Evolusi Kolaborasi Hondo di Era Virtual
Selama dua tahun ke belakang, kita dihadapkan dengan sebuah era yang ngebuat diri kita harus mampu beradaptasi dengan situasi-situasi yang nggak bisa diduga-duga sebelumnya. Salah satu yang paling banyak dialami oleh kebanyakan orang, adalah ketika kita harus menjaga jarak secara fisik dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, tentunya itu jadi sebuah tantangan tersendiri bagi kita. Apalagi buat mereka yang bekerja sama atau berkarya lewat kolaborasi-kolaborasi bersama individu lainnya—kayak misalnya pekerja kreatif, desainer, seniman, atau musisi.
Solusi untuk rintangan itu tentunya cukup cepat bermunculan di era virtual kayak gini. Conference call atau group video call via internet adalah salah satu metode yang paling vital menjaga keberlangsungan praktek kerja sama antar individu yang nggak bisa ketemu secara fisik. Bahkan nggak butuh waktu lama, banyak entitas di industri perkantoran yang kemudian menjadikan metode pertemuan virtual sebagai metode utama dalam aktivitasnya. Inovasi kayak konser virtual, pameran virtual, hingga teknologi baru kayak metaverse juga merupakan konsep-konsep yang juga kerap menjadi solusi atau substitusi sementara dalam hal-hal tertentu.
Bagi Hondo, grup musik yang terdiri dari duo Kamga dan Chevrina—yang kedua personilnya udah cukup lama malang melintang di industri musik lokal—solusi itu juga merupakan jalan keluar yang mereka cari untuk bisa tetap produktif berkarya di situasi yang serba terbatas ini.
“Awalnya sih kita juga nggak tau mau ngapain di masa sulit ini, karena perubahan yang sangat cepet dan nggak terduga. Nah, kita sih mikir daripada ngelakuin yang terlalu berat dan nggak tereksekusi, akhirnya kita mutusin untuk tetep bikin karya aja buat Hondo—karena udah bisa via online juga. Itu yang termudah yang bisa kita lakukan supaya kita ngerasa, kita berguna lah at least. ”
—Chevrina
Seiring berjalannya waktu dalam dua tahun ini, tentunya hal-hal yang serba virtual ini udah semakin melebur di kehidupan kita sehari-hari. Kerja kolaborasi yang tadinya kayak penuh rintangan, sekarang udah jadi sebuah kebiasaan.
Semakin kesini, Hondo sebenernya nggak terlalu berniat mencoba melakukan kolaborasi sama seniman atau musisi lain. Tapi malah dalam beberapa waktu, kesempatan untuk berkolaborasi itu justru datang dengan sendirinya. Meski begitu, menurut mereka kesempatan-kesempatan untuk kerja bareng musisi atau seniman lain yang datang saat itu bukan merupakan tipe kesempatan yang mereka mau lewatkan.
“Sejujurnya gue dan Chev itu ngerasa kolaborasi itu bukan sesuatu yang terlalu kita pikirkan. Kayak kita bikin lagu (berdua) aja udah berkolaborasi. Cuma kadang gue ngerasa kolaborasi itu bukan hal yang bisa dipaksakan, tapi harus dirasakan. Jadi, waktu itu kita ngerasa kalo kita pengen mencoba ngelakuin sesuatu sama mereka. Kayaknya akan jadi sesuatu yang menarik, gitu.”
—Kamga
Menurut Hondo, meski situasi yang serba sulit ini membuat mereka sempet ngerasa terbatasi secara kreatif, tetapi ide dan keinginan dalam sebuah proses kolaborasi itu udah seharusnya mereka jaga biar tetap muncul secara murni dan datang dari hati. Jadi walaupun sekarang sebuah kolaborasi udah lebih mudah terjadi dibanding dua tahun lalu, mereka nggak terlalu terpaut harus berkolaborasi dengan tekanan tertentu. Toh, bagi mereka proses kayak gitu adalah proses yang lebih berharga dan lebih menarik.
Kalo lo mau tau lebih banyak lagi karya-karya kolaborasi seniman yang seru di dunia virtual penuh imajinasi tanpa batas, buruan klik di sini!
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …