Cerita Kaus Band Era 70-an, Wawancara Eksklusif dengan Keenan Nasution
Ini adalah tulisan terakhir dari tema bulan September ini, yaitu soal merchandise band. Tulisan ini berawal dari artikel pengantar yang ditulis saudara Harlan Boer soal merchandise bertajuk Pakai Kaos Band Apa Hari Ini?
Yang menarik selain dari gaya dan isi tulisan saudara Harlan Boer adalah bahwa di akhir artikelnya, ia membahas tentang kecenderungan kaus band yang ternyata sudah ada dari era akhir 70-an. Argumen ini dibuktikan dengan fakta berupa foto aktor juga musisi Junaedi Salat yang memakai kaus band Guruh Gipsy untuk keperluan foto sampul album Original Sound & Music Track “Puber” pada sekitar 1978.
Menurut Harlan kemudian, bukti ini bisa jadi pertamakalinya kaos band lokal ada di cover album Indonesia. Apakah benar? Nah, diiringi rasa penasaran yang kuat, saya dan Harlan Boer lantas bertanya ke sumber yang kami rasa kuat yaitu Keenan Nasution. Drummer Guruh Gipsy ini menceritakan soal kaus Guruh Gipsy dan budaya kaus band di era 70-an.
Simak perbincangan eksklusif PHI dengan Keenan Nasution berikut ini.
Pertanyaan ini berawal dari satu foto ini. Nampak Junaedi Salat memakai kaus Guruh Gipsy di sampul album soundtrack Puber. Yang ingin kami tanyakan adalah, memang benar, Guruh Gipsy dulu pernah mencetak kaus?
Ya, waktu itu pernah bikin. Bikinnya bersamaan ketika merilis album Guruh Gipsy di akhir 70-an. Btw, yang main piano di lagu “Puber” itu Roni Harahap (Guruh Gipsy).
Apakah kausnya itu dijual atau dikasih ke teman-teman saja?
Nah, itu yang saya lupa. Tapi yang jelas bikinnya sih terbatas, saya sempat pakai juga kausnya. Dan ya memang, waktu itu si kaus Guruh Gipsy hanya menyebar ke teman-teman dekat saja.
Tapi dulu yang bikin kaus itu apakah teman-teman dekat juga atau bagaimana?
Wah itu dia yang nggak tahu, paling tahunya jaman dulu yang ngerjain kasetnya (Guruh Gipsy) itu dari percetakan kakeknya Guruh (Guruh Soekarno Putra). Kaga ada yang mau jaman dulu, kita aja sendiri-sendiri. Selain Guruh, Di Batas Angan-Angan (album Keenan Nasution) juga sendiri.
Kilas balik, waktu jaman itu sempat ada tidak band yang menjual kaus band?
Hmm, nggak kepikiran. Nggak ada sih. Tapi memang jaman dulu ada band yang font-nya bagus? Paling cuma Guruh Gipsy aja.
(lalu Keenan pergi ke kamar lalu balik kepada kami dengan membawa kaus putih bergambar dirinya berlatar belakang bendera merah putih dengan tulisan Negeriku Cintaku, yang jika dilihat-lihat ini adalah judul pentasnya di Taman Ismail Marzuki 25-26 November 1978)
Bagaimana ceritanya si kaus ini?
Ini kaus waktu show saya tahun 78 di TIM. Dibuat terbata, untuk show tetapi tidak untuk dijual. Jadi hanya buat orang-orang di belakang panggung.
Bukan juga gratis buat penonton, katakanlah sebagai souvernir?
Bukan juga buat penonton. Nah, kalau tidak salah ada show lagi setelah di TIM, yaitu di Gedung Merdeka, Bandung. Disitu saya pertama kali pakai kaus ini tidak sengaja, karena dulu koper bajunya belum sampai dari Jakarta, saya show pakai kaus ini. Sayang dulu dokumentasinya tidak ada.
Jangan-jangan ada di Aktuil …
Nah, itu kalau ada saya penasaran pengin liat
Selain Guruh Gipsy, apakah band seperti God Bless atau band lainnya itu pernah terlihat membuat kaus band?
God Bless setahu kita belum bikin. Tulisan font aja belum ada mereka. Menurut saya sih baru Guruh Gipsy sama Keenan aja.
Ini menarik, bicara soal kaus band, di luar negeri kaus band tentu sudah ada ada dari jaman dulu, misal kaus band-band rock, katakanlah demikian yang tentunya itu dibawa dari teman-teman yang sering belanja di luar negeri. Nah, apakah aktivitas nitip-menitip souvenir, kalau boleh dibilang demikian, hanya berlaku untuk piringan hitam saja atau juga sekalian kaus band?
Tidak ada sih seingat saya. Paling ya sebagian besar piringan hitam, lalu ada poster dan majalah-majalah (musik) luar.
Jadi penasaran, Guruh Gipsy sedang show, penontonya seperti apa ya? Apa yang mereka pakai? Misal di konser rumahan atau di show besar seperti di TIM?
Nggak terlalu spesial, ya dandanan kasual biasa. Pakai kemeja paling, jeans. Tapi atasnya kemeja. Atasannya bisa jaket jeans.
Selain kaus band, salah satu bentuk visual dari band dalam bentuk sederhana adalah stiker. Biasanya kalau di era 90-an banyak band suka menempel stiker di studio-studio band. Nah kalo di era 70-an bagaimana? Ada tidak aktivitas seperti itu?
Hmm, seingat saya aktivitas seperti itu tidak ada. Kalau bicara soal stiker yang ada di studio sih paling juga stiker band luar, bukan band indonesia.
Guruh Gipsy sendiri sempat membuat poster?
Poster kita tidak pernah buat.
Oiya selain kaus Guruh Gipsy yang jaman dulu, sempat beredar juga kaus Guruh Gipsy untuk keperluan film Garasi ya di era 2000an?
Iya, film Garasi. Waktu itu dibuatnya juga terbatas. Paling 10-12 biji, hanya untuk buat keperluan film aja dipakai sama aktor.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)
Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …