Rekomendasi: Fanarama – Hari Ke Hari
Artis: Fanarama
Album: Hari Ke Hari
Label: Suara Fana Records
Ketidakkekalan atau fana selalu mengingatkan saya perihal hidup itu cuma sebentar, harta ini titipan, masih ada langit di atas langit, dan beberapa tahun ini berita duka atas pandemi seakan tak berhenti. Semua orang harus mampu bertahan.
Fanarama muncul pertama kali dari sebuah pencarian, lagu baru apa yang tersedia di layanan streaming musik. Ternyata single “Bebas Bahagia” yang saya temui saat itu sudah rilis kira-kira sebulan lalu. Single ini membuat saya ingin memikirkan sesuatu jauh ke belakang. Entah karena pernah berada di suasana yang sama atau sepertinya hanya menginginkan masa lalu dengan cara yang berbeda. Tentunya lewat musik.
Jumat lalu, akhirnya saya memutuskan untuk merekomendasikan Fanarama. Saya butuh penyegaran dari apa yang biasa saya dengarkan, R&B, hip-hop, atau belakangan ini kompilasi bernama jazz rap. Begitu saya tau, kalau “Bebas Bahagia” termasuk di dalam Hari Ke Hari. Satu harapan saya, bisa menonton band ini secara langsung, sebelum matahari tenggelam.
Hari Ke Hari dimulai “5/7”, judul yang tidak mau saya ambil pusing untuk memikirkan maknanya. Bak mendengarkan “Take Cover” milik Mr. Big versi mengawang. “Bukan hanya tujuan. Hidup juga tentang perjalanan,” yang disebut berulang kali oleh sang vokalis. Tiba-tiba membuat saya bertanya dalam hati. Haruskah saya menyerah ketika sudah lelah? Haruskah saya menangis ketika saya dinyatakan kalah?
Keraguan sungguh menyebalkan. Jangan pula memaksanya berhenti. Selalu masih ada harapan dalam sebuah badai. Di nomor “Biru Bebas” yang menggambarkan langit belakangan ini. Lagi cerah-cerahnya. Manusia di tengah pandemi punya harapan. Singkirkan pemberitaan yang bikin kusut pikiran.
Saya putuskan nomor ketiga, “Tersekat” menjadi nomor favorit. Manusia itu dekat dengan kebingungan yang ia ciptakan sendiri. Apa yang sebenarnya perlu dikatakan? Lidah terasa kelu, mata kencang menatap. Antrean terlalu panjang kalau cuma menunggu kepastian. Padahal semua di dirimu. “Tersekat, terurai, namun tak ‘kan terucap. Tersekat.”
Perbedaan itu harus diterima bukan dengan cara berpura-pura. Keinginan “Bebas Bahagia” yang sesuai takaran membuat orang lain bisa mengerti. Kita bisa memaksanya untuk memaklumi. Bagiku dan bagimu. Tak ada batasan bahagia, benar adanya membebaskan diri bisa melakukan apa saja agar kamu tak tertekan.
Spesial nomor penutup “Lapua”, apakah yang dimaksud mereka sebuah kota di Finlandia atau merujuk pada senapan runduk? Ada perasaan begitu bersemangat saat mendengarkannya. Lagi, rasanya ini mungkin hanya bisa dinikmati begitu mereka menghabiskan seluruh tenaga di panggung yang megah. “Dan akan aku buktikan. Kepadamu kau saksikan.”
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …
I’m Kidding Asal Aceh Tetap Semangat Berkarya di Tengah Keterbatasan
Setelah merilis 2 single bulan Juni lalu, band pop punk asal Aceh, I’m Kidding akhirnya resmi meluncurkan album penuh perdana mereka dalam tajuk Awal dan Baru hari Minggu (10/11). I’m Kidding terbentuk …