Cara Sheila On 7 : “Sekarang Kami Harus Lebih Bijak Mengeluarkan Kreativitas”

Feb 10, 2018

Lebih dari tiga tahun sejak merilis album Musim Yang Baik, Sheila On 7 hadir lagi dengan karya baru. “Film Favorit”, yang dirilis secara massal di gerai-gerai musik digital pada 29 Januari lalu, menjadi tegur sapa Akhdiyat Duta Modjo, Eross Candra, Adam Subarkah, juga Brian Kresno Putro kepada pendengar setianya. Juga menandai babak baru sebagai musisi independen di bawah bendera 507 Records, rumah baru yang menaungi mereka setelah tidak lagi bersama Sony Music Entertainment Indonesia selama lebih dari satu dekade.

Lepas dari segala gimmick titel sebagai band independen, ada perubahan signifikan dalam aspek musik. Keputusan untuk bekerja dengan Tomo Widayat dan Tama Wicitra sebagai music director menjadikan kehadiran Sheila On 7 tetap relevan dengan tren musik hari ini tanpa harus melepaskan jubah besar benang merah musik Sheila On 7 yang menaungi mereka.

Detail-detail khas Sheila On 7 tetap dihadirkan sebagai identitas kuat, lalu dipulas dengan kelir modern lewat synthesizer. Dosisnya wajar, seperti menghormati pada gaya bertutur musik Sheila On 7. Sedikit terlihat kembalinya “kesombongan di masa muda yang indah”, seperti di album-album awal yang dipuncaki kegilaan musikal di album Pejantan Tangguh, setelah mereka masuk ke fase pendewasaan musik (baca: lebih kalem) pasca babak belur dihajar segala aral di album 507.

Kepada Pop Hari Ini, Sheila On 7 berbicara tentang proyeksi karir mereka sebagai band independen, perbedaan proses kreatif, sampai pentingnya bersikap bijaksana di era digital.

 

Saya ingin mengkonfirmasi kabar yang beredar kalau setiap personil menelpon semua music director stasiun radio di Indonesia. Memang benar direncanakan seperti itu?

Adam: Kemarin itu kita ibaratnya kami kulo nuwun, permisi, sekaligus minta tolong untuk diputarkan lagu kami. Kalau tidak mau ya tidak apa-apa. Kami berpikiran walau industri sudah beralih ke digital tapi radio masih jadi jujugan (kunjungan) awal.

Kami belajar waktu dulu masih di label. Dulu kami dikontrak sebagai talent, label lalu melakukan marketing plan, distribusi, semuanya. Begitu industrinya beralih dan ada penyesuaian, mulai ada hal-hal yang sebelumnya dilakukan akhirnya tidak dilakukan. Album-album terakhir mulai dari Menentukan Arah, kami melakukan hal-hal yang tadinya dikerjakan label seperti mengatur promo dengan media sampai bikin video klip.

Apa juga untuk mengingat kalau awal karir Sheila On 7 dimulai di radio? Mengingat dulu single “Kita” pertama kali diperkenalkan di program Ajang Musikal milik Geronimo FM, Yogyakarta?

Adam: Sebetulnya tidak ada niatan itu, tapi lagu kan biasanya didengar pertama dari radio. Aku juga masih dengar radio terutama di mobil. Apalagi kita minta tolong dan tanya apa bisa diputar jadi kita telepon satu-satu. 507 Records kan belum tahu strukturnya seperti apa, jadi yang biasanya ngurus band aku sama Duta, sama anak-anak di kantor.

1
2
3
4
Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Inthesky Single Yang Maha Edan untuk Menggapai Pendengar yang Lebih Luas

Berjarak satu tahun dari perilisan single “Grateful”, Inthesky kembali dengan materi anyar “Yang Maha Edan”. Single yang rilis  Jumat (26/04) lalu ini menampilkan gitaris asal kota mereka Medan, Jordan Zagoto sebagai kolaborator.   Lagu …

Vinyl The Jansen Keluaran 4490 Records dan Demajors, Ini Dia Perbedaan Keduanya

The Jansen merilis album ketiga Banal Semakin Binal dalam format vinyl hari Jumat (26/04) via jalur distribusi demajors. Beberapa hari sebelumnya, band lebih dulu merilis dalam format yang sama melalui 4490 Records, sebuah label …