100 Lagu Indonesia Terbaik 2022

Jan 7, 2023

Lagi, tak dapat diperkirakan secara percis berapa jumlah lagu baru yang rilis oleh band atau musisi di sepanjang 2022. Namun, selalu ada alasan untuk kami mendengarkan, menyimak, dan menginformasikan karya yang dihasilkan mereka.

Semua hal tentang musik bisa dinikmati dengan berbagai macam cara. Ada lagu yang begitu didengarkan langsung suka, ada pula butuh waktu memproses dengan melihatnya dibawakan secara langsung, atau memang bukan selera.

Dengan tujuan yang masih sama seperti tahun lalu, mengapresiasi karya musik Indonesia. Redaksi Pophariini kembali mengeluarkan daftar 100 lagu yang rilis dalam bentuk single, mini album, maupun album.

Bukan soal mana yang paling terbaik, melainkan urutan yang tertera di bawah ini sekadar menandai. Apakah lagu yang sering kalian putar masuk di daftar? Selamat membaca. 


Anto Arief

1. C.H.R.I.S.Y.E – Laleilmanino

Laleilmanino / Dok: Studio Pop.

Lagu ini menembus kesalahan cukup fatal yang dilakukan Diskoria dalam video musiknya dan mematikan pesona lagunya: koreografi tak tertata pria paruh baya yang berdansa pada irama musik yang jelas sudah enak. Bayangan saya koreografinya akan semenarik Christopher Walken dalam video musik Fatboy Slim ft. Bootsy Collins, “Weapon Of Choice”. Tapi ya sudah lah. Untung ada versi Laleilmanino.

 

2. Perjumpaan Kita – Candra Darusman, Dian Sastrowardoyo

Candra Darusman & Dian Sastrowardoyo.

Altar pemujaan sempurna bagi dua tokoh penting dunia populer Indonesia: Candra Darusman dan Dian Sastrowardoyo. Lagu menggemaskan sekaligus menyulitkan (untuk dimainkan). Dan musik afro cuban jazz nya itu loh, ajang pamer akar musik Candra Darusman yang sesungguhnya. FYI Candra Darusman Latin Jazz band sempat beliau bentuk sebelum band fusion jazz 80an, Karimata. Itu yang membuat lagu pop-samba ini sangat padat gizi.

 

3. Kembali Ke Akar – Navicula

Rock belum mati, kuartet rocker grungy asal pulau Dewata ini buktinya. Formula mereka masih sama. Riff gitar yang catchy, dengan sound 90an, letupan energi musik grunge, lirik mencuri perhatian, dinyanyikan lantang dengan vokal Robi yang garang. Sebetulnya rumus ini telah dipakai berulang-ulang, namun output energinya yang selalu berbeda!

 

4. Lantun Mustahil – Silampukau

Silampukau / Dok. Synchronize Fest (M. Tubagus Rizky)

Sejak debutnya, saya penggemar berat duo ini. Vokal berat plus musik melayu dan folk mendayu yang tidak terdengar menye-menye, malah sebaliknya gagah dan bersahaja. Hanya bisa diberlakukan oleh duo ini. Dan di single barunya mereka kembali sukses melakukan hal ini.

 

5. Berantakan – Romantic Echoes

Kepiawaian J. Alfredo bernyanyi bahasa Indonesia dengan musik yang unik menonjol di sini. Aroma musik funk/soul blaxploitation ala album Superfly (1972) milik Curtis Mayfield tercium kuat. Ketukan drum nge-groove, bassline funky, gitar dengan efek wah basah, perkusi berkejar-kejaran ditimpali vokal bernyanyi rendah, tinggi hingga falsetto dalam bahasa Indonesia dengan tanpa kesulitan berarti.

 

6. Mau Jadi Apa – Mandoors

Dari kota Semarang, unit new wave 80an ini terdengar cukup mencolok. Selain musik dance yang murung, bebunyian synthesizers dominan di sekujur lagunya, berlirik bahasa Indonesia, mereka punya vokalis yang bersuara tinggi dan unik. Sebuah aset berharga yang cukup jarang muncul ke permukaan saat ini. Jangankan dalam musik dance, dalam musik rock kiwari saja hampir nihil.

 

7. my Mystery – Isyana Sarasvati

Masih menghentak. Gitar garang dan ketukan drum menggebrak, mendadak berubah mengalun seperti musik kisah dongeng sebelum reff-nya, dan kembali menggempur dengan drum double bass. Seperti diberondong oleh senapan mesin otomatis dan kita sama sekali tidak keberatan. Hanya Isyana yang bisa melakukan ini.

 

8. Dan Senyumlah – Ipang Lazuardi, Yudis Dwiko, Javafinger, Tohpati

Sebuah cover menarik milik band lawas 90an Sinikini yang dinyanyikan ulang oleh Ipang Lazuardi, bersama Tohpati, Javafinger (bassist MALIQ & D’Essentials) dan tentunya empunya lagu itu sendiri Yudi Dwiko. Dengan nama-nama besar yang terlibat tentu hasilnya sangat memuaskan. Terlebih menghilangkan rasa kangen akan nihilnya album Sinikini di DSP.

 

9. Stay – HMGNC

Saya penggemar setia salah satu pionir electropop asal Bandung ini. Setelah album S/T (2017) yang menandakan pergantian namanya menghilangkan huruf vokalnya dari Homogenic, menjadi HMGNC, trio electropop ini merayakan 25 tahun karir bermusiknya dengan merilis Stay yang dreamy, dengan bebunyian sintetis berlapis-lapis, aransemen mengawang-ngawang yang progresif, namun tetap dalam balutan musik pop khas HMGNC. Sederhana tapi rumit sekaligus.

 

10. Born & Die – Scaller

Scaller Noises & Clarity

Dari duo paling mentereng di kancah saat ini. Petikan akustik/elektrik ditingkahi ketukan drum lincah, Stella bernyanyi parau, dan musik memuncak di akhir. Pengaruh musik rock alternatif 90an yang diusung terdengar begitu fresh di lagu ini.

 

11. Lagu Hujan – Koil

Ini lagu paling tua di daftar ini. Balada paling romantis dalam seluruh katalog Koil. Dirilis pertama kali 26 tahun lalu, dan dirilis ulang tahun ini termuat dalam EP Hujan yang dirilis dalam bentuk vinyl 7” oleh Grimloc Records dengan kualitas audio dan aransemen yang jauh lebih bagus!

 

12. Peace of Mind – Pohon Tua

Salah satu trek paling ceria dalam album penuh solo perdananya yang juga menarik, Legam oleh Pohon Tua. Dengan jejak bermusik yang sempurna, Dadang Pranoto gitaris Navicula dan vokalis/gitaris Dialog Dini Hari ini membuktikan kalau sebagai musisi ia bisa jadi gitaris rock, berakustik ria, serta berkontemplasi dengan elegan.

 

13. Kapan 2 – CVX

CVX alias Ikky Wtjaksono.

Salah satu produser muda dan multi-instrumentalis yang saya ikuti beberapa tahun belakangan. Bisa muncul sangat jazz fusion 70an seperti Chaseiro di singel, “Nada” (2021), me-remix hits “Sesaat Kau Hadir” nya Utha Likumahuwa menjadi versi vaporwave, dan kini, lagu dance dengan lirik paling sederhana tapi super-catchy.

 

14. Di Dalam Jiwa – David Bayu

Meskipun tetap berjalan di koridor musik yang mirip-mirip dengan band sebelumnya, Naif, hasilnya sangat tidak mengecewakan. Terlebih di lagu yang jadi singel utama album solo keduanya ini. Dentuman bass dan perkusi bernuansa samba plus liukan flutenya adalah area yang belum tersentuh oleh Naif. Di sini David berhasil mengeksekusinya dengan baik.

 

15. Rasa? – Jazeed, Ade Paloh

Musik laidback dengan groove joget-able medium dihadirkan dengan menarik oleh penyanyi/gitaris/penulis lagu muda ini. Meskipun lagu bernuansa semodel ini tengah menjamur di skena lokal, tapi yang ini tetap berhasil stand out. Terlebih dengan spoken words Ade Paloh yang mengingatkan seperti Barry White. 

 

16. Kilau – Coldiac

Karya terbaru kuartet asal Malang dengan upaya keduanya merilis single berlirik Indonesia, dan bisa dikatakan mengesankan. Berhasil menemukan titik temu yang menarik antara musik electropop/pop-urban khas Coldiac dengan notasi vokal, penggunaan diksi bahasa Indonesia yang romantis dan terasa jitu. 

 

17. Dalam Nirwana – Danilla

Nyaman bercanda dengan musik yang nyaman di album terakhirnya. Termasuk lagu paling disko dan joget-able dalam seluruh katalog Danilla ini. Seolah membayar (terlalu) manisnya Telisik, murungnya Lintasan Waktu dan Fingers. Dan jangan lupakan juga sentuhan cowbell ala Dua Lipa yang menyelip dengan menyenangkan di lagu ini,

 

18. Nona Manis – Groovebox Story

Groovebox Story / dok. @grooveboxstory

Singel manis dari kuartet synthpop 80an dengan rasa lokal yang kuat. Notasi vokal yang catchy, hook nya kuat mudah menempel, progresi kord sederhana semua dalam balutan bebunyian elektronik yang sintetis. Satu-satunya singel paling kuat yang jadi pilihan pribadi.

 

19. Miss Melodyne – Echa Soemantri, Metthew Sayersz, JFlow

Sindiran jenaka untuk industri musik dalam balutan musik soul/R&B yang sangat soulful. Simak lirik, “Kau seindah pelangi, selain saat kau bernyanyi”. Ditujukan untuk manusia berparas menawan dalam industri hiburan yang tidak terlalu bisa bernyanyi dan lebih memilih cara cepat, tanpa mengindahkan proses. Perlu diingat, sindiran ini datang dari nama-nama lama di industri musik kita. Jadi tidak perlu bicara validasinya.

 

20. A Friend – Galdive

Karya terbaru dari duo paling misterius yang karyanya selalu serius. Bila sebelumnya memadukan pop elektronik dengan nuansa R&B dan jazz yang tebal dengan sentuhan musik klasik, kali ini terdengar lebih dominan funk R&B, dengan sedikit nuansa samba menyempil dalam singel barunya yang masih digarap sangat serius ini.

 

21. Animal – Inis

Tembang catchy disko/pop-urban mid-tempo yang sangat joget-able. Dari EP TOPSYTURVYDOM yang jadi salah satu favorit saya di tahun ini. Selain musiknya, vokalnya adalah bagian terbaik darinya. Inis sendiri datang dengan latar belakang jebolan 10 besar X Factor di 2013 dan juga sempat tergabung dalam grup vokal Ilusia Girls bentukan Ahmad Dhani. Sampai akhirnya memutuskan untuk berjalan sendiri dan hasilnya tidak mengecewakan sama sekali.

 

Wahyu Acum Nugroho

22. Ingar – Buktu 

Lewat single ini, Buktu membuktikan bahwa mereka adalah grup yang patut disimak dan harusnya mendapatkan lampu sorot yang terang di tahun 2023 besok. No tipu-tipu, materinya kuat dan sangat berkarakter.

 

23. When You Come Around – Sleep Shelter

Alasan saya menyukai proyek ini dari awal adalah bahwa proyek ini dibuat dengan sepenuh hati tanpa ada pretensi bahwa ini bisa mengalahkan dua band bawaan mereka masing-masing. Hasilnya? Mendengarkan lagu ini jadi penasaran, seperti apa live set mereka. 

 

24. Spectrum (for Sonic Boom) – Crayola Eyes

Band psikedelik rock yang personelnya super sibuk sehingga sulit sekali menerka kapan mereka beneran merilis album penuhnya ini memberi petunjuk soal bagaimana konstruksi albumnya kelak. 

 

25. Tasty – Rafi Muhammad

Terambil dari mini album Laughter Master. Jika saya seorang DJ, track pertama dari EP ini adalah lagu yang akan saya sandingkan back to back setelah Soulfood, dijamin bikin suasana bar makin hangat

 

26. Spackle Boy – Kinder Bloomen

EP terbaru mereka, bisa dinikmati juga dalam bentuk kaset via La Munai Records dengan cover yang kurang lebih mewakilkan ekspresi bermusik mereka yang seolah mengatakan “Berjalan di tanah basah dengan kabut-kabut psikedelia, awas jangan terpeleset.” 

 

27. Halo Sunshine – The Swinging Terror

Grup besutan Gabriel Bimo ini memang telah ngasih kejutan sejak awal tahun dengan mengedepankan kolaborator yang gawat. David Bayu adalah salah satunya.  Track ini seolah terdengar seperti David Bayu mencoba merespon Marvin Gaye di tahun 2023, hasilnya sangat menarik!

 

28. Shoreline Transit – Ali

Trio yang baru bermain di Perancis ini sangat cocok dengan suasana musikal seperti ini. Ekspresi musik yang lebih diapresiasi oleh kalangan fans musik mancanegara, terdengar seperti merayakan ‘golden hour’ dan kuningnya sunset di wajahmu dengan cara yang berbeda.

 

29. Laughing at Myself – Rad Rat

Proyek pasangan musisi dari Wisnu dan Tanya. Kalau ini indierock kelas berat yang mengambil ekspresi 90s alt/rock throwback. Kurang lebih ketika jengah, lagu ini muncul untuk merayakan hari-harimu yang bosan. 

 

30. Propulsion – Batavia Collective

Bukan tipikal musik yang langsung nancep, juga bukan sing-a-long. Menyaksikan mereka adalah menonton maestro musik yang bermain musik yang groovy namun rumit. Jika kalian punya waktu lebih untuk tidak sekedar mendengarkan, namun menyimak sebuah lagu, maka “Propulsion” adalah track yang cocok. 

 

31. What Tomorrow Holds – Scaller

Absen sekian lama, duo musisi Stella dan Reney kembali dengan kegelisahan dan ekspresi baru dengan porsi rock yang belum tergerus. Positif, ini adalah salah satu mahakarya rock 2023, nothing less, nothing more.

 

32. Daun Surgawi – Ardhito Pramono

Terambil dari album Wijayakusuma, musisi jazz muda ini menulis pengalaman pribadi di masa-masa yang sulit. Referensi OG nya oke punya. Jika kalian paham dengan bahasa ini: Ketika pesan ‘, … terbawa asap nirwana’  di lagu “Melayang”-nya January Christy dijawab dengan baik di lagu ini. 

 

33. Hordes of Cow(ard) Across Wiyung Street – TamaT

Temuan 2022 dari dari belahan timur pulau Jawa atau bahasa kerennya ‘hidden gem’ yang sayang untuk dilewatkan. Pertanyaan setelah mendengarkan lagu dan EP-nya adalah: Haruskah kita membuat festival elektronik bawah tanah untuk sekadar melihat presentasi dari grup-grup keren semacam ini? 

 

34. Possessing The Witch – The Melting Minds

Jika referensi musik rock kalian hanya sebatas The SIGIT, Seringai atau grup-grup besar lainnya, wake up, ada banyak waktu untuk menggali lebih dalam dan dalam lagi, sehingga kalian bisa menemukan ini.  

 

35. KERETA TERAKHIR DARI PALMERAH – Rekah

Saya merasa tertipu dengan tajuk progressive punk yang mereka bubuhkan dalam profilnya ketika mendengar lagu ini. Entah mengapa, sepanjang perjalanan, sudah 10x saya ulang terus, tanpa bosan. 

 

36. In Your Eyes – Heave

Bagi saya, tak ada yang lebih baik daripada menikmati lagu rock dengan aransemen dan produksi sound yang enak dari semua lini. Meski masih terbilang baru, namun mereka punya sesuatu yang sangat menjanjikan. Kasih kesempatan, mereka akan tumbuh lebih besar di tahun depan.  

 

37. Sick Mind – Bananach

Unit punk/alt-rock female-fronted dari Kota Kembang. Makin didengar, makin penasaran. Apakah mereka telah merilis kaset? Kalau ada saya mau membeli dan menempatkannya di samping koleksi Nirvana dan L7 di rak alternative rock.   

 

38. Elusif – Noon Radar

Saat membentuk Noon Radar, saya tahu bahwa eks gitaris Zirah ini punya materi yang menarik ketimbang band sebelumnya. Benar saya, di lagu ini saya bisa merasakan saat Raissa Faranda memulai lengkingannya, di situlah saya sadar bahwa semua orang harus menikmati lagu dan band ini.  

 

39. Radio Blues – Tokyolite

Radio Blues menandakan kembalinya band pop asal Bogor ini setelah absen cukup lama. “Radio Blues” terdengar sangat segar dan radio friendly. Ayolah, Tokyolite, kalian harus bikin album lagi di tahun depan.

 

40. Moonlight – Tiara Eve, Sistine

Mengajak vokalis Santa Monica membuat single kolaborasi ini punya warna dan spektrum yang unik dibandingkan karya-karya Tiara Eve sebelumnya. Rahasianya ada di produsernya. Siapa? Cari tahu sendiri.   

 

Pohan

41. Terluka Menginginkanmu – Mark Natama

Banyak suguhan genre yang bisa kita temukan di era ini. Ketika merindukan sajian pop balada, saya tak pikir panjang untuk memilih lagu “Terluka Menginginkanmu” sebagai jagoan. Bukan sekadar kualitas vokalnya, Mark Natama juga mengandalkan kolaborator yang tepat, yaitu trio produser Laleilmanino dalam penggarapan lagunya. 

 

42. Hustlin’ – Inthesky

Band asal Medan ini baru terbentuk di tahun 2019. “Enigma” menjadi lagu perkenalan saya dengan mereka. Waktu “Hustlin’” pertama kali rilis terdengar biasa saja. Alasan mengapa akhirnya masuk ke daftar lagu terbaik, karena yang tak kalah penting Inthesky bisa mempertanggung jawabkan sang lagu dibawakan secara langsung dengan sangat apik.  

 

43. Untitled – Rahmania Astrini

Perubahan aransemen musik dalam lagu tak selalu berhasil mewujudkan sesuatu yang baru. Rahmania Astrini bertemu dengan produser yang tepat untuk membawakan ulang hit besar MALIQ & D’Essentials ini. Karakter vokalnya yang berat memberikan pengalaman berbeda. Setiap mendengarkan versi yang ini, perasaan saya sebagai perempuan semakin terwakili.

 

44. Menawan – Adrian Khalif

Semenjak Adrian Khalif memulai karier bermusik dengan “Made in Jakarta” lima tahun yang lalu, tak ada satu pun lagunya yang saya suka. Lagu “Menawan” ini terdengar berbeda. Saya langsung kecantol dengan aransemen musiknya. Seakan membawa ke dimensi nostalgia, ditambah karakter suara Adrian yang lembut dan mesra.

 

45. Bila – Purpla

Purpla sudah tidak bersama Danar Astohari sebagai anggota mereka yang mengisi vokal lagu ini. Penulis lirik lagu “Bila” adalah sang gitaris Dewandra Danish. Ia bekerja sama dengan Pandu Fuzztoni untuk penggarapan hingga terasa pula suasana The Adams-nya. Momen yang tak terlupakan saat “Bila” rilis, saya tak henti memutarnya seharian tanpa kisah cinta di kepala.

 

46. Fortune – Dekat

Dekat / foto: Musik Dekat

Setelah kurang lebih dua tahun tanpa materi apapun, yang sangat disayangkan Dekat kembali hanya dengan membawa single ini. Meskipun satu-satunya, lagu terdengar diciptakan matang-matang. Rasanya menggelegar, bersemangat, semua jadi satu. Bagaimana bisa trio sekeren mereka masih berada di tangga yang sama sejak terbentuk?

 

47. Iced Shaken Lemonache – Cubfires

Saya baru mengenal mereka tahun ini dari seorang teman yang tinggal di Samarinda. Jujur, Cubfires bukan band yang mengusung genre musik yang paling saya suka. Lagu yang memiliki durasi tak sampai dua menit ini, vokalisnya mengingatkan saya sama Blink-182. Semoga saya bisa segera menyaksikan penampilan mereka tahun ini bersama teman yang lama tak saya temui. 

 

48. IDR (Ini Dangdut Rakat) – MukaRakat

Hip hop yang selalu seru, makin seru beberapa tahun ini oleh mereka yang berkarier sebagai solois, grup, maupun kolektif. Saya menonton langsung MukaRakat pertama kali di Soundrenaline dalam setnya Tuan Tigabelas. Kini anggotanya sudah berganti dan single “IDR (Ini Dangdut Rakat)” yang membuat saya ingin menagih satu album penuh dari mereka. Lanjutkan!

 

49. After Hours – Eros Tjokro

Ketika ditanya siapa penyanyi R&B/Soul Indonesia favorit. Saya akan menjawab Eros Tjokro salah satunya. Walaupun belum setahun saya menemukannya. Setelah ia merilis single “After Hours”, saya berkesempatan menonton aksinya langsung di Java Jazz Festival 2022. Memang baru lagu ini yang saya sukai, semoga Eros segera meluncurkan karya musik dalam album penuh. 

 

50. Berlalu – Monita Tahalea

Kira-kira Monita Tahalea sudah memasuki 17 tahun berkarier. Di tengah kemunculan banyaknya penyanyi perempuan baru di Indonesia, ia masih menunjukkan eksistensi dengan merilis karya musik. Lagu ini tidak menawarkan aransemen musik yang jauh berbeda dari yang pernah ia riis. Seakan Monita memang betah di zonanya, namun tetap bisa mewakili vokal wanita terbaik di barisan. 

 

51. Aku dipecat – Refo Dan Fauna

Refo Dan Fauna sosok yang bisa saya anggap bisa melanjutkan perjalanan nama-nama yang dikenal jenaka seperti P-Project atau Project Pop. Single “Aku dipecat” ini menjadi judul yang kelima belas sejak ia aktif merilis dari tahun 2019. Refo kerap mengangkat tema keseharian, cerita pengalaman kehidupan pribadinya, bahkan sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya.

 

52. Tired Eyes – Bedchamber

Saya sudah lama mengenal nama ini dan beberapa kali menyaksikan mereka manggung. Akhirnya, single “Tired Eyes” yang paling memikat dari sekian materi yang pernah dikeluarkan oleh mereka. Coba membiarkan bunyi-bunyian yang lempeng itu tanpa beban, membaca arti dari lirik yang dituliskan, raga tetap mampu goyang meskipun isi kepala tak henti berputar.

 

53. Yang Penting Yang Kau Lupa – Tape Argument

Beberapa waktu lalu, saya menemukan duo pop ini dari kotak masuk surat elektronik Irama Kotak Suara. Mereka musisi asal Jakarta beranggota Ayustina Lestari dan Prayoga Raharjo. Tape Argument, nama yang menarik hingga saya penasaran untuk mendengarkan dan memilih judul lagu ini. Vokal prianya begitu lantang, vokal wanitanya menambah keresahan. Bagus.

 

54. Kelana – Tulus

Kolaborasi Tulus dan Petra Sihombing tidak sia-sia dalam menciptakan harmoni. Saya menyadari hal itu semenjak mereka bekerja sama di single “Labirin” (2018). Mereka kembali bertemu untuk lagu yang berada di urut kedua album Manusia ini. Memang “Kelana” bukan lah selera pasar, namun bagi saya Tulus memang potensial mendapatkan pendengar baru ketika ia mampu keluar dari zona nyamannya.

 

55. Kemarin – Pamungkas

Pamungkas punya banyak lagu dengan lirik berbahasa Inggris. Lagu “Kemarin” ini menambah catatan lagi, usahanya dalam merangkai kata dengan bahasanya sendiri. Tidak ada kejutan soal pemilihan aransemennya. Justru alasan saya memilih lagu ini karena liriknya. Seakan saya ikut terbawa suasana merefleksikan diri, tidak menyesali apapun yang terjadi kemarin. 

 

56. Cinta Abadi – Farrel Hilal

Saya begitu menggilai lagu “Cinta Abadi” yang dipopulerkan pertama kali oleh BLP (Barry Likumahuwa Project) hingga penyanyi R&B/Soul berbakat satu ini membawakannya ulang dengan sangat baik. Salah satu esensi dalam menentukan lagu terbaik, kualitas vokal si penyanyi berada di level mana. Farrel Hilal nyaris mendekati sempurna. Semoga ia lebih banyak manggung dengan namanya sendiri.

 

57. eventually – Nadhif Basalamah

Lagu ini tidak dirilis sebagai single, melainkan bagian dari EP perdana Nadhif berjudul wonder in time. Jika dibandingkan dengan nomor-nomor yang lain di album, buat saya “eventually” terdengar beda. Mungkin juga karena ada keterlibatan Rayhan Noor dalam penggarapannya. Sosok yang juga saya kagumi khusus di materi lamanya, “House of Cards”. 

 

58. Indo – Punokawan

Ada dua single yang mereka rilis di tahun ini. Sebenarnya sulit untuk memilih, namun akhirnya harus “Indo” karena ada keterlibatan Manutized musisi masa depan yang berbakat juga di dalamnya. Tanpa menelaah secara dalam maksud dari lirik lagunya, hip hop Indonesia masih perlu konsep super grup yang gawat seperti ini. Semoga awet dan berlanjut ke sebuah album ya, Punokawan!  

 

59. Killer Bee –  Bleu Clair

Perkenalan saya dengan Bleu Clair dari kolaborasinya dengan Teza Sumendra dalam “Hyperspace”. Kemudian saya selalu menanti materi barunya karena tak banyak DJ lokal yang saya kagumi. Setelah merilis “Killer Bee” sebagai single, Bleu Clair menyertakan lagu ini di EP terbarunya New Age of House. Selain produktif, ia juga banyak bermain untuk festival musik mancanegara. 

 

60. I Know Whacu Like – CVX, Kamga

Setelah jatuh hati sama single “Nada”, saya cukup menanti apapun materi yang dikeluarkan Ikki atau dikenal dengan nama panggung CVX. Tahun ini yang memikat adalah kolaborasinya bersama Kamga dalam “I Know Whacu Like”. Lagu yang asyik untuk bergoyang santai dan lagu yang juga bisa disetel untuk menemani berkendara perjalanan di jalan yang katanya bebas hambatan.

 

Raka Dewangkara

61. Bertaruh Pada Api – Dongker

Meski sudah beberapa kali dibawakan oleh Dongker ketika naik ke atas panggung, namun ternyata rilisnya “Bertaruh Pada Api” dalam format digitalnya tetap mencuri perhatian banyak orang, termasuk saya sendiri. Terbilang sebagai satu materi berdurasi panjang yang pernah Dongker garap, hadirnya single ini membuka gerbang penasaran akan seperti apakah rilisan penuh mereka nantinya.

 

62. Langit Tak Seharusnya Biru – The Jansen

The Jansen tampil garang di XYZ Stage / Dok. Raka Dewangkara

Sebuah jaminan akan koor massal yang terjadi di bibir panggung ketika nomor ini dibawakan oleh The Jansen, berbarengan dengan badan-badan penuh keringat terbang sana-sini dan kaki yang diletakkan di tempat yang tidak semestinya. Salah satu nomor yang menonjol dari album ketiga The Jansen, Banal Semakin Binal.

 

63. Season Finale – Near Crush, Sajama Cut

Unit alt-rock asal Bandung ini berkesempatan untuk turut andil dalam album tribute milik Sajama Cut, You Can Be Anyone You Want bersama 29 nama lainnya. Interpretasi yang dilakukan oleh mereka terbilang apik, juga turut melibatkan Andika Surya (Collapse) di departemen drum. Satu nomor dengan karakter yang kuat.

 

64. Speak in Tongues – Cotswolds, Sajama Cut

Cotswolds membawakan kembali “Speak in Tongues” dengan gelap, murung, tanpa ada celah untuk cahaya masuk. Satu dari beberapa nomor favorit saya di dalam album tribute Sajama Cut ini.

 

65. Elected – SUAR

Kembalinya Suar Nasution, mantan vokalis Pure Saturday ke blantika musik Indonesia menjadi salah satu ‘kejutan’ di tengah masa pandemi ini. Tidak main-main, karena ia langsung merilis album penuh berjudul Jangan Biarkan Bumiku Menangis dengan moniker SUAR. “Elected” menjadi nomor kedua di album ini, nomor yang langsung menghentak sejak detik pertama bergulir. Britpop? Jelas.

 

66. What The City Doesn’t Kill – Oscar Lolang

Oscar Lolang, 2022 / Dok. Istimewa

Oscar kembali dengan materi-materi baru di EP Jalan Sendiri, yang walau sebenarnya baru, namun memunculkan rasa nostalgia akan kali pertama menyaksikan sang solois di atas panggung. Nomor ini adalah salah satu alasannya. Hiruk pikuk kehidupan kota metropolitan menjadi tema utamanya, layaknya sebuah pesan semangat untuk mereka yang tengah berjuang meraih apapun itu, untuk bersama-sama menjaga kewarasan di tengah rimba yang sedang dijelajahi.

 

67. Kalibata, 2012 – Perunggu

Agak susah bagi saya untuk memilih nomor tersebut atau “Ini Abadi” untuk disertakan dalam daftar ini. Pemenangnya akhirnya jatuh kepada “Kalibata, 2012”. Penggalan lirik “Ku rasa batinku takkan pernah siap / Terima salam pamitmu / Kau tahu kau yang telah mengubahku” menjadi alasannya.

 

68. Kota Yang Mahsyur – Syarikat Idola Remaja

Syarikat Idola Remaja. / Dok: Istimewa.

“Kota Yang Mahsyur” adalah satu dari enam alasan mengapa saya menyukai SAMARA, mini album debut dari Syarikat Idola Remaja. Alasannya adalah, sang nomor beserta mini album ini seakan menjadi sebuah ‘penenang’ akan hiruk pikuk kehidupan ibu kota yang rasanya butuh waktu sejenak untuk beristirahat, atau sekadar menarik nafas sebelum akhirnya lanjut berjalan kembali. Dan SAMARA menjawab itu.

 

69. Twentysixteen – Jubilee Marisa

Sebuah single debut dari solois belia yang di sepanjang ini terhitung sudah merilis dua salam perkenalan di tahun 2022. Single yang sederhana, mengisahkan betapa manis dan menyenangkannya jatuh cinta dan perasaan-perasaan berbunga-bunga yang hinggap di perjalanannya.

 

70. Memoria – Fostan

Sebuah ‘hidden gem’ yang saya temukan di tumpukan pesan masuk dalam kotak email beberapa waktu lalu. Unit indie-pop anyar asal Jakarta yang baru saja memperkenalkan diri dengan “Fostan”. Secara keseluruhan, kuartet ini dengan musiknya membawa para pendengar untuk bernostalgia dengan manis. Fostan menghadirkan sebuah materi yang kental akan nuansa rock alternatif era 90-an, yang mengingatkan akan sosok band-band dengan vokalis perempuan macam The Cranberries, The Cardigans, hingga Kubik.

 

71. Rute Menuju Ivory – Collapse

Kembalinya Collapse di blantika musik Indonesia terbilang mengejutkan dan menyenangkan. Kenapa begitu? Karena di penghujung tahun ini Collapse ‘berubah’ format menjadi sebuah ‘super group’ dengan menyatukan empat kepala yang dicomot dari Leipzig, Haul, Ssslothhh dan Lizzie. Sebagai penanda akan format ini, proyek musik dari seorang Andika Surya mendapuk “Rute Menuju Ivory” sebagai pembukanya. Sebuah nomor tunggal alternative rock yang dinyanyikan dengan bahasa Indonesia, ajang ujung gigi kemampuan para personel yang skillful, komposisi musik yang terdengar ribet; namun ramah di telinga, yang keseluruhannya berujung kepada ‘penyegaran’ dari diskografinya yang muncul setelah vakum empat tahun lamanya.

 

72. Nge-Shift – Earhouse Songwriting Club

Earhouse Songwriting Club / Dok. Istimewa

Ingat “Adrenalin Merusuh”, nomor dari Seringai yang liriknya memuat itinerary rangkaian perjalanan mereka selama satu hari untuk menjajal panggung di malam hari? Nah, kurang lebih hal tersebut sama dengan apa yang terdapat di “Nge-Shift”. Nomor yang dinyanyikan oleh staff dari Earhouse, berkisah mengenai kegiatan mereka di kedai sejak awal buka hingga tutup.

 

73. Stay The Same – Teddy Adhitya

Masih ada tempat di relung hati saya untuk merasa mellow dengan sebuah lagu, dan “Stay The Same” sempat mengisinya dalam beberapa saat di tahun ini. Magisnya sama persis dengan rilisannya di tahun 2021 silam, “Langit Favoritku”.

 

74. Wibawa – CJ1000, Doddy Hamson

Susah-susah gampang jika berbicara mengenai berhasil atau tidaknya sebuah kolaborasi antara musisi. Tidak semua bisa sukses, pun juga sebaliknya. Hadirnya Doddy Hamson, ujung tombak dari Komunal di lagu milik CJ1000 ini menggambarkan poin ke dua. Sebuah kolaborasi yang tepat sasaran.

 

75. Rintik Hujan – HIVI!, Gerald Situmorang, Ify Alyssa, Sri Hanuraga

Stasiun Manggarai selalu penuh kemarahan. Lagu ini kadang menyelamatkan saya dari kisruhnya situasi di sana dengan harmonisasi empat unit musik dengan nuansa super teduh dan menenangkan.

 

76. Kaleidoscope Love – Daisea

Sesuai dengan koridor dream pop yang mereka usung, lagu ini menggambarkan dengan cukup jelas warna musik mereka. Vokal yang ‘mengawang’, dengan sahut-sahutan antar instrumen menjadi dua poin di antaranya. Tempo yang hadir terbilang cukup cepat, terbukti dengan ketukan drum yang senantiasa konsisten mengiringi penuh tenaga di sepanjang durasi berputar. Sebuah perkenalan yang manis dari Daisea.

 

77. Kita usahakan rumah itu – Sal Priadi

Saya selalu merasa ditegur oleh sang solois jika mendengarkan lagu ini. Sebuah pengingat bahwa harga rumah tidak pernah murah dan hai, apa kabar tabunganmu?

 

78. WYA – Gold Plate Pipers

Satu lagu favorit saya dari Gold Plate Pipers, proyek band dari Ankadiov Subran, Kenny Gabriel, Matter Mos, dan Rafi Muhammad. Deretan lirik bermuatan kontemplatif dari “WYA” menjadi bintang utamanya.

 

79. Nothing Grand, Nothing Fun – Leipzig

Satu menit penuh agresi dan kesenangan dari Leipzig. Nothing grand, nothing fun.

 

80. Hati-Hati di Jalan – Tulus

There will be no further explanation. Kau melanjutkan perjalananmu, ku melanjutkan perjalananku. Ampun.

 

Gerald Manuel

81. Red & Black – Morad

Bassline di awal lagu ini sudah cukup untuk membangun keinginan mendengarkannya sampai habis. Nuansa lagu yang chill dan terasa oldschool pun menambah kecintaan pada lagu ini. Tembang berdurasi empat menit empat detik ini juga selalu berhasil membawa imaji saya seolah sedang menjadi pemeran utama dalam film klasik tahun 60-an.

 

82. Chevron – Amerta

Kehadiran Techa Aurelia ke dalam tubuh unit doom/atmospheric metal ini bisa dibilang adalah eureka moment. Hal itu dibuktikan dengan debutnya pada single Amerta yang rilis Oktober lalu ini. Vokal beratnya terasa sangat ‘seia sekata’ dengan gaya musik yang diusung Amerta.

 

83. Fundamentals – Gold Plate Pipers

Track pertama dari EP Gold Plate Pipers ini adalah salah satu lagu yang sering saya putar sejak awal kemunculan supergroup ini di pertengahan tahun lalu. Entah kenapa lagu rap yang dibawakan ngeband dan memiliki unsur jazz di dalamnya selalu sexy terdengar di telinga saya. Bagian reff dari lagu ini adalah unsur penting yang membuat lagu ini bisa disimpulkan catchy.

 

84. Juwita Malam – FLEUR! Feat. Bilal Indrajaya

Interpretasi FLEUR! Terhadap lagu Ismail Marzuki ini bisa didengarkan di album debut mereka yang rilis tahun ini. Menggandeng penyanyi Bilal Indrajaya untuk memandu vokal adalah pilihan tepat. Aransemen yang lebih rock ‘n roll dipadu vokal tebal Bilal dan harmonisasi khas FLEUR! adalah kombinasi yang membuat lagu ini menyenangkan untuk didengar.

 

85. Abhorrent Dreams – Masakre

Mungkin ini adalah lagu paling ‘keras’ yang ada dalam daftar. Distorsi gitar dan bass yang tebal, gebukan drum super rapat dan cepat, dan vokal growl rendah yang meracau seperti suara gonggongan anjing adalah formula yang cukup menggambarkan lagu ini. Jika kalian suka dengan intensitas semacam itu, lagu ini cocok untuk membombardir telinga kalian.

 

86. Amerta – Romantic Echoes

Saat perkembangan selera saya sedang berlayar menuju musik-musik timur tengah, lagu ini hadir dan langsung menetap di playlist aplikasi streaming musik. Sebagai orang yang baru menyimak lagu-lagu Romantic Echoes setelah mendengar lagu ini, saya sampai pada kesimpulan bahwa belum ada lagunya yang bisa mengalahkan “Amerta”. Pilihan kata dalam lirik juga memberikan kesan bahwa lagu ini tidak hanya sekedar puja-puji, namun ada sesuatu yang spiritual di dalamnya.

 

87. Toreh – Charita Utami

Sebagai penggemar berat album Zaman, Zaman dari The Trees and The Wild, rasanya sangat menyenangkan mendengarkan single solo perdana mantan personelnya ini. Sebab, “Toreh” yang juga mengusung gaya musik ambience ternyata masih cocok dengan warna vokal Tami. Namun yang berbeda, kini vokalnya lebih terdengar jelas dan tidak ‘tenggelam’ dalam tembok suara seperti ketika di Trees and The Wild.

 

88. In Your Loudest Fear – Reruntuh

Minimalis dan mengawang, dua kata itu tepat untuk menggambarkan musik Reruntuh. Track terakhir dari album keduanya ini tetap terdengar megah tanpa menggunakan instrumen yang macam-macam. Petikan gitar akustik, dipadukan dengan sedikit isian piano sudah cukup untuk membuat keputusan menyukai lagu ini.

 

89. Larynx, Pt. One – Kuntari

Kuntari Last Boy Picked

Apa mungkin lagu eksperimental tanpa vokal bisa membuat seseorang ‘sing along’? Nyatanya, hal ini terjadi saat mendengarkan EP Larynx dari Kuntari, terutama lagu ini. Ketukan drum tak lazim diikuti suara gitar yang tak kalah aneh begitu menancap di kepala, sehingga mulut saya terpaksa bisa mengikuti ‘bentuk’ suara yang disampaikan di awal dan akhir lagu.

 

90. Neraca Rimba – Godplant

 

Untuk standar Godplant, “Neraca Rimba” bermain di tempo mid yang mereka hias dengan riff-riff thrash metal selama setengah perjalanan lagu. Baru di pertengahan menuju akhir, tempo kembali turun dan kita diingatkan kembali bahwa sejatinya mereka tidak banyak berubah dan masih memainkan musik sludge yang in your face.

 

91. Kameleon – Tarrkam

Foto Tarrkam oleh @frhnd19.

Riff-riff nyeleneh yang dihadirkan Tarrkam pada lagu ini terdengar sangat segar untuk musik hardcore. Drum ngebut yang dimainkan konstan dan teriakan agresif sang vokalis dalam memuntahkan liriknya adalah dua hal favorit di lagu ini. Bebunyian synthesizer juga membuat lagu ini menyenangkan dan tidak terkesan terlalu serius.

 

92. Petarung – Total Jerks

Punggawa punk asal Depok kembali melantunkan agresinya lewat lagu ini. Masih dengan durasi pendek tanpa basa basinya, Total Jerks membuktikan bahwa mereka masih sanggup bermain dengan kecepatan tinggi.

 

93. Kabar Dari Dasar Botol – Rekah 

Sekali dengar lagu ini, sulit rasanya untuk mengalihkan pandangan dari progresi akornya yang indah. Vokal yang bernyanyi lewat jeritan juga adalah hal yang akhirnya memorable dari lagu ini.

 

94. Angel Of Lies – Pullo

Formula dari banyak gaya musik pada lagu ini menciptakan kesuraman dan keseruan tersendiri. Pasalnya, suara bisingnya gitar dalam memainkan riff-riff dengan nada minor, dan vokal rendah bisa diracik sedemikian rupa dengan permainan drum yang groovy dan mengajak para pendengarnya untuk berdansa dalam kelam.

 

95. The Bended Man – Sunwich

Lagu-lagu macam ini sangat menyenangkan didengar di kala telinga sudah lelah mendengar ‘musik serius’. Aransemen yang ringan membuat lagu ini sangat menyenangkan untuk didengar berulang-ulang. Liriknya pun seperti mendengar omelan seorang teman remaja wanita tentang pria yang tak disukainya.

 

96. Semeti Medley – The Dare

Suasana pantai yang dibawa oleh band asal Lombok ini selalu terasa di tiap lagunya. Terlebih di lagu yang menyematkan nama pantai di kota asal mereka, Semeti. Ketukan drum di awal lagu mungkin sudah sering digunakan dalam lagu-lagu populer, namun selalu berhasil memantik untuk mendengarkan lagu sampai habis.

 

97. Paralyzed – Sunbath

Unit rock alternatif dari Bandung ini berhasil mengombinasikan aransemen musik kekinian dan lawas dalam satu lagu. Bagaimana tidak, musik segar yang mereka tawarkan dengan tingkat teen spirit yang tinggi mampu mereka unifikasi dengan aransemen vokal latar ala “Sympathy For The Devil” milik The Rolling Stones. Membuat lagu yang mengikuti zaman tanpa lupa akan jasa para musisi terdahulu ternyata mungkin dilakukan dan Sunbath adalah buktinya.

 

98. Downtown Strut – Ali

Permainan dari para virtuoso yang tergabung dalam satu entitas bernama Ali ini sudah tidak diragukan lagi. Pasalnya, bukan hanya efek nikmat, namun lagu ini dapat membawa imaji pendengarnya ke pesta-pesta khas Timur Tengah dengan lantunan funk padang pasir mereka.

 

99. Pulse – Morgensoll

Eksistensi Morgensoll yang perlahan naik ke permukaan ini mampu memberi warna baru untuk skena metal di kemudian hari. Lewat lagu instrumental ini, mereka menyuguhkan riff-riff berat yang dibalut tekstur sound yang menciptakan sebuah nuansa gelap dan seolah menyampaikan kisahnya walau tanpa kata.

 

100. Summer’s Not Arrived – Milledenials

Sejak awal kemunculannya, Milledenials membuktikan bahwa musik dari Bali tidak hanya sekedar musik-musik pantai atau rockabilly saja. Contohnya di single terbaru yang diambil dari three-way split mereka bersama Lips! dan Puff Punch ini, Milledenials masih konsisten dengan gaya musik mereka. Melodi vokal sederhana, drum dengan isian yang tak macam-macam, dan lapisan sound gitar yang cukup membuat lagu ini terdengar edgy, namun tetap bisa dinikmati banyak orang.


 

Penulis
Pop Hari Ini

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif Ecang Live Production Indonesia: Panggung Musik Indonesia Harus Mulai Mengedepankan Safety

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pophariini masih banyak menghadiri dan meliput berbagai festival musik di sepanjang tahun ini. Dari sekian banyak pergelaran yang kami datangi, ada satu kesamaan yang disadari yaitu kehadiran Live Production Indonesia. Live …

Daftar Label Musik Independen dari Berbagai Kota di Indonesia 2024

Berbicara tentang label musik tentu bukan hal yang asing lagi bagi siapa pun yang berkecimpung di industri ini. Mengingat kembali band-band yang lekat dengan label raksasa sebagai naungan, sebut saja Dewa 19 saat awal …