10 Musisi Sophisti-pop Kota Malang yang Patut Disimak
Sophisti-pop adalah sebuah nama genre yang akhir-akhir ini mengalami kebangkitan kembali selama 10 tahun terakhir. Genre ini bisa dibilang hybrid atau memang (mixed music genre) karakteristiknya bisa dirasakan di beberapa musisi-musisi Indonesia yang cenderung membawakan musik yang jazzy, groovy, romantic, funky, dan sedikit chill. Agak berbeda dengan akarnya berasal dari Inggris Raya yaitu sedikit menyisipkan nuansa new wave 80-an dan soul di antara nuansa utama jazz, musisi sophisti-pop Indonesia cenderung menitikberatkan ke nuansa funky, romantic, dan chill. Sejak naiknya popularitas Sal Priadi, Coldiac, dan Atlesta, Malang tak henti-henti menelurkan bakat-bakat penghasil soundtrack pacaran paling chill untuk muda mudi kota pelajar ini.
Ekosistem yang Mendukung
Di Kota Malang sendiri musisi-musisi yang cenderung punya aransemen sedikit jazz namun bernuansa musik pop lahir dan berkembang di lingkungan kampus. Universitas Brawijaya sebagai salah satu kampus bertaraf nasional di Malang yang punya festival jazz yaitu Kharisma Jazz Festival sebelum berubah menjadi Kharisma Music Festival untuk para civitas akademika khususnya mahasiswa unjuk gigi dan berkompetisi. Malang juga punya komunitas Jazz Kemisan yang rutin keliling coffee shop ke coffee shop di Malang untuk jamming. Bahkan salah satu event jazz nasional yang tur menggunakan stage bus juga menjadikan Kota Malang sebagai destinasi tetap di setiap tahunnya. Pula musisi seperti Pamungkas, Juicy Luicy, Raisa, dan MALIQ & D’essentials sering mampir ke Kota Malang. Tak pelak, musisi-musisi sophisti-pop yang hadir di kota ini seperti didukung ekosistem yang sehat untuk mengembangkan talenta dan menjaga konsistensinya.
Peran label rekaman yang dimiliki Coldiac seperti GZZ Records dan Pops You Good yang dimiliki Atlesta ikut andil dalam memelihara api semangat musisi-musisi sophisti-pop atau pop mewah di Malang untuk terus berkarya. Musisi-musisi sophisti-pop ini lahir dari kampus dan jarang bersinggungan dengan skena indie-pop, emo, dan underground di Malang, maka playground yang sering mereka gunakan untuk tampil adalah acara kampus maupun festival atau kompetisi jazz pop yang sering menyasar mahasiswa. Di acara-acara kampus pula musisi-musisi dari GZZ Records dan Pops You Good sering tampil menghibur demografi ini.
Networking Adalah Kunci
Walaupun sekarang informasi mudah mengalir melalui media sosial dan search engine yang bisa diakses di ponsel, musisi-musisi yang berbasis di kampus ini sayangnya masih punya kendala akses ke medan sosial yang mampu mendukung mereka menuju tawaran tampil di gigs lokal luar kampus maupun acara festival tingkat kota. Mereka sering ditemui di gigs UKM musik maupun acara kampus yang berhubungan dengan selebrasi penutupan seperti Dekan Cup maupun POM.
Menurut Radinang Hilman, penulis musik dan Co-Owner Rekam Jaya Malang, band-band sophisti-pop kebanyakan datang dari dalam kampus, umumnya UKM home band sehingga tampak jarak dengan anak-anak band yang bersosialisasi di luar kampus.
“Sedangkan, umumnya para mahasiswa itu datang dari berbagai kota (yang aktivitas bermusiknya seakan punya kontrak sepanjang masa kuliah -yang jika tuntas masa studinya, ya pulang ke kampung halaman dan cari kerja- klise). Padahal kalau band-band sophisti-pop berbasis mahasiswa ini keluar dari tembok kampus, mungkin akan lebih maksimal pergerakannya,” jelas Hilman.
Melihat fenomena tersebut, UKM Musik atau home band akhirnya beberapa kali mengadakan acara di luar kampus yang bisa dihadiri pengunjung umum. Di situ pula terkadang dari pihak label ada yang menyempatkan untuk scouting bakat-bakat baru untuk diberdayakan. Seringkali juga musisi-musisi sophisti-pop yang umumnya lahir dari UKM kampus akhirnya terbantu dengan pengamatan secara tidak sengaja saat dari band-band GZZ maupun PYG melihat penampilan musisi pembuka dari UKM musik tersebut.
“Mungkin contoh yang bisa dilihat adalah GAHBM, Remissa, Tani Maju, dan Coldiac. GZZ Records ini punya reputasi oke. Ya, maklum nyinggung GZZ dan Pops You Good juga kita bakal inget Coldiac dengan reputasi skala nasional. Balik lagi, teman-teman kampus ini sebenarnya banyak banget yang ingin keluar kampus dalam artian mengenalkan karyanya. Tapi kebanyakan mereka bingung mau ke mana. Karena memang ‘kantong-kantong’ musik di kota Malang yang jangkauannya sampai dalam kampus memang sedikit. Jadi wajar aja kalau teman-teman kampus ini kebanyakan mengarah ke kantong-kantong yang memang sudah akrab di telinga mereka seperti GZZ dan Pops You Good, yang notabene dua label ini memang sering banget bersinggungan dengan acara kampus (selain karena reputasi nasional),“ tutup Hilman.
View this post on Instagram
Banyaknya coffee shop fancy yang cocok untuk spot berpacaran juga ikut mempopulerkan gaya musik ini karena dinilai gaya musik sophisti-pop cukup sinergis dengan atmosfer dan estetika visual coffee shop kekinian yang modern dan urban, sampai-sampai salah satu coffee shop besar di Malang saja mengundang Coldiac untuk grand opening cabangnya. Berikut beberapa musisi sophisti-pop terkini Kota Malang yang layak untuk disimak.
Fahem
Mengawali karier bersama Morisade band alternative/blues pop yang juga telah merilis album Heterochromia di 2020, Fahem atau Mohammad Irfan Fahmi akhirnya memutuskan untuk bersolo karier pada 2021 ketika ia merilis single “Another Pills” dan EP In Relationship with Memories. Lewat vokalnya yang smooth dan gitar yang bluesy ala John Mayer, ia kemudian memutuskan bergabung dengan GZZ Records dan merilis album Moon (2023). Simak lagu “Once More” dari album Moon yang super smooth itu di bawah ini.
Eas.y
Memasuki tahun ke-4, Eas.y tetap konsisten dengan format kuartet yang diisi oleh Bastya Indrawan (Bastya) pada vokal dan keyboard, Yogie Satya Ferdinand (Yogie) pada drum, Erland Oktafaisal (Erland) pada gitar, dan Karima Sasiseptiana (Rima) pada vokal. EP COUNTLESS HOURS mereka yang rilis 2024 ini telah mengukuhkan signature sound mereka yang synth oriented nan melankolis dan sedikit tersirat pengaruh dari Blue Nile, bahkan yang modern seperti Lany. Mereka juga baru saja mencicipi festival luar kota pertama mereka di Land of Beauty, Yogyakarta tanggal 31 Maret 2024 lalu. Cek trek “May 6th” yang menyayat namun smooth di bawah ini.
Yusril/YSRL
Kelahiran Sumenep 16 Juni 1998, Yusril datang ke Kota Malang sebagai pelajar dan stay sebagai musisi. Yusril telah merilis dua EP yaitu Emergency (2023) dan Hope (2024). Dengan pendekatan produksi ala bedroom musician seperti Phum Viphurit dan suara sehalus Mike Milosh Rhye, Yusril sudah selayaknya banyak tampil di panggung-panggung di Kota Malang yang selama ini didominasi emo, folk, hardcore, metal, dan indie pop. Cek trek “November” yang bittersweet nan smooth di bawah ini.
Angkasara
Mengawali karier sebagai band yang sangat terpengaruh oleh Cholil Mahmud dan kawan-kawan di era album Hangkarsa (2019), Angkasara menjelma menjadi band soft-rock dan blue eyed soul ala Fleetwood Mac, bahkan terpengaruh city pop revival ala Numcha sejak EP Positive Thought Before Bed beredar. Cek trek mereka berjudul “Berganti Warna”. Di trek ini, Yuli Imam Utomo (vokal, gitar), Agnesia Puji Kharisma Putri (vokal), M. Isra Ardhiansyah (drum), dan Pramatatya Marta Mahendra (gitar) mampu meramu aransemen yang groovy namun juga dengan fondasi lirik yang melankolis dari sudut pandang pengagum rahasia.
Duo Al Mel (Saladdays)
Bisa ditemui di Digital Streaming Platform dengan nama Saladdays, duo yang kini bernama Al Mel, mengambil moniker dari nama asli mereka telah mencuri perhatian publik Kota Malang dengan single “Sunglasses” (2021) dan kemudian single “Tell Me” (2022). Walaupun dengan pendekatan produksi bedroom, kualitasnya sangat smooth dan bahkan ada nuansa jazzy ala Everything But The Girl maupun The Marias. Aliya Nareswari dan Amelia Tri yang juga sama-sama berkuliah di DKV Binus Malang, saat ini sedang menjalani masa-masa magang dan kesibukan dunia pra-karier sehingga tidak banyak aktivitas bermusik yang muncul di permukaan. Mari kita nantikan kembalinya mereka ke skena musik.
Adebolo
Mungkin lebih dekat ke pop, R&B, dan gitar bluesy ala John Mayer. Ade Dewantara Wibowo atau Adebolo telah merilis 3 single sejak 2023. Di sela-sela profesinya sebagai Chef kedai Dua Legenda, dia mampu meramu lagu-lagu yang chill dan soulful selain meramu bumbu untuk hidangan. Single terbarunya “Series” yang chill ternyata menceritakan bahwa perjalanan percintaan tidak selamanya mulus seperti di film-film seri drama romantis.
Anggoro Ari
Pamungkas banyak memberi pengaruh besar ke Kota Malang sejak ia konser di 2019, salah satunya Anggoro Ari, yang telah merilis 2 single bertajuk “Berlalu” dan “Sirna” di 2024. Lewat tangan dingin Yusril/YSRL, Anggoro Ari mampu menyajikan musik yang smooth dan funky terutama di lagu “Sirna” yang ternyata liriknya tentang pengalaman patah hati.
One More Light
One More Light yang dihuni Nindi Cahya Sahputra (vokal), Pradhita Wahyu Alfarezy (gitar), dan Randa Kresna Putra Pangestu (gitar) terbentuk tanggal 1 Januari 2023. Baru mempunyai satu single berjudul “With You” yang rilis 14 Desember 2023. Kabarnya mereka akan merilis single kedua dalam waktu dekat.
Peatersally
Peatersally, band asal Malang yang digawangi Decky (keyboard), Danny Pratama (bas), Reffan Pandu (drum), Almyra Gazka Fiorenza (vokal), dan Hisyam Fauzi (gitar) terbentuk sejak 2010. Band ini lahir dari sebuah project untuk festival band dan selanjutnya aktif bersama beberapa komunitas musik di Malang. Seiring berjalannya waktu para personel Peatersally mengalami beberapa kali perombakan sampai akhirnya menemukan personel tetap yang bertahan sampai saat ini sejak 2017. Musik Peatersally merupakan cerminan musik di era sophisti-pop tahun 2000-an yang didominasi band jazz, funk, maupun R&B semacam The Groove atau Incognito. Simak lagu “Maaf” yang merupakan trek ke-3 EP Seeker (2020) di bawah ini.
Marigold
Meramu musik R&B dan jazz funk, Marigold hadir sejak 2017 dan terbentuk di salah satu kampus di Malang. Band yang tergabung di GZZ Records dan beberapa kali berganti formasi kini tersisa tinggal Ivan Janitra (gitar) dan Faisal Farissi (bass) sebagai anggota awal. Marigold sudah merilis total 5 single sejak 2017 dan dua videoklip “Addicted” dan “Turut Bahagia” garapan sutradara Prialangga. Single “Tension” pun dirilis ulang pada 2023 lalu.
Honorable mentions: Liqua, Downbeat, LPF (Low Pro Funk), dan Philosophia.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …