Perjalanan Lama Konser Raisa Lunas dalam Semalam

Feb 27, 2023

Raisa menempuh perjalanan yang cukup panjang dalam mempersiapkan konser tunggal perdana ini. Akhirnya, ia berhasil mewujudkan semua rencana itu hari Sabtu (25/02) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Raisa berhasil mengukir sejarah untuk menjadi solois wanita Indonesia pertama yang membuat konser di sana.

Gerbang penukaran tiket konser Raisa dibuka pukul 17:00 WIB. Sore itu, para penonton sudah tampak mengantre dengan teratur. Pemandangan antrean yang rapi ini, tak lain berkat kerja keras dari tim crowd control yang begitu lihai dalam mengatur arus masuk pintu tersebut. 

Penonton langsung disuguhkan penampakan panggung megah saat memasuki area stadion. Panggung memiliki ukuran 60 meter dan LED screen seluas 1000 meter persegi. Sekali lagi, ini megah.

Sejam kemudian dari antrean penukaran tiket, beberapa kursi area bawah dan tribun di stadion masih terlihat belum terisi. Panggung utama yang masih ditutup oleh tirai hitam memiliki lidah panggung yang lebih dekat dengan penonton. Di depannya, ada semacam mini stage yang terletak benar-benar di antara kursi penonton.

Di konser ini, Raisa ternyata menyiapkan sebuah kejutan dengan menghadirkan Vidi Aldiano sebagai pembuka konsernya. Vidi membawakan lagu “Nuansa Bening” sebagai pemanasa. Lagu yang membuat namanya terdengar sebagai penyanyi pendatang baru 2008 silam.

Vidi Aldiano membuka konser Raisa Live at GBK / Dok. Raka Dewangkara

Pakaian yang dikenakan Vidi malam itu serba putih dengan ornamen emas yang menambah kesan elegan. Setelah membawakan beberapa lagunya, Vidi mengucapkan selamat kepada Raisa karena akhirnya sampai di perhelatan akbar ini. Ia juga sempat menyapa Sheila Dara Aisha dan menyanyikan lagu “Dara” untuk sang istri.

Tak lama dari penampilan Vidi yang menutup aksinya dengan lagu-lagu milik orang lain. Tiba-tiba Kunto Aji keluar dari balik tirai panggung utama. Ia mengajak penonton untuk berdiri dari kursi dan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Namun sayang, Kunto sempat salah mengucapkan lirik lagu. Kata ‘kebangsaan’ menjadi ‘kebanggaan’ pada bagian “Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan tanah airku”. Mungkin karena rasa gugup yang tinggi.

Kunto Aji memandu penonton bernyanyi “Indonesia Raya” / Dok. Raka Dewangkara

“Terima kasih. Enjoy the show,” kata Kunto sebelum lampu meredup yang diikuti teriakan histeris dari para penonton. 

Layar raksasa yang menghiasi panggung langsung menampilkan video perjalanan karier Raisa. Video rekaman berisi cuplikan awal karier saat ia tampil di panggung kecil hingga menjajal panggung berskala besar seperti festival.

Saat yang dinanti pun tiba dari kegelapan panggung. Tiba-tiba satu lampu menyorot ke arah Raisa yang sudah berdiri di panggung kecil di tengah penonton. Pertanda ia siap memulai konser yang digadang akan menciptakan sejarah.

Raisa membuka penampilan dengan lagu “Berdamai”. Ketika lagu kedua “Biarkanlah” dinyanyikan, panggung utama masih tertutup tirai. Saat lagu ini dibawakan hal yang menarik adalah sisi kiri dan kanan panggung menembakkan cahaya laser berwarna biru. Momen ini menjadi bukti soal produksi panggung yang memang seniat itu.

Raisa, bintang utama malam itu / Dok. Raka Dewangkara

Begitu lagu ketiga “Pergilah” dibawakan, tirai yang membentang itu akhirnya terbuka sekitar pukul 19:55 WIB. Karya dari tim kreatif pimpinan Edy Khemod selaku creative director akhirnya terlihat oleh seluruh penonton. Pengaruh desain panggung dalam TV Show Amerika tahun 60-an sangat kentara di lokasi para musisi session berdiri.

Usai menyanyikan lagu dari album self-titled tersebut, Raisa menyapa para penonton dengan salah tingkah. Ia mengatakan, bahwa pemandangan yang terlihat malam itu biasanya hanya ia saksikan melalui DVD konser.

“Akhirnya nyampe juga kita ke sini ya,” ucap Raisa penuh syukur.

Raisa lanjut bercerita mengenai perjalanan konsernya, dari mulai  pengumuman pertama (2019), pandemi Covid-19 yang melanda, konser ditunda, hingga akhirnya terwujud hampir empat tahun setelah pengumuman pertama. Semua cerita ini sekaligus jadi bridging untuk lagu selanjutnya, “Serba Salah”.

Dalam konsernya, Raisa juga mengajak beberapa sahabat nyanyi bersamanya. Sebut saja Afgan yang berduet di lagu “Percayalah”, Isyana yang mengawali kolaborasi dengan piano solonya, lanjut membawakan lagu “Nyawa dan Harapan”. Kolaborasi memuncak saat Raisa dan dua sahabatnya itu mengundang Vidi Aldiano. Mereka berempat menyanyikan single kolaborasi Raisa dan Isyana dalam “Anganku Anganmu”.

Raisa ditemani Afgan, Isyana Sarasvati, dan Vidi Aldiano / Dok. Raka Dewangkara

Momen yang tak kalah mengharukan sempat terjadi begitu “Jangan Cepat Berlalu” dari album terbaru, It’s Personal dibawakan oleh Raisa. Lagu ini dipersembahkan untuk anaknya, Zalina Raine Wyllie yang tidak bisa hadir karena sedang kurang sehat. Selesai lagu dibawakan, terdengar rekaman suara Zalina yang memberi selamat atas pencapaian ibunya. Raisa terkejut dan langsung meneteskan air mata. Hal ini menunjukkan yang dilakukan tim benar-benar di luar pengetahuannya.

Ma, congratulation to your concert. Your concert is so amazing. I’m so proud of you Mama. I love you so much. I can’t wait to meet you at home,” bunyi pesan suara dari Zalina untuk Raisa.

Kejutan tak hanya melibatkan orang terdekat, Raisa mengajak penonton bernama Bondan ke panggung. Sebelum lagu “Mantan Terindah” dibawakan, Bondan ditantang menghubungi mantan kekasihnya. Namun, sinyal bermasalah yang membuat ia hanya bisa merekam adegan dan mengirimkan video ke Tita sang mantan. 

Konser mendekati paruh akhir rangkaiannya. Raisa membawakan lagu “Could It Be Love” yang diawali dengan pamer tata cahaya panggung warna-warni konsernya, ditambah LED mulai menampilkan visual yang agak berlebihan dengan desain visual yang malah mengganggu penampakan Raisa di layar.

Tak menyia-nyiakan kesempatan, Raisa juga memanfaatkan konsernya untuk memperkenalkan karya terbaru. Selesai membawakan lagu “Kali Kedua”, layar memperlihatkan tulisan “7 tahun setelah ‘Kali Kedua’” beserta cuplikan videoklip. Video menampilkan sosok Nicholas Saputra sebagai teaser single baru “Nyaman Tak Cukup” yang dijadwalkan rilis 15 Maret mendatang.

Tampak atas dari Gelora Bung Karno / Dok. Raka Dewangkara

Konser secara keseluruhan diakhiri dua lagu andalan Raisa, “Usai Di Sini” dan “Apalah Arti Menunggu”. Ia menyanyikannya di panggung tengah agar lebih dekat dengan penonton. Raisa mengungkapkan rasa syukur karena konsernya berakhir dengan cerah tanpa harus kehujanan. Mengingat cuaca di Jakarta beberapa hari sebelumnya tidak kondusif.

Thank you so much for writing history with me,” ungkap Raisa kepada para penonton, seraya meninggalkan panggung.

Raisa Live in Concert Stadion Utama Gelora Bung Karno dapat disimpulkan konser yang benar-benar megah dengan tata panggung, cahaya, visual, dan audio yang memuaskan. Kekurangan yang sedikit mengganggu menurut penonton yang hadir, yaitu visual yang kurang maksimal untuk menampilkan Raisa di akhir setnya.

“Visualnya malah nampilin muka Raisa yang di-zoom, terus dikasih frame aneh-aneh gitu. Jadinya, kasihan yang duduk agak jauh kayak nggak bisa lihat Raisa-nya pas suasana lagi klimaks, bahkan, saya yang duduk agak depan aja susah lihatnya,” ucap Mia, salah satu penonton yang kami temui setelah acara.

Kekurangan dari segi teknis yang disebutkan penonton masih bisa ditolerir karena tidak mengganggu jalannya konser. Usaha Raisa dan Juni Records dalam mewujudkan konser bersejarah ini pun lunas dalam semalam. Selain merasa terhibur, puluhan ribu orang yang menyaksikan konsernya, bahkan musik Indonesia siap untuk mengenang.


 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.

Eksplor konten lain Pophariini

Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)

Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …