Menonton Film Musik Indonesia: Duo Kribo dan Ambisi

Mar 30, 2018

Satu kribo datang dari kampung, mengadu nasib dan nada di Jakarta, diperankan oleh Ucok AKA. Satu kribo lainnya baru saja pulang dari luar negeri dan membentuk grup rock dengan peralatan musik yang bonafid, diperankan oleh Achmad Albar. Gesekan terjadi di antara mereka, semakin memanas, kemudian berhasil didamaikan, dan bahkan berkolaborasi di pentas akhir cerita. Dan kami, para “penonton muda” dibuat takjub dengan tontonan ajaib itu, yang beredar pertama kali pada 1977 di Indonesia.

Film tersebut tak lain adalah Duo Kribo. Setelah selesai diputar, sutradara Edward Sirait yang turut hadir di Taman Ismail Marzuki pada perhelatan “Sejarah Adalah Sekarang 4 (Bulan Film Nasional 2010)” pada 2010 silam, membeberkan cerit menarik dibalik pembuatannya. Sirait mengaku tidak terlalu mengerti dan menguasai tema dan cerita film itu (atau bahkan tidak terlalu sreg, saya agak lupa). Ia mengerjakannya lebih karena “hutang produksi” pada rumah produksi di mana ia bernaung saat mengerjakan film pertamanya, Chicha (1976) (dari judulnya sudah boleh diterka, film ini dibintangi oleh Chicha Koeswoyo). Mendengar kisah itu sebenarnya saya tidak merasa heran mengapa Duo Kribo tetap tampak begitu menarik, bagaimanapun gambar-gambar itu diambil, sebab penulis skenarionya sungguh sosok yang tepat: Remmy Sylado!

 

Poster film Duo Kribo (1977) Foto: https://akumassa.org/id/menonton-duo-kribo/

Duo Kribo begitu jenaka, bahkan serasa karikatur, dalam menyorot industri musik rock Indonesia saat itu, terlebih bagian mimpi-mimpi anak muda, dari mana pun mereka berasal. Remmy habis-habisan membuat dialog yang lucu, kadang humor yang begitu “sektoral”,  sementara soundtrack film beserta lirik-liriknya dibuat sangat pol (dari “Mencarter Roket” sampai “Panggung Sandiwara”)– menemani kondisi bokek, kehidupan anak muda kelas atas, rasa bingung, saling sikut, cemburu, dan kostum-kostum panggung yang eksentrik! Film yang sangat ngehek, sangat kitsch, dengan tema musik rock! Tentu kami, generasi sesudahnya, merangkul film itu dengan senyuman mengerti, hormat, dan berteman.

1
2
3
Penulis
Harlan Boer
Lahir 9 Mei 1977. Sekarang bekerja di sebuah digital advertising agency di Jakarta. Sempat jadi anak band, diantaranya keyboardist The Upstairs dan vokalis C’mon Lennon. Sempat jadi manager band Efek Rumah Kaca. Suka menulis, aneka formatnya . Masih suka dan sempat merilis rekaman karya musiknya yaitu Sakit Generik (2012) Jajan Rock (2013), Sentuhan Minimal (2013) dan Kopi Kaleng (2016)

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …