20 Kompilasi Musik Indonesia Esensial 2000 – 2022

Feb 20, 2022

Selain sebagai sebuah set kumpulan dari track-track dari pelbagai band yang disusun dengan maksud tertentu, sebuah kompilasi musik sejatinya adalah penanda jaman. Sebuah produk dokumentasi yang menggambarkan dinamika dan geliat dari sebuah keadaan musikal tertentu di masa tertentu.

Dalam peta emas perjalanan musik Indonesia, selain dari album-album rekaman penuh dari tiap band/musisi yang dirilis saat itu, kompilasi kerap menjadi hal yang penting untuk diketahui.

Bagi penikmat musik yang besar di era 2000an misalnya, sebuah kompilasi sangat bisa dan mungkin menjadi first encounter mereka akan musik-musik dan band-band baru, yang mungkin belum pernah mereka dengar sebelumnya.

Dalam perjalanannya sejak era 50-an sampai hari ini, kompilasi musik mengalami banyak format dari piringan hitam, kaset, CD sampai digital.

Pophariini mencoba mengilasbalik kepada 20 Kompilasi Musik dalam kurun waktu dua dasawarsa terakhir.

Simak daftarnya


 

1. Ticket To Ride, A Benefit For Your Local Skate Park (Spills Records, 2000)

Dari segi tahun, harus diakui bahwa Ticket To Ride lah yang mengawali semuanya. Berawal dari kepedulian anak muda Bandung dari skaters juga anak-anak band akan terciptanya sebuah skatepark tempat menjadi misi dari dibuatnya kompilasi yang diproduksi oleh Spills, label asal Bandung yang kerap membuat sampler musik dalam bentuk kaset sebagai bonus di majalah Ripple di era akhir 90-an. Dari segi kompilasi musik, kompilasi ini boleh dibilang sebagai lanjutan dari dinamika skena independen kota Kembang yang dulu diawali oleh MasaIndahBangetSekaliPisan di era 90-an, beberapa pengisinya pun punya irisan yang sama dari Puppen, Full of Hate, Burgerkill, sisanya adalah nama-nama lainnya seperti The Jonis, Koil, Sieve, Kamehame dan lainnya.

2. Delicatessen (Poptastic! Records, 2002)

Boleh dibilang, kompilasi ini yang mengawali semua cerita tentang band-band independen di awal milenium. Poptastic! Records, label asal Bogor yang merilis kompilasi ini sebagai bagian dari keriaan gigs independen yang kerap diikuti oleh 12 pengisi kompilasi yang awalnya belum punya album ini. Dari sini, kita tahu bahwa akhirnya mereka berkembang menjadi nama-nama besar atau cult, seperti Mocca, Santa Monica, The Upstairs, The Sweaters, Blossom Diary dan The Milo.

3. New Generation Calling (2003, Spills Record)

Sukses dengan Ticket To Ride, Spills kembali menelurkan kompilasi esensial lainnya yang berisi aksi-aksi multi genre dari garage rock/pop punk/punk rock dan turunannya. Banyak generasi punk rock yang sebelumnya sudah berkiprah yang didokumentasikan dengan baik di sini seperti Rocket Rockers, Superman is Dead, Boys Are Toys dan masih banyak lagi. Beberapa band di kompilasi ini memang kerap wara-wiri dan dihormati di skena Jakarta dan Bandung. Oiya, patut dicatat bahwa ini menjadi kiprah awal supergroup Teenage Death Star – yang menyumbangkan lagunya “Absolute Beginner Terror” – dalam skena musik independen. Nama mereka bersinar ketika sebuah film bertajuk Janji Joni kembali mempopulerkan nama mereka.

4. Kampus 24 Jam Hits [IKJ Records. 2003]

Semua orang mengakui bahwa sebagai sebuah kampus seni, Institut Kesenian Jakarta sudah gudangnya band-band bawah tanah yang keren. Perjalanan musik Indonesia tak lepas dari peran band-band yang lahir dari kampus ini. Namun sepanjang perjalanannya dari awal 90-an – 2000an, belum pernah ada kompilasi dokumentatif terhadap geliat skena musik di kampus ini. Sampai pada 2002, ketika dua orang musisi dan pemerhati skena kampus,   Jimi Multhazam, Bondan dan Ario Hendarwan berinisiatif untuk membuat sebuah album kompilasi dari band-band IKJ yang tujuannya sekadar untuk mendokumentasikan musik yang pernah terlahir dari kampus seni ini. Bertajuk Kampus 24 Jam Hits, album ini menampilkan karya-karya dari band-band yang eksis saat itu, dari  Angkatan Udara, Proteshkrash, Samudra, Liga Memek, Imanissimo, Fable, Rumahsakit, Sekarwati, Lonely [kini The Adams], The Upstairs, Kebunku dan sebagainya. Album ini adalah awal dari project kompilasi serupa yang sudah dirilis sampai volume 3.

5. JKT:SKRG (2004, Aksara Records)

Seperti Delicatessen, ini adalah kompilasi yang menurut kami jadi penanda jaman dari menggeliatnya band-band seru di awal milenium. Sesuatu tajuknya, isinya sudah pasti band-band Jakarta yang tengah bersinar, dari C’Mon Lennon, The Brandals, The Upstairs, Sore, The Sastro, dsb. Sebuah kompilasi yang menangkap keriaan aksi-aksi yang kerap tampil di bar-bar kecil, terutama BB’s Cafe di kawasan Menteng. Meskipun 99 persen line up nya adalah band Jakarta, namun dalam kasus Teenage Death Star, satu-satunya band Bandung yang muncul disini adalah band yang kerap menghabiskan panggungnya di Jakarta.

6. Anthems of Tomorrow (dE Records, 2004)

Emo menjadi tren seru di skena sidestream era 2000-an. Geliat serunya sirkuit-sirkuit independen ibukota yang banyak dimeriahkan oleh band-band emo ini ditangkap secara pas oleh kompilasi ini. Dirilis oleh dE Records, kompilasi ini dimeriahkan oleh The Side Project, Sweet As Revenge, Friends Of Mine, Dagger Stab, Chronical, The Plural,  dan masih banyak lagi.

7. Riot! The Thursday Riot Compilation (Parc Suddenly Records/Kenanga Records, 2004) 

Parc adalah satu dari saksi sejarah sirkuit independen yang ramai di era 2000-an. Bar di bilangan kebayoran baru yang didirikan oleh 2002 oleh Nasta dkk ini menjadi legendaris karena kerap menghadirkan banyak keriaan dari Senin – Minggu. Thursday Riot adalah salah satu menu menarik di hari kamis yang menampilkan showcase dari band-band independen yang lagi hangat dibicarakan saat itu, dari White shoes and the couples company, the hydrant, the milo, mocca, step forward, bangkutaman dan masih banyak lagi. Kompilasi ini hadir seratus persen merayakan keriaan itu.

8. Janji Joni (Aksara Records, 2005) 

Setelah JKT SKRG, saya harus bilang kalau kompilasi ini adalah satu dari sekian banyak kompilasi yang mengangkat line up yang ada di dalamnya, melejit hingga dikenal banyak khalayak penikmat musik yang notabene anak muda. Yes, pola film dan musik sudah jadi ramuan yang pas. Di satu sisi, filmnya juga cult, begitu juga kompilasinya yang kini banyak dicari. Isinya sudah pasti band-band yang ada di JKT SKRG plus beberapa nama yang baru masuk di kompilasi ini seperti White Shoes and The Couples Company, Goodnight Electric, Sajama Cut. Buat beberapa penikmat musik pop sidestream, ini adalah first encounter mereka dengan band-band seperti White Shoes and The Couples Company, Goodnight Electric sampai Zeke And The Popo.

9. Jakarta Movement ’05 (Aksara, 2005) 

Sukses dengan JKT: SKRG, Aksara Records mengeksplorasi dan memotret ruang-ruang baru dari dinamika musik elektronik yang tengah berkembang saat itu. Hasilnya adalah kompilasi ini. Sebuah movement yang dirangkum dalam set kompilasi menampilkan aksi-aksi elektronika/dance musik terbaik di jamannya, dari Rock n Roll Mafia, Electronic Groove, Andezzz, Homogenic, Agrikulture, Junko, Goodnight Electric, dan masih banyak lagi. Menjadi esensial karena ini adalah potret emas perjalanan musik elektronik di tanah air.

10. Indiefest (FFWD, 2006)

Nama Fast Forwad (FFWD) Records dalam kancah musik independen Bandung tak bisa dipisahkan. Merekalah tonggak utama yang membuat skena di kota ini bergairah. Sejak didirikan tahun 1999 oleh Helvi Sjarifuddin, Marine Ramdhani dan Didit Eka Aditya, label ini melahirkan banyak roster yang diakui dan dihormati dalam kancah musik nasional dan internasional. Indiefest adalah kompilasi yang (sekali lagi) memotret dinamika grup independen yang tengah berjamur saat itu. Kompilasi debut yang berawal dari kompetisi musik ini menampilkan band-band yang saat itu hangat dibicarakan, dari mulai  Dojihatori, Airport Radio, Gerbang, D’Rinos, Hollywood Nobody, Keykuno, Lovely Tea, Pegawai Negeri, 70s Orgasm Club, Vincent Vega, dan Vox. Nama  yang terakhir disebut ini menyumbangkan nomornya “I See You” yang menjadi single hit kompilasi ini, pada akhirnya Vox sendiri dikontrak oleh Aksara Records. Setelah debutnya, kompilasi ini nantinya bersambung menjadi beberapa volume dengan berbagai line up yang menarik.

11. Mesin Waktu: Teman-teman Menyanyikan Lagu Naif  (Aksara Records, 2007)

Dalam perjalanannya, Aksara Records tampil menjadi bagian penting dari skena musik Jakarta di era 2000-an. Setelah proyek JKT SKRG, Jakarta Movement dan beberapa soundtrack film, mereka kembali membuat kompilasi penting bertajuk Mesin Waktu: Teman-Teman Menyanyikan Lagu Naif. Boleh dibilang ini adalah kali pertama kita mendengar kompilasi berbentuk penghormatan untuk sebuah grup musik yang karyanya diamini oleh banyak kalangan. Di dalamnya, kita mendengar banyak intrepetasi menarik dari band-band Indonesia saat itu baik yang muncul lebih dulu atau bersamaan dengan Naif seperti Fable dan Cherry Bombshell, atau grup-grup musik baru yang amat terinspirasikan Naif seperti Karon N Roll, The Monophones, White Shoes and The Couples Company hingga Couple, grup musik Power Pop asal Kuala Lumpur, Malaysia yang amat mengidolakan Naif.

12. Music Beyond No Borders Vo.1 (Yes No Wave, 2007) 

Sebelum Spotify, Joox dan semua layanan streaming digital marak di Indonesia sejak 10 tahun terakhir sampai hari ini, orang mengenal kompilasi hanya dari format fisik, namun Yes No Wave, netlabel asal Yogyakarta yang sudah eksis merilis katalog secara gratis di dunia maya sejak 2007 membuat kompilasi yang boleh dibilang sebagai kompilasi digital pertama yang ada di Indonesia. Dibuat sangat variatif didengar dan tentu saja hadir dengan banyak pilihan musik, dari punk rock, dub, electronic, alternative rock hingga surf rock. Line up-nya ada Dubyouth Soundsystem, Jaeger Boy Transistor, BondiHedHansel, Armada Racun, Zoo dan masih banyak lagi. Music Beyond No Borders adalah tangkapan dokumentatif dari cutting edge musik Indonesia dan ini menjadi awal kompilasi selanjutnya yang dirilis reguler tiap tahun.

13. It’s Hip Hop Poetry Battle (JHF, 2007) 

Jogja Hip Hop Foundation adalah nama yang penting dalam perkembangan musik hip hop di kota gudeg sejak didirikan oleh Kill the DJ pada 2003 silam. Di tahun 2007, JHF membuat kompilasi yang berisi musisi-musisi hip hop yang merespon karya puisi dari abad 17-21. Di dalamnya ada banyak nama hip hop yang menarik untuk disimak, dari     Rotra, Kontra, Gatholoco. Kill the Dj, Jahanam, Nova, Robot Goblok, MC Sabda, dan masih banyak lagi. Kompilasi yang berseri jadi dua volume (volume 2 dirilis 2009) ini kian membuat hip hop di Yogyakarta menjadi tumbuh subur.

14. Jogja Istimewa (Yes No Wave Music, Anarkisari Rekord, Kongsi Jahat Syndicate , 2010)

Kompilasi ini melengkapi kompilasi-kompilasi yang pernah dibuat oleh skena di kota ini yang masih bersifat sektoral. Ini adalah penyempurnaannya. Sebuah kompilasi yang memotret dan mengangkat dinamika dari band-band Jogja yang tengah bergairah namun kurang publikasi. Dikurasi oleh tangan-tangan dingin dari pemerhati musik di kotanya, Wok The Rok, Ajie Wartono dan Anton Kurniawan. Zoo, Serigala Malam, Armada Racun adalah tiga dari pengisi kompilasi yang menarik untuk disimak.

15. Radio Kill The TV Star (Organic Records, 2011)

Dengan misi mulia untuk mengembalikan minat orang untuk mendengarkan radio, muncul kompilasi yang berisi karya dari band-band yang jarang tampil di televisi. Bisa jadi, kompilasi ini justru lahir sebagai semangat pemberontakan halus akibat band-band sejenis yang kerap tampil di televisi. Kompilasi ini juga sebagai debut munculnya Organic Records, sebuah label yang diinisiasi oleh Maliq & D’Essentials yang ingin menjaring seluas mungkin bakat-bakat potensial dari skena musik Indonesia. Menariknya, 80 % dari karya yang ada di sini adalah original song yang dibuat khusus di kompilasi ini. Kita bisa mendengar “Kebakaran Hutan”-nya Sir Dandy, “Percakapan” nya The Upstairs, hingga “Berlari Dan Tenggelam”nya Maliq & D’Essentials. Salah satu hit dari Endah N Rhesa “Liburan Indie” pun muncul pertama kali di kompilasi ini sebelum akhirnya dimasukkan ke dalam album mereka.

16. Holy Noise – Indonesian Shoegazer Compilation (Anoa Records, 2015)

Kompilasi ini menjadi sebuah pengakuan bahwa Indonesia punya band-band yang disebut shoegaze, term spesifik bagi band-band penghamba kebisingan kalau boleh dipisahkan dengan term indiepop yang terlalu luas. Dicetak dalam bentuk kaset oleh label Anoa Records yang memang mendedikasikan dirinya untuk merilis katalog-katalog noise rock/alternative di tanah air. Menakjubkan rasanya mendengarkan satu demi satu masterpiece yang ada dalam line upnya. Dari pemain lama seperti Ajie Gergaji, Elemental Gaze, Poptart, Damascus hingga yang terbaru saat itu seperti Mellon Yellow, Seaside dan Treasure Hiding.

17. Dentum Dansa Bawah Tanah (Pepaya Records x Studiorama, 2016)

Dentum Dansa Bawah Tanah hadir melanjutkan tongkat estafet dari kompilasi sejenis bertajuk Jakarta Movement yang dirilis Aksara. Bedanya, kompilasi ini memotret banyak produser, DJ/komposer yang menyajikan elektronik dengan banyak warna. Sebuah potret skena elektronik bawah tanah yang hampir mustahil dilihat secara bersamaan, hadir di kompilasi ini.  Berisi 14 lagu dari Future Collective, Sunmantra, Duck Dive hingga REI.

18. Urban GiGs Unreleased Project Volume 1 (Demajors, 2017)

Yang menarik dari kompilasi ini yang belum pernah ada sebelumnya adalah bahwa menu yang dihadirkan adalah sebuah kolaborasi musik. Ini yang menjadi misi kompilasi ini, berusaha menampilkan kreativitas dari band-band yang sudah dikenal secara nasional. Ada 6 kolaborasi dari 12 grup musik ternama Indonesia, antara lain: Elephant Kind x Rock N Roll Mafia,  Silampukau x The Hydrant, The Brandals x Agrikulture, Mocca x Payung Teduh, KPR x Kimokal dan Barasuara x Scaller. Semua berfusi membuat sebuah karya baru yang layak untuk disimak.

19. Nusantara Dub Connection (Dub House Records, 2019)

Dub House Records, sebuah label musik asal Bandung yang telah berdiri sejak tahun 2012 merilis Nusantara Dub Connection sebagai sebuah kompilasi pertama yang mengangkat musik Dub dari para musisi dan produser lintas kota di Indonesia. Line upnya antara lain Angkatan Udara dari gabungan Aceh & Jakarta, Roadblock Dub Collective dari Lampung, High Therapy dari Tangerang, Yella Sky Sound System dari Jakarta yang berkolaborasi dengan Youthtman dari Bali, Anjing Dub & Kusni Kasdut dari Bandung, Baxlaxboy dari Cirebon, King Masmus & Magixriddim dari Surabaya, Radit Echoman dari Gili Trawangan, dan Tragic Sound System dari Makassar. Seperti layaknya Holy Noise dengan shoegaze-nya, sebagai kompilasi yang mendokumentasikan musik dub, Nusantara Dub Connection penting untuk diberi perhatian.

20. Lagu Baru Dari Masa Lalu (2021)

Meski hanya berbentuk mini album, namun Lagu Baru Dari Masa Lalu volume 1 merupakan kompilasi dengan konsep yang menarik, yaitu meramu beberap aransemen ulang dari sederet musisi muda atas arsip rilisan musik populer Indonesia dari masa lalu yang dikurasi oleh Irama Nusantara. Kompilasi ini adalah sebuah usaha yang merespon antusiasme pencinta musik Indonesia generasi mutakhir yang terlihat apresiatif terhadap musik yang dalam pergaulan mereka yang diterjemahkan secara bebas sebagai Indonesian City Pop, yang umumnya dulu dihasilkan di akhir era 1970-an hingga paruh awal 1980-an. Di dalamnya ada Dhira Bongs yang meramu “Walau Dalam Mimpi”, ada Kurosuke dengan aransemen “Senja dan Kahlua”-nya Fariz RM, ada “Terbanglah Lepas” yang digarap keren oleh Aya Anjani bersama Parlemen Pop, juga “Dunia Yang Ternoda” oleh Vira Talisa bersama Adoria dan “Kisah Insani” dari Mondo Gascaro bersama Andien.

____

Honorable Mention 

Tentu saja, selain dari daftar ini, masih ada daftar-daftar lain yang perlu kami sebutkan sekadar penghormatan. Beberapa diantaranya adalah: Kompilasi Synchronize session 1 dan two, kompilasi Kompilasi Satu Dekade Medan Blues Society dari Medan Blues Society, kompilasi Indierock Derby Days dari Anoa Records, Popdikota, Irama Kotak Suara Terbaik dari Pophariini, Bikin Kompilasi “Bless This Year” yang dibuat kolektif Bikin Panggung, Simulakra, Bandung Bawah, Ocean Blender dan masih banyak lagi.

2 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
akhmad alfan rahadi
akhmad alfan rahadi
2 years ago

kurang satu, revolution autumn. part 1 and 2

aief_213
aief_213
1 year ago

Mau dengerin lagi lagu Ticket to ride, A Benefit For Your Local Skate Park …

Eksplor konten lain Pophariini

Setelah 7 Tahun, Risky Summerbee & The Honeythief Kembali Rilis Karya Anyar

Setelah beristirahat 7 tahun, Risky Summerbee & The Honeythief asal Jogja akhirnya resmi kembali lewat single anyar bertajuk “Perennial” hari Minggu (21/04). Lagu ini merupakan karya pembuka untuk album mini terbaru yang mereka jadwalkan …

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang