10 Musisi Bali yang Wajib Disimak

Aug 2, 2023

Pada artikel sebelumnya saya memberi pengantar untuk menggambarkan sedikit tentang kabar terkini soal perkembangan ekosistem musik di Bali hari ini. Untuk menyampaikan secara kompleks tentu sangat susah untuk saya utarakan jika hanya melalui satu artikel saja, maka artikel sebelumnya cukuplah menjadi pengantar dan perkenalan saja. Yang kemudian akan berkembang menautkan kesejarahan Bali, kondisi budaya serta laku tubuh masyarakat Bali itu sendiri menghadapi budaya urban hari ini.

Pada artikel selanjutnya mungkin juga sebagai upaya memperkenalkan secara dasar apa yang sedang berkembang hari ini di Bali, mungkin dengan tujuan untuk melebarkan kembali upaya untuk mendiskusikan dan melakukan interaksi tukar referensi sesama penikmat musik, pelaku musik dan segala aspek yang berkelindan pada tatanan ruang kreatif musik di Bali. Meski Bali sendiri sudah melahirkan banyak musisi nasional terkenal seperti: Superman Is Dead, Navicula, The Hydrant, Nosstress, Jangar, Rollfast dan Gabber Modus Operandi. Berikut adalah 10 musisi muda yang menarik untuk disimak dan tidak boleh dilewatkan untuk didengar dan disaksikan jika teman-teman berkunjung ke Bali.

1. Kanekuro

Salah satu band bergenre post punk dari Bali, beranggotakan Andre Oktovan (vocal), Hendra Ginting (bass), Gesta (gitar) dan Rio (drum). Band yang mengusung tema kegelapan ini juga menautkan ketertarikan mereka terhadap isu menyoal kesehatan mental. Jejak karya mereka terakhir adalah EP Apologia dirilis oleh Skullism Records (2022) yang bisa teman-teman dengarkan pada platform-platform musik.

 

2. Kadapat

Proyek musik dari dua komposer muda asal Bali yaitu Barga dan Yogi, mereka berdua adalah musisi yang begitu dekat dengan tradisi Bali dan kerap kali memainkan musik-musik gamelan Bali pada ritual keagamaan dan upacara adat lainnya. Tapi sebagai generasi millenial mereka juga mendapat intervensi musik baru hari ini di Bali. Mengangkat isu soal mistis ilmu hitam/putih di Bali, mereka berupaya untuk menyatukan musik tradisi dengan musik elektronik. Hasilnya kita bisa melihat bagaimana Bali yang begitu sakral juga bisa beradaptasi oleh budaya urban, teknologi yang begitu kencang menggempur Bali. Jejak karya mereka berupa album bisa didengar via Bandcamp, Kadapat – Kadapat yang dirilis oleh Gorong-Gorong Records.

3. Madness On Tha Block

Kolektif musik rap asal kota Denpasar yang terbentuk sejak 2016, beranggotakan lima pemuda ugal-ugalan; Kid Clique, Loseyes, W. Jenggo, B-Radio dan Da Kriss. Mengusung 90’s nuansa boombap yang dikombinasikan dengan rap style berlogat khas dari lorong-lorong gelap kota Denpasar, Bali. Teman-teman tidak akan heran jika bertemu MOTB pada acara seperti Bali Tolak Reklamasi, di gigs moshpit Hc/Punk, Hiphop gigs, gigs eksperimental noise bahkan bertemu mereka di tikungan jalan-jalan kota Denpasar. Karena dasarnya mereka memang dekat dengan gaya bercanda lokal ala anak muda Bali, merekapun kerap kali menjadikan isu sosial politik, lingkungan hidup, gosip-gosip scene, hingga kekonyolan yang terjadi di sekitar Bali untuk dijadikan bagian dalam lirik mereka.

 

4. Cassadaga

Band yang berangkat dari pendeketan Eksperimental Rock ini beranggotakan empat personil; Arya Oka (vocal dan gitar), Artha Yoga (bass), Angga Surya (Drum) dan Artha Wibawa (gitar). Bukan seperti band rock pada umumnya, mereka juga memiliki satu pendekatan menarik sebagai punggawa musik bergenre modern. Mereka memakai mitos-mitos Bali dalam penggarapan materinya, baik secara narasi lirikal dan bahkan musikal. Mereka kerap kali mengadaptasi nada-nada musik tradisi ke dalam musik rock mereka bahkan menyatukannya dengan sinden Bali. Mendengar Cassadaga sama hal seperti melihat bagaimana kemistisan mitos-mitos Bali jika dijadikan dalam bentuk musik rock.

5. Milledenials

Unit emogaze ini mungkin sudah tidak asing di kalangan beberapa pendengar musik bawah tanah, mereka kelap kali mengisi acara-acara kecil di beberapa gigs di Bali, bahkan mereka juga ikut serta meramaikan deretan lineup festival musik di Bali dan Jakarta. Perjalanan tour mereka ke daerah-daerah di Pulau Jawa tentu sangat membantu mereka untuk makin eksis di kancah musik Indonesia untuk perlahan-lahan mulai muncul. Milledenials sering kali digadang-gadang sebagai sebuah aset yang menarik dari Bali. Beberapa waktu lalu juga mereka baru meluncurkan EP mereka berjudul “The Peak Of Youth Life”, adalah sebuah perayaan patah hati melewati masa-masa sulit remaja yang mulai memasuki umur seperampat abad.

6. Oz the Oddz

Musisi solois rap asal Bali ini memiliki pendekatan Emo Rap, bagaimana Oz the Oddz sendiri mengeksplorasi musik trap, emo, rock dan RNB dengan pendekatan lirikal yang bercerita tentang emosional negatif, patah hati, depresi dan kecanduan pemakaian obat-obatan. Oz the Oddz baru saja meluncurkan album pertamanya berjudul “I’m Good. I’m Fine” dan dalam waktu dekat sedang merencakan tour pertamanya bertajuk “Finally. A Tour”, yang berencana menyinggahi empat titik kota yaitu; Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Bandung.

7. Astera

Astera adalah grup musik alternatif pop, pada tahun 2018 baru mereka mencoba untuk mengkemas ulang konsep mereka secara utuh. Mengembangkan konsep seni pertunjukan dan fundamental musik baru. Mengembangkan ritme yang sarat hook dan getaran melodic gitar pada pendekatan terhadap referensi mereka yaitu; Two Door Cinema Club, Hippo Campus dan lebih banyak sisi pop The 1975. Band yang beranggotakan Rio Bagastyan (vocal), Raden Bagus (gitar, vocal), Dode Debby (bass) dan Chandra Raditya (drum) dapat mengantarkan kita untuk menyentuh hati dan pikiran lewat musik dan lirikal meski itu untuk pertama kali mendengarnya. Beberapa waktu lalu mereka baru saja merilis single, “Don’t Cry” digawangi oleh record label bernama Pohon Tua Creatorium yang berbasis di Bali.

8. Kenya

Unit Hardcore asal kota Denpasar ini juga salah satu band yang tidak boleh dilewatkan untuk didengar terutama untuk teman-teman yang menyukai musik bergenre keras seperti Hc/Punk. Band yang baru terbentuk pada tahun 2022 ini kemunculannya cukup pepat diperbincangkan pada scene-scene bawah tanah di Bali. Bahkan mereka juga sempat menjadi pembuka pada tour asia band hardcore bernama “Speed” di Jakarta beberapa waktu lalu. Baru-baru ini mereka juga merilis MV untuk single mereka berjudul “Watch Out!”, berkolaborasi dengan salah satu brand asal Bandung bernama Housted Youth. Beranggotakan; Gungwah (vocal), Bagus (gitar), Gung Yoga (bass) dan Arya (drum) tidak boleh dilewatkan untuk disimak, Kenya! 100% Denpasar Real Da Shit!

 

9. Concise

Band yang terbentuk berdasarkan referensi musik yang didengarkan oleh personilnya masing-masing ini juga cukup menarik untuk disimak. Menggabungkan elemen musik seperti indie pop, dream pop, shoegaze dan post punk kemudian mereka kembangkan sendiri proses musikalitasnya. Beranggotakan Mang Artha (vocal dan gitar), Wahyu Pratama (gitar), Yudistira Yoga (drum) dan Amelia (bass) menjadi salah satu band yang menjanjikan dengan musiknya yang fun dan berwarna.

 

10. Soulfood

Trio Soul/R&B beranggotakan Bam Goerge (gitar), Lyta Lautner (vocal) dan Palel Atmoko (drum) ini adalah salah satu band yang sangat menjanjikan juga asal kota Denpasar. Di bawah naungan Pohon Tua Creatorium mereka telah melahirkan banyak karya. Musik mereka yang cathcy mampu membawa siapapun untuk menari, bahkan sering kali saya mendengar obrolan spontan dari teman kesan pertama kali ketika mendengar musik dari Soulfood mereka tidak percaya bahwa band ini berasal dari Bali. Soulfood sangat patut masuk playlist teman-teman untuk menemani rutinitas keseharian. Salah satu lagu mereka berjudul “It Does Make Alright” dari barisan nomor EP pertama mereka “It Won’t Over” menjadi salah satu lagu favorite saya.


Mungkin agak sangat subjektif ketika saya memberikan 10 rekomendasi musisi asal Bali yang wajib disimak, seolah saya menganggap Bali hanya dihuni oleh musisi-musisi yang sudah saya sebutkan. Sebenarnya saya yakin teman-teman sendiri-pun memiliki referensi yang tak kalah menarik. Bali cukup banyak memiliki aset musisi-musisi yang bagus yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, mereka bergerak pada lintasan ruang yang beraneka ragam. Mereka memiliki satu premis yang sama yang kemudian menjadi sebuah kesepakatan membentuk sebuah scene, mungkin bagi orang awam itu adalah sebuah pengotak-ngotakan, tapi bagi saya pribadi itu adalah sebuah upaya untuk mempermudah para penikmat dan pegiat musik untuk membaca pemetaan musik di Bali.

Ada musisi yang bergerak pada kelindan tradisi dan modern, ada musisi yang bergerak pada kelindan cafe-cafe di pinggiran Kuta, ada musisi yang berkembang mengikuti perkembangan daerah Canggu dengan sub urban-nya, ada musisi yang sampai sekarang masih menyuarakan isu politik di Bali, sangat beraneka ragam. 10 dari kurasi saya mungkin hanya sebagian kecil hasil pemetaan saya, tapi begitulah Bali hari ini sungguh sangat berwarna dan sangat menarik untuk terus diikuti tumbuh kembang ekosistem musiknya.

 

Ilustrasi oleh Agung Abdul Basith.


 

Penulis
Agus Noval Rivaldi
Agus Noval Rivaldi (Aguk), adalah penulis/pengangguran yang suka menulis musik, teater dan budaya dari tahun 2018. Tulisannya bisa dibaca di Tatkala.co, Sudutkantin.com, Jurnalmusikmagz.medium.com dan beberapa zine yang diterbitkan oleh kolektif lokal Bali.

Eksplor konten lain Pophariini

Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian

Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW.     …

Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024

Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11).  Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …