5 Pertanyaan Wendi Putranto: Antara Keluarga, M Bloc dan Segala Keriaannya
Mungkin banyak yang mengenal Wendi Putranto sebagai jurnalis musik kawakan. Sebagian mengenalnya sebagai manajer dari band rock oktan tinggi bernama Seringai. Namun, mungkin juga banyak penggemar musik yang belum mengetahui perannya di salah satu event venue dan tempat hangout tersohor di Jakarta, M Bloc Space.
Dilansir dari beberapa sumber, Wendi memegang peranan sebagai co-founder sekaligus program director untuk ruang publik yang memiliki lahan seluas 6500 meter persegi dan terletak di Jalan Panglima Polim no. 37 tersebut. Pemilihan lokasi ini adalah karena letaknya yang strategis untuk jadi melting pot bagi seluruh warga Jakarta.
Di tahun 2022, M Bloc mengadakan festival yang diberi nama M Bloc Fest. Digelar dari tanggal 24 September – 16 Oktober, festival ini menghadirkan beragam kegiatan industri kreatif, mulai dari literatur, musik, desain, dan aktivitas budaya lainnya. Acara ini diadakan sekaligus untuk memperingati tiga tahun berdirinya M Bloc yang jatuh pada tanggal 26 September.
Gelaran musik dari festival tersebut yang diberi nama M Bloc Music Week memberi panggung di lima lokasi sekitar M Bloc, yaitu, M Bloc Live House, Creative Hall, Foya, Twalen dan Bloc Bar. Beragam nama musisi lokal, baik lama maupun baru turut mengisi panggung-panggung tersebut dan menghibur para pengunjung.
Wendi sempat mengungkapkan, bahwa terlepas dari nama-nama besar yang tampil dalam M Bloc Music Week, spotlight utama tetap ditujukannya pada band dan musisi baru yang pernah mengisi panggung-panggung M Bloc sebelumnya.
Dalam edisi spesial KaleidosPOP 2022, Pophariini akan membahas bagaimana perjalanan Wendi Putranto dalam membangun dan menjalankan semua kegiatan di M Bloc. Simak wawancara di bawah ini.
Kenapa mau mendedikasikan waktu untuk mengurus M Bloc dan segala kegiatannya?
Pertama, sebagai co-founder tidak bisa menghindari dari tanggung jawab. Kedua, karena senang juga mengelola venue, bisa nonton konser musik hampir setiap malam [tertawa].
Untuk jam kerjanya bagaimana mas? Kan banyak kegiatan di weekend, bagaimana mas Wendi membagi waktu untuk keluarga dan pekerjaan lain?
Jam kerjanya fleksibel. Rata-rata konser berlangsung di malam hari. Biasanya saya pergi ke kantor setelah selesai menunaikan tugas antar jemput anak ke sekolah, selepas jam makan siang. Membagi waktu untuk keluarga juga gampang saja, ajak mereka semua bertandang ke M Bloc. Sejak awal renovasi dulu anak-anak dan istri saya sudah terbiasa hang out di M Bloc, mereka sangat menikmati juga.
M Bloc kan bekerja sama dengan pemerintah, apakah mudah atau malah ada tantangan tersendirinya? Bagaimana juga pemerintah kita melihat skena musik lokal?
M Bloc Space bukan bekerja sama dengan pemerintah, melainkan BUMN, dalam hal ini Peruri; perusahaan yang kerjanya mencetak Rupiah. Sejauh ini kerjasamanya sangat baik dan mereka sangat suportif. Kebetulan Direktur Utamanya doyan sekali nonton konser dan juga bikin konser. Berkat kehadiran M Bloc Space, ke depannya, mulai 2023 dan 2024, akan ada peremajaan kawasan Peruri lainnya yang saat ini masih introvert. M Bloc akan di-upgrade. Peruri tengah menyiapkan project Urban Park di mana nantinya akan ada area hijau terbuka cukup luas yang diperuntukkan bagi kegiatan-kegiatan outdoor seperti festival musik yang berkapasitas hingga 10.000 penonton.
Apakah ada tips dari mas Wendi jika ada yang ingin membuat tempat semacam M Bloc di area lain? Apa saja yang harus disiapkan?
Placemaking project seperti M Bloc membutuhkan extra effort dan kerja-kerja tim yang berasal dari berbagai latar belakang industri kreatif; musik, film, media, periklanan, hingga arsitektur. Kolaborasi adalah kunci. Kalau hanya anak-anak musik sendirian pasti akan sangat sulit M Bloc menjadi kenyataan. Mesti lintas disiplin.
Bagaimana tanggapan Mas Wendi soal kebijakan pemerintah untuk konser musik di tahun 2023?
Saya tidak tahu ada kebijakan pemerintah terkait konser musik di 2023. Yang saya tidak suka adalah kebijakan perizinan acara dari aparat keamanan yang terlalu ketat berlebihan, ngawur, dan kerap pukul rata bahwa semua show apapun, di manapun, bakal berakhir rusuh. Seharusnya jangan digeneralisir, telusuri case by case. Mereka bagian dari problem, bukan solusi.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …