Rekomendasi: Adrian Adioetomo – Violent Love, Gentle Kill

Adrian Adioetomo kembali dengan raungan blues-nya. Saya begitu mengapresiasi album ini, yang lahir dari musisi blues, genre yang notabene punya pasar minoritas di tanah air.
Pandemi ini, banyak musisi yang mencari akal bagaimana bisa produktif dan berekspresi dengan cara yang paling efektif. Adrian bisa membuktikannya dengan membuat album yang hampir sebagian besar proses rekamannya dilakukan sendiri. Tidak banyak musisi bisa melakukan ini, angkat topi buat Adrian.
Sayatan delta blues dari gitar resonator menyekik saya begitu track pertama “Burning Blood, Cold Cold Ground” diputar. Saya merasakan ada nuansa kemarahan dan kesedihan di sana yang dibunyikan lewat tarikan harmonika Fajri Navari.
Untuk setengah jam berikutnya, saya seperti dininabobokan oleh Adrian dengan cerita-cerita tentang dinamika kehidupan, tentang rocky moment yang ia alami di “Everything Gone Wrong”. Kegelisahan-kegelisahan yang beralasan di “I Got Worry”, tentang harapan di “Restless Hours” dan masih banyak lagi.
Dan harus diakui, saya selalu kagum dengan lirik dan songwriting yang dipunyai Adrian, terlebih di album ini. Ini sekaligus jadi bukti bahwa proses penulisan baik lagu dan lirik dari tiap rekaman yang ditorehkan sang musisi blues dari waktu ke waktu memang kian matang.
Secara musikal misalnya, Adrian menyuguhkan nama-nama kolaborator dengan kontribusi yang luar biasa: Andra Karim di piano, Bonny Sidharta di bass, Amrus Ramadhan di pedal steel, Fajri Navari termasuk Samantha Lee Martin di permainan banjo yang luar biasa di “Silver Lining” adalah udara segar yang hanya ada di album ini. Semua musisi di album ini bermain sesuai porsinya, tanpa kurang dan lebih, semua membentuk kesatuan lagu yang utuh dan indah.
Catatan dari “Silver Lining”, di lagu ini Adrian sepertinya bisa sedikit bermain-main di luar patron blues yang telah diusungnya. Nuansa folk/balada yang saya rasakan di lagu ini menjadi hal yang patut digarisbawahi. Hal yang sama juga terjadi di track 10, “This Broken Deals”, track 07 “In A Ghost Town” dan satu dua track lain lagi di album ini.
Membayangkan lagu-lagu ini, saya seperti dibawa berjalan-jalan dengan jins dan boots tinggi di jalur pedestrian sekitar Nashville, Tennesse dengan suasana laidback nan bersahaja.
Saya sangat menyukai album ini, sebuah ‘album spiritual’ yang punya tempat tersendiri di hati saya, sama dengan dengan beberapa rekaman-rekaman 70-an seperti Gene Clark, Jackson Browne sampai David Crosby yang memang punya rasa yang sama dengan album ini.
Overall, setelah menikmati Violent Love, Gentle Kill (saya memilih menyebutnya sebagai Grey album), predikat musisi blues saya rasa tidak terlalu penting untuk disematkan di Adrian hari ini, saya mungkin lebih nyaman menyebutnya sebagai ‘a fine musician’ yang mampu menyampaikan apa isi kepalanya lewat lagu, beban-beban yang ia pikul dan ingin ia ceritakan kepada saya dan kamu yang mungkin telah dan akan mendengarkan album ini dengan sesegera mungkin.
musisi: Adrian Adioetomo
album: Violent Love, Gentle Kill
label: myseeds records/demajors
_____

Eksplor konten lain Pophariini
Lirik Sambutlah The Jeblogs sebagai Anthem Anak Muda
Di artikel lirik kali ini Pophariini memilih lagu “Sambutlah” dari The Jeblogs untuk mengetahui bagaimana barisan kata-katanya bisa tercipta menjadi lirik yang kuat dan dinyanyikan dengan penuh penghayatan dalam setiap aksi mereka di panggung. …
WYAT, The Skit, Teori, dan Barmy Blokes Turut Menyukseskan Latihan Pestapora Solo
Setelah rangkaian workshop dan talkshow berlangsung tanggal 12-14 Juni 2025, Latihan Pestapora Solo persembahan Boss Creator akhirnya terlaksana hari Minggu, 15 Juni 2025 di Pamedan Mangkunegaran. Latihan Pestapora Solo kali ini berhasil mengumpulkan sekitar …