Wawancara Joko in Berlin dan Single Baru ‘Me Time Anthem’

Aug 2, 2020
Joko In Berlin

Joko in Berlin kembali meluncurkan single terbaru berjudul “Misanthropy”. Berbeda dari single-single mereka yang sebelumnya.  Single ini hadir dengan aransemen musik eksploratif  yang merupakan refleksi dari karakter para personel dalam alunan bernuansa up-beat.

Sejak terbentuk 2016, band yang dihuni Mellita Sarah, Fran Rabit, Popo Fauza, dan Marlond Telvord seringkali disebut sebagai band lokal rasa Eropa. Tak heran dengan pendapat tersebut, lantaran kiblat mereka beragam jenis musik dan musisi dari Benua Eropa.

Lagu “Misanthropy” berkisah tentang kondisi seseorang yang memiliki jiwa introvert dan ingin jauh dari keramaian dunia. Kata Misanthropy memiliki filosofi mendalam, yang diambil dari Bahasa Yunani, yang berarti kebencian pada dunia.

Berbicara mengenai ide terciptanya lagu berawal dari kesamaan karakter para personel yang masing-masing memiliki sikap tertutup dan tak ingin terlalu larut dengan hiruk pikuk dunia. Lirik lagunya ditulis oleh Fran Rabit dan diaransemen oleh Popo Fauza.

Pop Hari Ini berkesempatan untuk melontarkan sederet pertanyaan untuk Joko in Berlin. Simak berikut ini:

Bagaimana perjananan bermusik kalian setahun belakangan ini?

Popo: Penuh tantangan, terutama pada masa COVID ini, di mana banyak event kita yang dibatalkan, dan kita secara band tidak bertemu satu sama lain. Tapi, kita tetap bersyukur dengan kondisi yang tidak enak ini karena chemistry kita semakin solid. Di mana kita dituntut untuk mencari solusi atas semua challenge yang kita hadapi.

Apakah sudah direncanakan sebelumnya untuk produktif merilis single dalam beberapa bulan terakhir?

Popo: Memang kita selalu memiliki semangat untuk being productive. Yang mana ini sangat menguntungkan pada saat kondisi pandemi. Meski acara banyak yang dibatalkan, kita putar haluan untuk being productive merilis lagu karena tabungan lagu kita memang sudah lumayan. Sehingga di masa pandemi, kita memutuskan untuk terus produktif merilis single by single yang kita punya.

Joko In Berlin

Band yang diawaki Mellita Sarah, Fran Rabit, Popo Fauza, dan Marlond Telvord seringkali disebut sebagai band lokal rasa Eropa.

Ceritakan tentang penggarapan single terbaru “Misanthropy” dan perbedaan dari single sebelumnya!

Fran: Single ini mulai dibuat November 2019. Awalnya Popo Fauza sebagai composer menciptakan melodi dan aransemen awal. Kemudian lagu tersebut dibuatkan liriknya oleh saya. Dalam proses rekaman, Mellita memberikan sentuhan akhir di melodi dan lirik supaya lebih cocok dengan style bernyanyinya.

Dibandingkan dengan lagu-lagu sebelumnya, single ini paling dance-able dengan tempo upbeat. Yang mana secara lirik, ternyata sangat kontras. Lagu ini menceritakan seseorang yang ingin menyendiri dan tidak tertarik dengan keramaian dunia. Kita memang ingin lagu ini bisa digunakan oleh orang-orang yang ingin menikmati kesendiriannya namun tidak melow. Compared to previous singles, lagu ini juga memiliki lirik yang paling kaya.

Apa yang terbayangkan saat penulisan lirik lagu “Misanthropy”?

Fran: Saat membuat lirik, saya membayangkan bahwa lagu ini akan bisa menjadi ‘me time anthem’ dalam menikmati kesendirian saat capek dengan keramaian dunia. Pemilihan kata-kata yang digunakan juga tidak to the point tetapi menggunakan metafora dan perumpamaan mengenai chocolate yang sudah disimpan lama sampai benyek yang mana sudah tidak bisa dinikmati lagi.

Kenapa memilih untuk take sound drum sampai ke Australia untuk single ini?

Popo: Sebenarnya bukan take sound drum di Australia. Tetapi karena kondisi pandemi, kita tidak bisa rekam drum secara live sehingga kita melibatkan seorang teman yang tinggal di Australia (Sammy Suhendra, drummer) untuk mengisi drum ‘Misanthropy’ versi rekaman.

Bagaimana respon pendengar terhadap single terbaru kalian?

Mellita: So far sih so good ya. Kita happy banget lagu ini bisa diterima dengan baik. Ada yang bilang lagu ini rasanya internasional banget. Ada yang mengasosiasikan diri mereka sebagai pribadi yang introvert melalui lagu ini. Banyak juga yang suka karena ‘Misanthropy’ memberikan warna yang berbeda lagi terhadap keseluruhan lagu-lagu JIB.

Joko In Berlin

“Misanthropy” berkisah tentang kondisi seseorang yang memiliki jiwa introvert dan ingin jauh dari keramaian dunia.

Apakah masa pandemi corona mempengaruhi proses bermusik Joko in Berlin?

Popo: Banget, yang awalnya kita dengan gampang ketemu, latihan, dll. Semua stop selama beberapa bulan. Koordinasi kita lakukan by Zoom. Tetapi prosesnya aja sih yang berubah. Kita selalu bersemangat untuk mencari cara bagaimana agar tetap produktif berkarya.

Oya, di masa pandemi ini, kita juga menggalang dana untuk donasi bagi mereka yang kehilangan pekerjaan dengan menjual merchandise (masker, kaos, dan CD).

Satu lagi, kita juga ikutan dalam movement yang dilakukan oleh 9 band lain yang menyuarakan bahwa kita tetap harus bekerja dan berkarya walaupun di masa pandemi ini.

Kapan berencana untuk merilis album penuh?

Popo: Sampai sekarang sih belum ada ya. Fokus kita berkarya dan berkarya. Mungkin nanti kali ya kalau sudah terkumpul cukup lagunya. Kita buat album. By the way, kita ada sih mini album. Isinya 5 lagu. Awalnya sih CD ini akan kita bawa ke Jepang pada saat tour di bulan April 2020 kemarin. Tapi karena semua cancel, jadinya CD ini kita jual untuk didonasikan.

Apa esensi dalam bermusik di era serba digital ini menurut kalian?

Dengan era digital ini, setiap orang lebih mudah untuk memilih lagu-lagu yang ingin mereka dengar. Jadi menurut kita sih, setiap jenis musik pasti ada pendengarnya sendiri. Sehingga ya buat kita, yang paling penting adalah berkarya dengan hati, memberikan yang terbaik yang kita bisa.

Jika masa pandemi corona sudah berakhir, rencana apa saja yang sudah dipersiapkan Joko in Berlin?

Marlond: Ada beberapa event yang tertunda kemarin yang sudah memberikan schedule– nya sih. Jadi semoga kalau nanti pandemi ini berakhir, kita bisa melanjutkan event-event yang ada dan tetap produktif mengeluarkan single. Tetapi kita juga sudah menyiapkan diri untuk tampil onlline karena kan dengan kondisi sekarang kita masih gak tau ya kapan ini berakhir.

Simak video musik “Misanthorpy” di bawah ini:

 

_____

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana

Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu.     View this post on Instagram …