100 Lagu Indonesia Terbaik 2024

Dec 31, 2024

Melanjutkan apa yang sudah berjalan di tahun-tahun sebelumnya, redaksi Pophariini kembali membuat daftar 100 lagu Indonesia yang menjadi perhatian di sepanjang 2024.

Lagu-lagu berbagai genre ini kami kumpulkan berdasarkan preferensi pribadi dan tentu sambil melihat pencapaian yang sudah didapatkan oleh para musisi lewat karya-karya mereka.

Urutan yang tertera tidak memengaruhi mana yang terbaik alias acak. Dimulai dari .Feast, Maria Tambun, Banda Neira, hingga ditutup White Chorus, Littlefingers, dan Satu Per Empat.

Kami berharap daftar ini bisa menjadi referensi baru para pembaca dalam menyimak musik lokal. Selamat membaca!


 

Amira Nada Fauziyyah

Arteri – .Feast

 

Lagu bernuansa pop rock yang sangat menyenangkan untuk didengarkan. Gaduh tapi manis riuhnya. 

 

Brahman – Maria Tambun

 

Brahman adalah alunan melodi funky yang paling membekas dari live session Maria Tambun di Pasar Santa, tempat yang menjadi saksi perkenalan saya tanpa sengaja dengan band asal Cikini ini. 

 

Tak Apa Akui Lelah – Banda Neira

 

Saya mungkin bukan penikmat musik folk sejati yang memutar lagu-lagu bergenre ini secara rutin, namun ada sesuatu dari lagu “Tak Apa Akui Lelah” yang mencuri perhatian hingga saya mengamankan posisinya dalam hati. Sebuah lagu yang entah bagaimana hadir pada masa awal percobaan saya menulis. Layaknya teman setia di perjalanan yang menjadi suara latar di setiap kalimat yang terangkai. 

 

Roman Rafah 2024 – Morfem

 

Morfem adalah jagoan menata kembali konteks empiris ke sebuah teks lagu. Dalam “Bocah Cadel Lampu Merah”, mereka mengangkat situasi anak jalanan dengan pendekatan yang hangat dan gaya bahasa reflektif tanpa menimbulkan kesan iba. Begitu pula “Roman Rafah 2024”, Morfem menyuarakan peristiwa genosida di Palestina melalui sudut pandang penuh empati, tanpa menjadikan korban sebagai objek rasa kasihan. 

 

Emily – Float

 

Kesederhanaan lagu “Emily” begitu menonjol dengan paduan irama gitar akustik dan lead gitar elektrik. Porsinya pas, tidak mubazir. Tak lupa dengan vokal mendayu-dayu dan lirik yang sederhana, namun tepat sasaran. Lagu ini mengingatkan bahwa manusia hidup berdampingan dengan perubahan—dan hal itulah yang sejatinya pasti terjadi. 

 

Bab III (Revisi) – The Skit

 

Saya menemukan lagu ini secara tidak sengaja ketika bergulat dengan skripsi sambil memutar daftar lagu acak di Spotify. Judulnya mengingatkan kepada skripsi Bab III, menjadikannya terasa begitu personal. Sejak saat itu, lagu “Bab III (Revisi)” dari The Skit ini rutin saya dengarkan. 

 

Ajariku Jadi Berani – Banda Neira ft. Reruntuh

 

Lebih dari sekadar lagu, “Ajariku Jadi Berani” mewujud dalam seperangkat instrumen kuat yang menyirami ingatan akan hal-hal yang telah lalu, membuat kita mengais keberanian darinya untuk menaklukkan ketakutan, dan terus berdiri di atas kebaikan.

 

Too Much of A Good Thing – NIKI

 

Jika cinta kerap dipandang sebagai sesuatu yang membahagiakan, kali ini NIKI justru berpandangan sebaliknya dalam “Too Much of A Good Thing”. Ia membawa narasi bahwa cinta adalah pengalaman yang menyakitkan, tapi sukar dilewatkan. Liriknya terang-terangan mengungkap kesadaran bahwa hubungan yang dijalani berisiko melukai perasaan, namun keengganan untuk melewatkannya lebih besar. Sebagaimana konsep cinta yang dibungkus dengan cara berbeda, sentuhan bas yang menonjol turut menambah keunikan lagu ini. 

 

Kabut Putih – hara ft. Frau

 

Tidak pernah tidak terpukau oleh karya yang berangkat dari isu sosial yang melingkupi kehidupan. Hormat dan terima kasih saya ucapkan kepada hara dan Frau atas perilisan ulang lagu yang didedikasikan untuk para penyintas tragedi 1965 ini. 

 

Manusia (Sumarah) – Barasuara

 

Barasuara selalu berhasil membungkus lirik puitis dengan balutan musik yang menggebrak. Riff gitar yang variatif, bas dan drum yang solid, serta kombinasi vokal wanita dan pria khas Barasuara semakin melengkapi unsur dinamis dari lagu ini.

 

Kotor – FARRT!

 

Lirik melankolis tentang pencarian kedamaian pasca patah hati dibalut gitar Pandu yang terdengar amat kotor. Kombinasi yang nyaman di telinga mereka yang mencari kedamaian di tengah kekacauan.

 

Ceriakan Dunia – Franki Indrasmoro

 

Lagu Pepeng (eks Naif) yang pada mulanya dimaksudkan sebagai materi iklan pasta gigi ini hadir dengan nuansa ceria, seakan membuat masalah hilang sejenak. 

 

King of Sumatera – Betara 

 

Awalnya, saya mengira lagu ini sebagai pandangan Betara yang mengibaratkan sistem pemerintahan adalah hutan rimba, di mana terdapat ketimpangan relasi kuasa antara pemerintah dan rakyat. Menjadi menarik ketika saya membagikan perspektif ini dengan Wira (vokalis Betara). Ternyata lagu ini memuat cerita tentang perburuan harimau Sumatera yang nyaris punah. Ini kali pertama saya menemukan band rock yang lagunya membicarakan eksploitasi hewan. Saran, dengarkan rilisan Betara lainnya untuk tau bagaimana manusia bisa berkelakuan lebih liar dari hewan. 

 

Take Me – Dreane

 

Menikmati lagu “Take Me” rasanya sama dengan terperangkap dalam suasana sendu hujan di tengah hiruk-pikuk kota di hari kerja, tepat setelah matahari tenggelam.

 

Mediterranean Fuzz – Clever Moose 

 

Lagu “Mediterranean Fuzz” meledak dengan melodi psychedelic yang memabukkan, membawa semangat panas gurun, dan jiwa petualangan ala Timur Tengah. Dentingan gitar fuzzy menggiring pendengar untuk larut dalam mimpi musim panas tanpa akhir. Lagu ini terasa bak pelarian yang sempurna dengan latar era 80-an. 

 

Tapi – Perunggu

 

Judulnya sederhana, tapi kuat. Lagu ini menjadi penghubung yang menggambarkan kontradiksi—takut menghadapi dunia, namun punya bekal doa ibu. Dengan lirik yang jujur dan apa adanya, Perunggu berhasil menangkap dua sisi manusia—atau setidaknya saya—di bagian, “Membatin, kuingin semua batal juga”. Ketika rasa takut selalu hadir dalam setiap keputusan untuk menjadi berani, saya sepakat “Tapi” memiliki warna berbeda dibandingkan rilisan-rilisan mereka sebelumnya, meski masih sayup-sayup terdengar seperti Perunggu. Saya sendiri butuh beberapa kali mendengar untuk merasakan ke-Perunggu-an dari lagu ini. 

 

Bunga Maaf – The Lantis

 

Lagu ini jenius, namun berbahaya—bukan sesuatu yang saya rekomendasikan untuk diputar ketika sedang rapuh-rapuhnya. Liriknya yang jahat berhasil meruntuhkan tembok pertahanan dan mengundang air mata. Rasa sesak tetiba mencuat dan menyeruak ke seluruh ruangan. Semakin didengar, semakin besar keinginan saya untuk mendapatkan versi akustik dari lagu ini. Saya rasa “Bunga Maaf” tak memerlukan aransemen yang megah karena napasnya ada di liriknya yang menggugah.

 

ANGAN – Duffy D

 

Saya sepakat dengan solois yang mentitelkan dirinya melancholic guy. Bagaimana tidak? Ia memborong label melankolis itu dari berbagai aspek di lagu ini; karakter suara yang hangat, lirik yang jujur bak curahan hati di buku harian, dan musik yang murung. 

 

Polemik – The Mymy

 

Band Cirebon yang saya temui ketika menggarap tulisan untuk rubrik Bising Kota ini meninggalkan impresi tersendiri. Satu, materi visual yang ciamik. Dua, durasinya yang panjang yakni 8 menit 36 detik. Tiga, fakta bahwa lirik lagu “Polemik” mengisahkan penghakiman terhadap sisi buruk dalam diri. 

 

Woman – JoRaffi

 

Dibuka dengan suara debur ombak, yang disusul petikan gitar akustik, lagu ini langsung menghadirkan nuansa romantis khas lagu cinta. Namun, saat vokal JoRaffi mulai mengalun, atmosfer sendu yang sebelumnya terasa hanya melintas bertambah dua kali lipat. Sejenak saya nyaris lupa bahwa ini adalah lagu afeksi. Lebih dari lagu, saya melihat “Woman” sebagai sebuah eulogi cinta.


 

Gerald Manuel

Hejira – Amerta

 

Ini merupakan lagu terakhir yang dirilis Amerta sebelum album perdana Nodus Tollens beredar. Dinamika adalah poin yang membuat saya tergila-gila dengan sang lagu, sekaligus membuktikan kemampuan mereka dalam menulis dan mengaransemen karya.

 

bruxism or, why i’m afraid of earthquakes – BAP.

 

Dibuka suara piano dan langsung disambut ketukan drum bertempo ganjil menjadi tema aransemen lagu ini yang menjadikannya cukup rumit untuk didengarkan. Alat musik melodis seperti biola dan saxophone seakan ‘dihancurkan’ esensinya oleh Kareem Soenharjo dengan memainkan nada-nada free jazz yang menambah nuansa mencekam “bruxism”.

 

Fractured Silence – Undelayed ft. Satan’s Heir

 

Mungkin banyak yang belum tau bahwa Ekrig dari Avhath sempat memiliki band post-hardcore bernama For The Flames Beneath Your Bridge. Saat tau bahwa Undelayed menggandeng Ekrig untuk single ini, saya pun merasa pria berkacamata tersebut masih pantas bernyanyi lagu dengan genre seputaran post-hardcore.

 

Rekala – WUSA

 

“Rekala” merupakan lagu favorit saya dari album baru WUSA (sebelumnya Zoo). Lagu yang judulnya memakai bahasa Khawagaka dan memiliki arti ‘pencerahan’ ini sudah mengajak berjoget liar sejak intro terdengar. 

 

Kini Mereka Tahu – Bernadya

 

Sudah berapa banyak orang yang saat membicarakan lagu ini merasa bahwa intro bas-nya sangat kental dengan nuansa post punk. Selain suara dan penulisan lirik Bernadya yang sudah tidak diragukan lagi, saya juga ingin mengapresiasi Petra Sihombing sebagai produser sang lagu karena berhasil memadukan unsur pop dan nuansa musik yang nyebrang dengan sangat-sangat mulus.

 

Di Neraka – Dongker

 

Sejak pertama kali mendengarkan Ceriwis Necis, lirik “Di Neraka” selalu terngiang-ngiang di kepala saya. Jarang ada lagu yang liriknya bisa membangkitkan perasaan pesimis sekaligus optimis dalam menjalani kehidupan dewasa ini.

 

Tentakel – Morgue Vanguard ft. Mardial

 

Tak perlu banyak penjelasan, liriknya sudah menggambarkan kenapa lagu ini menjadi penting di tahun 2024. Zionis yang baik adalah zionis yang mati. Free Palestine.

 

Against My Self – Prejudize ft. Arian 13

 

Kerinduan mendengarkan Arian 13 bernyanyi diiringi musik hardcore saat masih di Puppen rasanya terbayarkan dengan kolaborasi ini.

 

Eigengrau – Morgensoll

 

Sejak bereksplorasi ke arah post-hardcore, rasa cinta saya terhadap Morgensoll menanjak pesat. Kalau boleh memilih semua lagu di album COLORS, saya akan melakukannya. Namun, jika hanya satu sepertinya nomor “Eigengrau” yang sering saya putar karena masih memasukkan sedikit unsur doom/post-metal yang menjadi identitas band di album sebelumnya.

 

In Death Vortex – Exhumation

 

Saat dedengkot OSDM (Old School Death Metal) Yogyakarta merilis album baru, rasanya tidak mungkin tidak disimak. Lagu pembuka di album Master’s Personae ini memiliki riff brutal bak gergaji mesin, dan lick melodi gitar yang siap menyayat telinga pendengar.

 

Kala Sang Surya Tenggelam – Amerta

 

Saya sempat mengira lagu Almarhum Chrisye ini sudah berada di puncak kegelapan. Namun, Amerta membuktikan saya salah. Mereka bisa membuat “Kala Sang Surya Tenggelam” berada di level yang lain dengan membuatnya lebih gelap dan berat, tanpa menghilangkan unsur melankolisnya. Salah satu lagu yang berhasil membuat saya menangis di tahun ini.

 

Kadang Ingin Berhenti – White Chorus

 

Satu lagi soundtrack menjalani kehidupan dewasa yang menemani saya tahun ini. Umur yang tidak jauh berbeda dengan personel White Chorus membuat relevansi saya dengan lagu ini menjadi lebih tebal. Meski begitu, “Kadang Ingin Berhenti” mengusung nuansa up-beat yang seakan mengajak kita semua untuk dance the pain away.

 


Kabar Dari Dasar Botol – White Chorus ft. Rekah

 

Aransemen ulang White Chorus terhadap lagu yang dirilis tahun 2022 ini menjadi pengingat bagaimana 2 tahun lalu “Kabar Dari Dasar Botol” menjadi salah satu lagu lokal yang paling sering saya putar. Tapi maaf untuk Rekah, White Chorus berhasil membuat lagu ini lebih dahsyat dengan aransemen baru mereka.

 

gairah (live from the fuck off) – BAP.

 

Kacau, berisik, ngawur, mungkin 3 kata yang bisa menggambarkan lagu ini. Meski penuh dengan energi negatif dari sisi lirik, namun tidak bisa dipungkiri “gairah (live from the fuck off)” selalu berhasil menghasilkan ketenangan setiap selesai diputar.

 

Light That Never Goes Out by Mariusz Lewandowski – Enola

 

Attitude idealis Enola adalah hal yang membuat saya cinta mati dengan band ini. Hal itu terlihat di album baru mereka, Commit Death. Band lokal mana yang berani menjadikan nomor pembuka album dengan lagu yang berisi lapisan ‘tembok’ suara gitar berdurasi hampir 12 menit tanpa iringan ritmis apa pun. Mungkin saya hanya tau Sunn O))) yang melakukan ini, bagaimanapun mereka band internasional. Intinya, lagu ini sangat terapeutik bagi saya.

 

Lari / Mati – Godplant

 

Dengan rilisnya lagu ini, Godplant berhasil mengabadikan kengerian Tragedi Kanjuruhan di Malang yang terjadi beberapa waktu lalu ke dalam sebuah karya. Semoga jika generasi mendatang mendengarkan “Lari / Mati” mereka bisa mendapatkan edukasi tentang tragedi berdarah saat itu sehingga tak terlupakan sampai kapan pun.

 

Ma Shouganai – Morfem

 

Lagu ini merupakan terjemahan bahasa Jepang lagu MORFEM berjudul “Teleportasi”. Jika biasanya mendengarkan suara Jimi Multhazam melafalkan lirik Indonesia yang menjadi keahliannya, kali ini senang rasanya ia melakukan eksplorasi bernyanyi dengan lirik berbahasa yang sama sekali bukan bahasa ibunya. Kabarnya, proses penerjemahan sang lagu dibantu oleh Prabu Pramayougha dari Saturday Night Karaoke.

 

DOOMNATION – Kultus

 

Satu-satunya materi yang dirilis Kultus tahun ini. Dalam membawakan musik doom metal, mereka sudah tidak usah diragukan lagi. Namun yang menarik di lagu ini, band juga memasukkan unsur death dan black metal yang membuat “DOOMNATION” semakin menarik untuk disimak.

 

Angel Arm – Batu Besi Pasir

 

Dengan membawa materi album mini Angel Arm, band muda yang saya temukan dari rubrik Bising Kota ini sangat menarik perhatian. Kental dengan genre industrial, namun memiliki lirik yang sangat positif adalah sebuah kontradiktif yang indah. Di album mini tersebut, Batu Besi Pasir juga memasukkan versi remix sang lagu dalam tajuk “The Angel of Gunsmoke” yang tak kalah keren.

 

pasang – Swellow

 

Sejak intronya terdengar, saya langsung kagum dengan eksplorasi Swellow di lagu ini. Dikenal dengan genre indie rock, band berhasil memadukan karakter musik mereka dengan ketukan krautrock yang menjadikan “pasang” sangat menarik untuk didengar maupun disaksikan live.

 

Gog Magog – Fulgur

 

Lagi, saya menemukan band yang menarik untuk disimak saat menulis rubrik Bising Kota yaitu Fulgur. Mereka mengaku album mini Tangled Sacrifice yang menampilkan lagu “Gog Magog” ini merupakan karya penanda pergantian genre band dari stoner metal ke blackened sludge. Personel juga mengaku hal tersebut dilakukan setelah menemukan Iron Monkey, band sludge metal kawakan dari Inggris yang juga menambah alasan saya menyimak karya Fulgur.

 

Melukis Memar Di Langit Ibu – Rekah ft. Stephania Shakila

 

Blast beat intens menyerempet ke gaya black metal mengiringi spoken word yang diikuti teriakan melengking sang penyanyi menjadikan lagu ini hook sejak awal diputar. Setelah semua kekacauan tersebut, Rekah langsung menyajikan reff yang sangat-sangat catchy sehingga membuat emosi lagu ini sangat kaya.

 

Vajranala – Senyawa

 

Tidak bisa banyak menjelaskan kenapa memilih lagu ini. Yang jelas buat saya setiap Senyawa merilis karya, rasanya belum pernah kecewa dengan kualitasnya sampai saat ini.

 

TRAVERSAL – Avhath ft. KUNTARI

 

Waktu mendengar kabar tentang kolaborasi antara Avhath dan KUNTARI, suara-suara seperti di lagu ini yang langsung terbayang di benak saya. Dari semua lagu yang ada di album mini Ephemeral Passage, sepertinya “TRAVERSAL” yang paling berhasil menampilkan karakter Avhath dan KUNTARI secara imbang. Gelap, purba, dan tentunya komprehensif.

 

Pulang – Seringai

 

Karya perdana selama 6 setengah tahun terakhir dan Seringai memilih topik kesehatan mental, bagaimana mungkin tidak menjadi favorit. Eksplorasi di lagu ini juga tidak main-main. Seringai yang sudah menjadi jagoan musik rock oktan tinggi menyertakan unsur-unsur tak terduga seperti post-hardcore, black metal, dan sedikit dark wave di lagu ini. Jika semua pilihan saya di daftar ini dijadikan playlist, penempatan “Pulang” sebagai lagu terakhir rasanya akan sangat masuk akal.


 

Pohan 

Foto kita blur – Sal Priadi

 

Lagu ketujuh MARKERS AND SUCH PENS FLASHDISKS ini terdengar beda sendiri di album. Sal menuliskannya bersama Matter Mos dan musisi Gusti Irwan Wibowo hadir sebagai produser. Saya merasa entah sekaligus jadi senyum sendiri ketika mendengar dan ikut menyanyikannya. 

 

Pulang (apa yang kau cari) – Matter Mos

 

Pergi jauh dari rumah melakukan kegiatan yang dianggap seru, selalu ada keinginan untuk lekas pulang. Matter Mos menuliskannya bersama Jason Ranti, Dipha Barus, dan Resha Savero. Pulang ke rumah atau pulang entah ke mana. Jadi banyak renungan dalam durasi 3 menit lebih, yang mengungkapkan dunia ini memang sebentar saja. 

 

Berpura-Pura – D’MASIV

 

Tak menyimak betul-betul album mereka yang sebelumnya kecuali “Kau Yang Tak Pernah Tahu” hasil kolaborasi bersama Fariz RM karena terdengar lumayan. Khusus album ini, memutuskan langsung mendengarkan semua untuk menemukan satu yang terbaik. Pilihan jatuh kepada “Berpura-Pura”, lagu dengan melodi gitar yang manis.

 

Putus – Pamungkas

 

Jika hanya membaca judulnya, seakan lagu ini menceritakan perpisahan padahal bukan. Saya langsung teringat lagu Dewa 19 “Tak Kan Ada Cinta Yang Lain”, yang kurang lebih liriknya sama, untuk seseorang. Pamungkas juga melibatkan musisi senior Harry Budiman dalam penulisan sang lagu.

 

Malam Ke Malam – Sun D, Tessa Latuheru 

 

Dari sekian lagu yang Sun D rilis tahun ini, saya menjagokan “Malam Ke Malam”. Bunyi basnya menonjol, yang saya bahasakan menari bebas hanya di satu garis. Tessa Latuheru sebagai rekan duet membuatnya lengkap. Memang penting memilih dengan siapa berkolaborasi supaya karya tidak datar. 

 

Normal – White Chorus

 

Lagu ini merupakan bagian dari album mini Setengah Mati hasil kolaborasi bareng Rekah. Bagaimana Friska menyanyikannya sangat menggambarkan bagaimana situasinya, terutama bagian lirik, “Kau tertawa namun tak paham artinya”. Ia mengingatkan saya ke era musik 2000-an, penyanyi solo bernama Astrid. 

 

Dadidu Di Dada – MALIQ & D’Essentials

 

Merasa kesepian di tengah keramaian menjadi gambaran suasana mendengarkan lagu ini. Badan dan kaki yang sudah kompak bergoyang di bawah kerlip lampu hanya sekadar penenang sementara. Perpaduan musik yang bikin joget dengan lirik galau penuh tanya selalu menarik untuk diagungkan.

 

SURAK – Dipha Barus

 

Beberapa tahun ini, banyak DJ Indonesia seliweran di festival musik internasional. Saya berharap Dipha Barus, setelah merilis single-single yang baru lebih aktif dan produktif lagi. Ketimbang “Rima Raga”, saya lebih mengiyakan “SURAK”. Single ini masuk daftar terbaik karena semua harus tau bahwa musik bagus bukan hanya datang dari solois atau band, tapi DJ.

 

Menangislah – Basboi 

 

Saya pertama mendengarkan lagu baru Basboi ini dari promosi di media sosial. Dapat dikatakan terdengar lain dari materi yang pernah ia rilis. Masih dengan karakter vokal khasnya, yang saya anggap tidak spesial, namun aransemen musiknya bisa menutupi kekurangan usaha ia bernyanyi hingga menjadi terdengar mesra. Shout out to Panji Wisnu J. (_mildwave). 

 

Begitu Saja – Servira

 

Banyak penyanyi bersuara bagus yang tidak langsung mendapatkan perhatian dari para pendengar. Wajar, mungkin salah satu alasannya jenis musik yang ditawarkan bukan selera atau kurang promosi. Saya yang baru menemukan Servira langsung menjagokan single perdananya ini. Kalau aransemennya bisa terdengar biasa, karakter suaranya sudah berhasil menutupi segala kekurangan. 

 

Sakura Abadi – Diskoria, Laleilmanino, Neida

 

Setelah mencetak banyak lagu hit untuk berdansa, akhirnya Diskoria siap untuk mengeluarkan sebuah album penuh perdana tahun depan. Single berdurasi lebih dari 6 menit ini dipastikan bakal masuk daftarnya. Tahun 2024 juga menjadi momen penting bagi kolaborator langganan mereka, Laleilmanino yang memasuki usia satu dekade. Dari sekian karya yang Diskoria dan Laleilmanino hasilkan, ini yang saya yakin termegah.

 

Pop Song – Girl and Her Bad Mood

 

Memilih lagu “Pop Song” masuk ke daftar ini bukan hanya untuk kembali mengingatkan bahwa Malang punya unit alternatif pop Girl and Her Bad Mood, namun saya berharap mereka bisa lebih banyak punya kesempatan manggung di festival besar dalam maupun luar negeri. 

 

As long as I’m here, you have nothing to worry about – In Inertia

 

In Inertia merupakan duo beranggotakan Fitrah Akbar dan Annissa Utami. Saya menemukan mereka di Gelombang Alternatif Spotify. Ada 3 lagu yang mereka rilis di tahun ini. Masing-masing durasinya lebih dari 5 menit dan semua menarik didengarkan saat kosong. Namun jika harus memilih agar sesuai dengan isi pikiran adalah “As long as I’m here, you have nothing to worry about”.

 

Ragam – Geeks on Gig

 

Jarang sekali mendengarkan lagu band-band pop punk Indonesia. Bahkan hanya ada beberapa nama di kepala. Sejak Geeks on Gig merilis materi musik perdana mereka di tahun 2019 datanglah harapan, bahwa pencipta dan penikmat jenis musik ini masih ada.  

 

Under Substance – Demo – The Canary 

 

Saat mendengarkan lagu ini, wajah-wajah lama gentayangan di kepala. Entah karena aransemen musiknya atau cara bernyanyi Srvirna. Dan Adinda yang mengisi posisi keys berhasil menciptakan harmonisasi. Tidak harus berpikir keras untuk menilai karya musik, contohnya bagaimana saya memilih yang satu ini masuk ke daftar terbaik meskipun versi demo


 

Faiz Adzkia

Trapped in a Haze – COLORCODE, Shafa Ashfihani

 

Jujur, saya terbilang telat mengenal band ini. Mungkin kenal gara-gara meme lagu “Merra” yang banyak tersebar di platform X. Tapi, lagu yang rilis di 2024 ini membuat saya jadi bikin kenal gak cuma “Merra” saja. Salut ada band Jogja dengan pembawaan pop punk yang modern. 

 

Kitalah Penjelajahnya! – The Jansen

 

Dewasa dan eksplorasi, mungkin itu dua kata yang tepat dari keseluruhan album baru dari The Jansen, Durja Bersahaja. Sensasi karakter sound ‘ngawang’ sangat jelas tersaji di album ini. Kesan lo-fi pun juga nongol dengan gamblang. Tapi kalau ngomongin satu trek favorit, jelas “Kitalah Penjelajahnya!”.

 

Utara – Skandal 

 

Album Melodi mengingatkan saya akan sound-sound 90-an yang pernah menggema pada layar 14” program musik di MTV dan lagu “Utara” jadi trek favorit. Pernah indekos di Jogja hampir 1 dekade lamanya. Buat saya judul lagu ini jadi pengingat daerah-daerah tempat main saya seperti Concat, Palagan, hingga Jakal. Memorable!

 

Sesak – Jirapah

 

Bassline dari awal lagu menonjol dan sangat upbeat. Saya rasa Jirapah agak ‘rebel’ di lagu ini jika dibanding materi-materi di Planetarium. Riff gitarnya pun sama, berantakan tapi pas rasanya berada di dalam lagu. Dijamin bikin berjingkrak dengan kesesakan yang nikmat ini. 

 

Lanni – Senja Dalam Prosa 

 

Sudah mengikuti band ini sejak album mini Kala muncul di 2013. Mereka memang sempat bongkar pasang vokalis, namun saya cukup takjub dengan isian vokal personel anyarnya. Berdurasi 5 menit, ini jadi nomor terfavorit di album terbaru Senja Dalam Prosa.

 

Linger – Enamore 

 

Shoegaze murung dibalut post-rock megah serta kesedihan yang dalam menyatu di trek satu ini. Cocok jadi soundtrack penutupan tahun sepertinya. Apakah akhir tahunmu sedikit kelabu? Mungkin lagu ini menjadi jawabannya. 

 

Just Dub It (Remix) – Dubyouth, BAP., Mr. Dymz

 

Kombinasi vokal berat ala Heruwa dan isian rap BAP. untuk versi remix ini makin rumit tapi asyik. Saya yakin apabila lagu dibawakan live, gak mungkin kalian gak menganggukkan kepala. Yakin!

 

I Would Never… – Drizzly, Mocca

 

Mendengarkan lagu ini pertama kali hari Selasa dan waktu itu hujan. Vibes dreamy yang ada di lagu rasanya pas banget. Versi baru yang dibawakan Drizzly pun agak sedikit kenceng, tapi masih ada indie pop-nya. Fresh!

 

An Najma – Ali, Adam Halliwell

 

Trio cross-cultural funk muncul dengan karya baru “An Najma” tahun ini. Isian flute Adam Halliwell jadi semacam serpihan pelengkap yang sempurna untuk lagu. Sesuai dengan kata yang ada di nama kolaborator, well!

 

Libra – Pee Wee Gaskins 

 

Sebagai seseorang berzodiak Libra, lagu ini jadi hal yang bisa dibanggakan. Terlebih sejak munculnya “Libra” saya takjub dengan terobosan dari Dochi dkk yang memasukkan unsur emo ala band-band Run For Cover Records. Fase kedua Pee Wee Gaskins di album baru patut ditunggu!

 

Parting Ways (Constellation Pluto) – Pee Wee Gaskins 

 

Lagu ini pun muncul tepat kurang lebih sebulan setelah “Libra”. Ini makin meyakinkan saya bahwa era baru Pee Wee Gaskins telah tiba. Mungkin setelah lepasnya mereka dengan label sebelumnya, Dochi dkk semakin eksplorasi dan keluar dari zona pop punk yang nyaman sebelumnya. Great job!

 

Memori Baik – Sheila On 7, Aishameglio

 

Saya sempat menangis sejenak gara-gara menonton videoklipnya. Apalagi saya sudah menjadi seorang bapak. Bagaimana cerita dari masing-masing personel SO7 tentang kehidupan dalam lagu ini sangatlah mengetuk pintu hati. Ini menjadi bukti bahwa Duta dkk gak berhenti di album Musim Yang Baik saja. 

 

Flamboyanku – Diskoria, Danilla 

 

Tepat saat Diskoria memilih Danilla sebagai kolaborator di “Flamboyanku”. Sebuah lagu gubahan yang awalnya dibawakan oleh grup Student Power ini bakal masuk dalam album Intonesia yang rencana rilis tahun depan. Saya merasa bagian terenak lagu ini di akhir. Di mana Danila bersenandung sembari diiringi suara synthesizer Diskoria, terdengarnya sedap!

 

Rima Raga – Dipha Barus, Kunto Aji, The Adams

 

Dipha Barus berhasil memilih nama-nama kolaborator yang sesuai dengan porsi masing-masing. Lirik-lirik reflektif bareng Kunto Aji, harmonisasi nada khas The Adams yang kompak mengisi suara latar, serta mewahnya riff gitar dari Idam Swellow bikin lagu ini pantas bikin joget dan sing along pastinya.

 

Terbuai – BANK

 

Kecantol dengan band ini setelah nonton live-nya di Java Jazz Festival 2024. Setelah mereka merilis album penuh perdana, saya mendengarkannya secara utuh dari awal sampai akhir. Saya yang menyukai album milik Daft Punk, Random Access Memories, ini hadir untuk menjadi alternatif lain. Ya, saya rasa ada beberapa trek yang mengingatkan sama album milik duo asal Prancis tersebut.

 

Strawberry Mood Swing – Dochi Sadega, Widikidiw

 

Proyek solo Dochi yang membawa nuansa midwest emo ini berhasil memikat saya. Walaupun belum pernah nonton live perform-nya, sang ​​lagu terdengar solid secara keseluruhan. Sebuah evolusi yang bijak darinya dan “Strawberry Mood Swing” menjadi salah satu yang high rotation di kuping saya.

 

Tiada Tuhan Selain Milik Kapital – Efek Rumah Kaca, IKLIM

 

Lagu yang berada dalam album sonic/panic Vol. 2 ini masuk playlist saya di injury time. Sindiran sosial dari Cholil Cs tertuang dalam lirik yang catchy. Sungguh tamparan yang bergizi bagi gendang telinga di akhir tahun ini. 

 

Hujan Orang Mati 1: Asam Lambung – Majelis Lidah Berduri 

 

Selalu menunggu dan menunggu band mitos ini merilis karya yang baru. Penasaran memang saat mereka mengumumkan akan tampil di Artjog 2022 dengan setlist album Hujan Orang Mati, namun terlewatkan. Senang rasanya bisa menyaksikan band membawakan beberapa nomor dari album HOM di Forestra 2024. Trek “Hujan Orang Mati 1: Asam Lambung” sebuah penanda bahwa Melbi selalu mengingat peristiwa-peristiwa penting di Indonesia.

 

Pagar – Majelis Lidah Berduri 

 

Dari intronya saja sudah mengingatkan hawa-hawa materi album Balada Susi dan Joni. Salah satu lagu yang masuk dalam album Hujan Orang Mati ini turut dibawakan saat mereka manggung di Liberates Creative Colony percis sebelum pandemi Covid-19. Bagian pengulangan lirik, “Tubuhmu tubuh debu. Tubuh tanah tubuh ibumu” sangat menjelaskan bagaimana peristiwa kasus penggusuran di Kulon Progo kala itu.

 

Myriad Eyes – Sigmun 

 

Lagi-lagi memilihnya di injury time tahun 2024. Salah satu lagu di EP terbaru Sigmun bertajuk Maldies yang menyentil kuping. Saya menganggap salah satu band mitos ini memberikan bukti bahwa setelah kemunculan Crimson Eyes (2015), mereka gak mandek dan bisa menelurkan karya lagi. Penantian hampir 1 dekade yang terjawab!


 

Denny Dermawan 

Harapan, Pt. 1 – The Cottons 

 

The Cottons bangun setelah tidur panjang dan membuktikan mereka masih layak berada di industri musik Indonesia. Album mini Harapan yang rilis Juni 2024 berhasil membuat banyak orang jatuh cinta dengan trek jagoannya masing-masing. Namun saya memilih “Harapan, Pt. 1” yang terdengar menyenangkan sejak masuk intro. Tidak kaget jika mereka tahun ini berkesempatan tampil di festival besar.

 

Episode – Sal Priadi 

 

Lagu yang paling sentimental buat saya. Lirik yang berbunyi, “Di umurku yang segini, teman dekat makin sedikit’’ adalah kenyataan. Dan lagu ini cocok sekali didengarkan ketika melintasi jalan layang Antasari di malam hari. Saya takut kehilangan teman-teman terdekat.

 

Lama-Lama – Bernadya 

 

Sepanjang tahun ini Bernadya menjadi nama yang paling sering muncul di jagat internet. Semua lagu miliknya memang bisa menjadi soundtrack di kehidupan setiap orang, tidak terkecuali saya pribadi. Lagu ini lumayan nempel di kepala setiap hari dan lama-lama akhirnya saya suka.

 

bersimpuh – Nadhif Basalamah 

 

“bersimpuh” menjadi trek yang terakhir di album Nadhif ini. Begitu personal ketika memperhatikan lirik yang dituliskan. Seakan lagu adalah wujud syukur atas apa yang terjadi padanya dan menambah daftar lagu tentang Tuhan yang bisa menjadi pilihan.

 

Terus Terang – MALIQ & D’essentials 

 

Bunyi liriknya, “Oh, sialnya aku cinta kepadamu. Menyesakkan dada, namun aku terus. Menaruh harapan ke hati yang belum tentu untuk aku”. Lagu ini terdengar sangat sederhana dan mudah sekali dicerna, namun rasanya pasti sangat familier buat sebagian orang yang jatuh cinta sama teman atau sahabat sendiri. Saya punya visual sendiri setiap mendengar lagu ini.

 

Rima Ini Mekar Dengan Amat Biru – Dongker, Kinder Bloomen 

 

Ekspresi pertama yang keluar saat album Ceriwis Necis rilis, kaget! Fokus saya langsung lagu ‘’Rima Ini Mekar Dengan Amat Biru” hasil kolaborasi dengan Kinder Bloomen untuk menjadi pilihan yang tepat. Menurut saya, sang lagu menyelamatkan Dongker di album ini. 

 

Nina – .Feast 

 

2024 menjadi tahunnya .Feast saat kembali hadir dengan album baru yang segar dan lebih bisa dinyanyikan, baik sedang tidak atau saat menonton mereka langsung. Lagu “Nina” menurut saya menjadi pintu gerbang orang-orang yang sebelumnya tidak mendengarkan .Feast, akhirnya bisa menikmati musik yang mereka bawakan dan ini paling manis yang dimiliki Baskara dkk.

 

Membebaskan Hujan Dari Tirani Puisi – Morgue Vanguard 

 

Pribadi yang dikenal tegas dan lantang biasanya orang yang puitis, ini yang ada di kepala saya terhadap Morgue Vanguard. Lagu ini menggambarkan sisi romantis seorang Ucok tentang rasa cinta yang besar terhadap pasangannya. Buat saya, ini lagu cinta paling keren di 2024.

 

Sampai Jua – Reruntuh, Gulf of Mero, hara

 

Lagu “Sampai Jua” membuat pikiran saya ke mana-mana dengan visual yang muncul. Saat lagu ini didengarkan jam 2 pagi, membuat nyawa semakin hidup. Diam di kamar menatap langit-langit, ketakutan akan hal-hal yang belum terjadi dalam hidup menimbulkan tanda tanya besar. Apakah kita akan sampai pada yang dituju?

 

Amerika – BANK

 

Pertama kali menonton BANK di We The Fest, bohong jika badan tidak bergoyang mengikuti musik yang dimainkan. Vokal Tami dan Zaki pun menambah magis lagu ini. Supergrup yang memang layak menjadi penampil di festival-festival besar. Selama beberapa minggu, khusus lagu ini menjadi soundtrack perjalanan saya menuju ke kantor.

 

IZ DA LUV (SUNSHINE) – XANDEGA

 

Pemain bas Polka Wars, Xandega semakin terlihat matang dengan membuat proyek solo dan merilis lagu ini. Saya kaget ternyata ia bisa menciptakan hal-hal yang menyenangkan. Lagu “IZ DA LUV (SUNSHINE)” enak buat disetel hari Jumat malam menuju keramaian dan bertemu teman-teman.

 

Waktu – Skandal

 

Skandal selalu menarik untuk dibahas, tidak berubah. Album penuh pertama milik mereka ini rilis di bulan Oktober dan membuktikan kalau band punya masa depan yang baik. Suara gitar di album sangat mendominasi dan menjadi ciri khas tersendiri untuk mereka. Lagu “Waktu” mengingatkan saya sama band-band Indonesia era 2000-an, liriknya sederhana tapi langsung menempel di kepala. Ada nostalgia setiap mendengarkannya. Seakan dunia berhenti dan putar balik ke era yang baru untuk merasakan patah hati pertama kali di umur belasan. 

 

Tarot – .Feast 

 

“Nina” jadi lagu paling manis yang .Feast punya, tapi “Tarot” mungkin punya tempat sendiri di hati orang-orang, termasuk saya. Awalnya saat album Membangun & Menghancurkan rilis, “Tarot” belum mencuri perhatian. Selang beberapa waktu, lagu ini ramai dipakai untuk konten di TikTok, ternyata bagian bridge-nya membuat saya angguk-angguk kepala sambil senyum-senyum sendiri. Dan pada saat melihat penampilan live mereka, benar adanya lagu ini punya nyawa berbeda. 

 

Terakhir Kali – Wijaya 80 

 

Tidak dipaksakan menjadi 80-an, tapi apa yang keluar dari Wijaya 80 menurut saya sangat bagus karena benar-benar seperti ada di era 80-an, walau saya tidak berada di era itu. Sepertinya kalau melihat beberapa cuplikan film Indonesia 80-an, lagu “Terakhir Kali” cocok sekali mengisi soundtrack seperti Catatan Si Boy, Cintaku di Kampus Biru, atau Kejarlah Daku Kau Kutangkap.

 

Disini Saja (Jangan Kemana-mana) – Morfem 

 

Berbicara tentang Morfem, saya berhenti di “Senjakala Cerita”. Dan di penghujung tahun 2024, mereka kembali dengan album baru. Satu yang menarik lagu “Disini Saja (Jangan Kemana Mana” karena ternyata mengembalikan ketertarikan saya terhadap band ini. Saya menyukai gaya penulisan lirik Jimi Multhazam dan lagu mempunyai lirik sederhana tapi nakal ala anak usia belasan yang baru merasakan jatuh cinta dengan wanita dewasa.

 

Sans Soleil – Mafia Pemantik Qolbu 

 

Band gaib potensial yang sepertinya di pertengahan tahun ini kerasukan hal-hal baik karena tiba-tiba aktif merilis lagu sampai menuju akhir tahun. Sebanyak 4 single yang sudah dilepas dalam waktu enam bulan. Lagu “Sans Soleil” membuktikan jika band ini memang berisikan orang-orang hebat di dalamnya. Suara Alit sebagai vokalis terdengar semakin bagus terlebih di lagu ini.

 

Diculik Cinta – Gusti Irwan Wibowo 

 

Megah, seru, dan menghibur adalah tiga kata yang bisa menggambarkan lagu ini. Saya sebagai penikmat musik dangdut era 90-an berterima kasih kepada Gusti karena sudah membuat lagu dengan begitu baiknya. Nonton Gusti manggung membawakan lagu ini secara live benar-benar terhibur, dan menariknya ia kembali memutar ingatan saya saat masih SD, hari Sabtu pagi Kakek memutar lagu-lagu dangdut milik Imam S. Arifin, A. Rafiq, dan Rhoma Irama. Masih jauh untuk bisa seperti nama-nama yang saya sebut barusan, tapi saya percaya Gusti bisa mencapainya.

 

Minggu – White Chorus, Dzulfahmi 

 

Awal mendengarkan lagu ini, saya merasa White Chorus akhirnya menemukan DNA yang selama ini mereka cari. Vokal Friska semakin centil dan musik White Chorus semakin terasa eksplorasinya. Saya tidak mendengarkan duo ini sebelumnya, tapi setelah EP ini rilis tidak ragu untuk bilang, kalau saya akhirnya menjadi salah satu penggemar mereka. 

 

Four Flights to Fibs – Littlefingers 

 

Saya bukan penikmat musik tanpa lirik. Menurut saya mendengarkannya seperti perpaduan yang tidak masuk akal. Tapi Littlefingers mengubah persepsi itu sejak pertama kali menonton mereka langsung di salah satu festival tahun ini. Tidak heran jika di 2024 Chika Olivia dkk berhasil menembus festival luar karena mereka memang layak.

 

Semoga Beruntung Nasib Buruk – Satu Per Empat

 

Yang menarik dari Satu Per Empat adalah semua artwork materi mereka di tahun ini. Vokalis Bismo menyerahkan sebagian ruang kosong untuk ditato judul lagu dan album bandnya. Sesuatu yang sangat gila dan lagu “Semoga Beruntung Nasib Buruk” menjadi pembuka album yang membuat saya menganga sambil berpikir, “Kok bisa ya mereka bikin lagu begini?”.

 

Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
,mkk
,mkk
2 days ago

hugugu

ryan
ryan
2 days ago

buat playlist spotify nya donk

Eksplor konten lain Pophariini

We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms

Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan.     Album Asian Palms …

Yella Sky Sound System Rayakan 1 Dekade Lewat Album Mini The Global Steppers

Unit dub kultur sound system asal Jakarta, Yella Sky Sound System merayakan satu dekade eksistensi lewat perilisan album mini terbaru bertajuk The Global Steppers (20/12). Dipimpin oleh produser sekaligus selektor Agent K, album mini …