wanita dikelilingi bunga bermekaran, sesuai tajuk album ini.

Dan ya, Bloom diamini mereka sebagai representasi sebuah perubahan atau transformasi yang terjadi baik dari segi musikal maupun personel AATPSC. Secara personal, sejak terbentuk pada 2012 silam hingga sekarang, setiap personel band telah mengalami banyak perubahan dalam hidup mereka.

Menyimak musiknya, jelas berbeda dengan album debut AATPSC di 2013 silam. Instrumen musik sedikit tereduksi, di lain hal ada elemen instrumen dan sampling elektronik yang pelan-pelan menyusup masuk di 12 lagu yang ada di album Bloom. Penggunaan bahasa Inggris, ciri khas mereka tetap ada, namun pelan-pelan lagu-lagu berlirik bahasa Indonesia mulai masuk.

Coba dengar single pertama bertajuk “Rinai Hujan”, sebuah lagu yang menurut mereka  berkisah tentang seseorang yang bersedih dan merasa sendu di kala berdiri di tengah hujan, ia mengharapkan seseorang menemuinya dan mengajaknya berteduh. Meski suasana sedih yang kami harapkan pada kenyataannya berbanding terbalik dengan suasana lagunya yang up tempo. Beberapa tema menarik non-cinta juga hadir dari lagu-lagu di album ini.

Yang menarik di album ini pula, AATPSC menggandeng beberapa musisi untuk berkolaborasi, seperti Gardika Gigih dalam lagu “The Bell Jar”, serta YK Brass Ensemble mengisi departemen brass section atau alat tiup besi dalam tiap lagunya.

Sedikit mengilasbalik AATPSC, setelah wara-wiri di berbagai panggung dan merilis album pertama, AATPSC mulai dikenal oleh khalayak penikmat musik. The Jakarta Post menyebut AATPSC sebagai “…unassuming young men and women who carved their own niche by playing music that is not only unique but also a breakthrough in a scene…” . Nah, apakah AATPSC bisa Mekar kembali Bloom? Kita lihat saja di 2019.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Satu Dekade Tulus Mendengar Album Gajah

Album Gajah adalah jangkar, ia membuat banyak penggemar Tulus diam sejenak, mendengar lagu-lagu indah sembari merenungi apa yang terjadi dalam hidup

Bank Teruskan Perjalanan dengan Single Fana

Setelah tampil perdana di Joyland Bali beberapa waktu lalu, Bank resmi mengumumkan perilisan single perdana dalam tajuk “Fana” yang dijadwalkan beredar hari Jumat (29/03).   View this post on Instagram   A post shared …