Cerita Pagi, Singiku: Hidden Gem Pop/Jazz 90an yang Tenggelam Dalam Hit Elektronik

Jul 6, 2023
Singiku Cerita Pagi

Sebelum membahas album Cerita Pagi milik Singiku mari mengenal istilah one hit- wonder. Dalam kancah musik nasional, mungkin kita sudah sering mendengar istilah one-hit wonder. Jurnalis musik Wayne Jancik dalam bukunya Billboard Book of One-Hit Wonders (Watson-Guptill Publications, 1998), mendefinisikan one-hit wonder sebagai tindakan (karya musik) yang telah memenangkan posisi di tangga lagu nasional, pop, dan Top 40 hanya sekali.

Kalau di luar negeri sudah barang tentu, banyak band atau solois yang berlabel one-hit wonder. Lantas bagaimana dengan di Tanah Air?

Di Tanah Air sejak kaset masuk pada awal dekade 1970 sampai dekade 1980, mungkin kalau kita sortir pasti ada saja kita temukan band atau solois, yang hanya menghasilkan satu lagu hit, kemudian hilang bak ditelan bumi. Demikian pula pada dekade 1990, cukup banyak band-band yang bisa kita labeli one-hit wonder, salah satunya Singiku.

Singiku adalah band pop dan jazz 90an asal Jakarta, yang digawangi oleh Pongky Prasetyo (keyboard), mendiang Juned Prasetyo Wibowo alias Wiby (vokal), dan Danny Ardiono Hadiatmojo alias Deny (drum).

Bagi remaja yang besar di era 90-an, pasti familiar dengan lagu “Kebebasan”. Lagu tersebut terkandung dalam satu-satunya album mereka, yang berjudul Cerita Pagi (Aquarius Musikindo, 1996).

Singiku adalah band pop dan jazz 90an asal Jakarta, yang digawangi oleh Pongky Prasetyo (keyboard), mendiang Juned Prasetyo Wibowo alias Wiby (vokal), dan Danny Ardiono Hadiatmojo alias Deny (drum)

Banyaknya musisi yang cover ulang “Kebebasan” adalah bukti, betapa ngetopnya lagu itu. Tercatat “Kebebasan” pernah dibawakan ulang oleh Lusy Rahmawaty dalam album Dua Warna (Sony Music Indonesia, 2004). Cinta Laura, dalam debut albumnya yang rilis di 2010. Serta dalam debut album Radhini bertajuk Awal (Organic Records, 2017).

Bahkan lagu itu, menduduki peringkat ke-111 dalam daftar 150 Lagu Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia. Video klipnya menyabet penghargaan dalam ajang Video Musik Indonesia (VMI) pada 1996 silam.

Beberapa tahun ke belakang “Kebebasan” sempat mencuat kembali di kalangan Gen Z, berkat film Bebas (Miles Films, 2019), garapan Riri Riza dan Mira Lesmana.

Lagu “Kebebasan” pernah dibawakan ulang Lusy Rahmawaty (2004), Cinta Laura (2010), dan Radhini (2017). Juga menduduki peringkat 111 dalam Lagu Indonesia Terbaik versi majalah Rolling Stone Indonesia, dan sempat mencuat kembali di kalangan Gen Z, berkat film Bebas (Miles Films, 2019)

Berkat single itu pula nama mereka melambung, sampai-sampai diwawancarai oleh media Jepang. Tapi sayangnya ulasan tentang Singiku kini terbilang sukar ditemukan, Wikipedia-nya pun tak ada, ditambah masa keemasan mereka yang sudah lama berlalu, membuat nama Singiku seolah tersapu oleh waktu.

Cikal Bakal Berdirinya Singiku

Rasa penasaran menggiring saya, untuk mencari tahu lebih jauh tentang mereka. Berkat jejaring pertemanan, akhirnya saya bisa terhubung dengan Pongky. Melalui sambungan telepon dia menuturkan kalau sudah berteman lama dengan Wiby.

“Jadi saya sama almarhum (Wiby) itu teman sekelas waktu di SMA Kanisius, Menteng (Jakarta). Kita saling kenal sejak SMP tapi beda sekolah. Begitu di SMA kita barenganlah ngeband-ngeband,” tutur Pongky.

Bisa dibilang Singiku adalah pilot project, yang diinisasi oleh para alumnus SMA Kanisius, yang hendak mencecap dunia showbiz. Mereka jugalah yang menyokong ketiganya melangkah masuk studio rekaman

Setamat SMA pada 1992, keduanya terpisah. Pongky melanjutkan studi di Universitas Atmajaya, sementara Wiby masuk Universitas Trisakti. Keduanya lalu tenggelam oleh kesibukkan masing-masing. Sampai sebuah momentum menyatukan keduanya kembali bermusik. 

“Setelah lulus kan kita kepisah-pisah ada yang kuliah di Boston, di New York, ada yang di Bandung dan lain-lain. Pas ngumpul-ngumpul gitu, kita sepakat bikin sesuatu,” kenang Pongky.

Dari situ keduanya sepakat membentuk project baru, namun mereka merasa perlu menambah personil, untuk posisi drum. Adalah Francis Heyzer sosok yang mengenalkan Deny ke Pongky. Didasari rasa kecocokan, akhirnya Deny ditarik untuk memperkuat formasi. Trio ini lalu berjibaku menggodok materi.

Penamaan band diambil dari frasa Jawa “Sing Iku” yang berarti: yang itu. Tak perlu heran kenapa kalimat itu dipakai, sebab mereka memang berlatar belakang etnis Jawa.

“Orang pertama yang saya tawarin itu pak Jan Djuhana. Seiring waktu kita akhirnya ke Ceepee Records ketemu Tantowi Yahya, tapi tanggapan Tantowi ngga jauh beda dengan pak Jan. Mereka bilang musik kita berat.” seloroh Pongky

Bisa dibilang Singiku adalah pilot project, yang diinisasi oleh para alumnus SMA Kanisius, yang hendak mencecap dunia showbiz. Mereka jugalah yang menyokong ketiganya melangkah masuk studio rekaman.

Meski dalam album Cerita Pagi hanya memuat delapan lagu, sebetulnya materi yang mereka ciptakan lebih dari itu.

“Lagu-lagu itu kita dengerin bareng-bareng, mana materi yang dirasa kurang, mana yang perlu ditambahkan ide-ide. Yang dirasa kurang kita take out.” ucap Pongky.

Setelah proses rekaman rampung, perjuangan mereka tak berhenti sampai di situ. Langkah selanjutnya adalah menjajakan hasil rekaman itu ke pihak label.

“Singkatnya kita dikontrak, terus mereka (Aquarius Musikindo) ngasih kita additional budget, buat rapihin rekaman kita, nambah-nambahin dan mixing ulang. Abis itu kita panggil deh Indro Hardjodikoro buat ngisi bass, dan Bontot (Tohpati) buat ngisi part gitar” paparnya

Maklum melepas karya lewat jalur indie waktu itu tidak semudah sekarang. Sehingga major label masih menjadi incaran. Mengingat jangkauan edar dan infiltrasi ke media-media konvensional, yang hanya bisa dilakukan oleh industri musik arus utama. Selain itu ada prestise tersendiri kalau bernaung di bawah major label.

Cerita Pagi Rilis

Akan tetapi menembus major label bukan perkara mudah. Apalagi industri musik nasional sedang bergeliat, dan persaingan saat itu cukup ketat

“Orang pertama yang saya tawarin itu pak Jan Djuhana. Seiring waktu kita akhirnya ke Ceepee Records ketemu Tantowi Yahya, tapi tanggapan Tantowi ngga jauh beda dengan pak Jan. Mereka bilang musik kita berat.” seloroh Pongky.

Atas saran Jan Djuhana, mereka memberanikan diri ke Aquarius Musikindo. Walau mulanya sempat dihinggapi rasa minder, lantaran banyak nama-nama beken seperti Dewa 19, Potret, Katon Bagaskara, Trie Utami, Utha Likumahuwa, dan lain sebagainya, bernaung di sana.

Cerita Pagi rilis mendapuk “Kebebasan” sebagai single utama. Video klipnya digarap oleh Glen Kainama dengan Andhara Early sebagai modelnya. Video klip tersebut lumayan sering wara-wiri di layar kaca, dan lagunya juga kerap diputar di radio-radio

Mungkin ini yang disebut jalan takdir, berjarak seminggu kemudian mereka dipanggil menghadap almarhum Pak Iin (Suwardi Widjaja) bos Aquarius Musikindo.

“Singkatnya kita dikontrak, terus mereka (Aquarius Musikindo) ngasih kita additional budget, buat rapihin rekaman kita, nambah-nambahin dan mixing ulang. Abis itu kita panggil deh Indro Hardjodikoro buat ngisi bass, dan Bontot (Tohpati) buat ngisi part gitar” paparnya.

Tak berselang lama Cerita Pagi pun rilis, dengan mendapuk “Kebebasan” sebagai single utamanya. Video klipnya digarap oleh Glen Kainama dari rumah produksi Broadcast Design Indonesia (BDI), dengan Andhara Early sebagai modelnya. Video klip tersebut lumayan sering wara-wiri di layar kaca, dan lagunya juga kerap diputar di radio-radio.

Perlahan Meredup

Sejalan dengan meningkatnya popularitas mereka, tawaran manggung pun kian ramai. Bagi Deny pengalaman manggung yang paling berkesan bersama Singiku, ketika mereka tampil bareng Dewa 19 dan Kahitna.

Namun sayang kebersamaan mereka tidak berlangsung lama. Setelah berjalan hampir dua tahun, Singiku bubar karena kesalahpahaman, atas pemberitaan di sebuah media massa, yang bersumber dari argumen salah satu personil

“Waktu itu hujan deras, yang awalnya penonton pada minggir (berteduh), pas giliran kita langsung pada ngumpul ke tengah lapangan hujan-hujanan, terus hafal semua lagu kita, mereka nyanyi-nyanyi, loncat-loncat. Itu ada kali sekitar 5000 orang yang datang, energinya gila banget,” ucap Deny antusias.

Namun sayang kebersamaan mereka tidak berlangsung lama. Setelah berjalan hampir dua tahun, Singiku bubar karena kesalahpahaman, atas pemberitaan di sebuah media massa, yang bersumber dari argumen salah satu personil.

“Padahal kita sudah membuat empat atau lima materi lagu untuk album kedua, kalau aja kita ngga bubar mungkin kita lanjut (di Aquarius). Karena kita itu dikontrak bukan per album, tapi sebagai (roster) artis mereka, dan kita masih terima royalti (bagi pencipta lagu) sampai saat ini.” terang Denny.

“Padahal kita sudah membuat empat atau lima materi untuk album kedua, kalau aja kita ngga bubar mungkin kita lanjut (di Aquarius). Karena kita itu dikontrak bukan per album, tapi sebagai (roster) artis mereka, dan kita masih terima royalti (bagi pencipta lagu) sampai saat ini.” terang Denny

Pasca bubar ketiganya masih berkutat dalam bidang musik. Pongky aktif terlibat dalam kegiatan gospel, dan bertindak sebagai produser serta music arranger bagi rekan-rekan sesama musisi. Pun demikian dengan dua personil lainnya. Wiby kembali bernyanyi di klab-klab, sedangkan Deny disibukkan dalam tim produksi Indra Lesmana. Kesibukan inilah yang membuat ketiganya mulai jarang berkomunikasi satu sama lain.

Sampai pada 15 April 2018, Juned Prasetyo Wibowo Hamid atau Wiby dikabarkan menghilang. Dia pergi meninggalkan rumah saat subuh, dengan memakai kaos, sandal, dan mengendarai sepeda. Kabar tersebut dibagikan oleh Dendy Mikes eks vokalis band Kunci, adik kandung Wiby, melalui aplikasi pesan singkat.

Dalam pesan berantai itu diinformasikan juga Wiby pergi tanpa membawa identitas diri, bermasalah dengan pendengaran, serta mengalami gangguan daya ingat.

Setahun lebih kemudian, Wiby meninggal dunia. Tepatnya pada 31 Oktober 2019. Kondisi kesehatan yang makin menurun, menjadi penyebab kepergiannya. Kepergiannya makin memupuskan harapan Singiku dapat reuni

“Seinget gue Wiby ngilang sekitar dua hari. Dia ditemuin lagi ngeblank aja di pinggir jalan, lupa jalan pulang” beber Deny, yang turut mencari.

Setahun lebih kemudian, Wiby meninggal dunia. Tepatnya pada 31 Oktober 2019. Kondisi kesehatan yang makin menurun, menjadi penyebab kepergiannya. Dia dimakamkan di TPU Tanah Kusir berdekatan dengan Dendy Mikes, yang lebih dulu berpulang 25 hari sebelumnya.

Kepergiannya makin memupuskan harapan Singiku dapat reuni. Walaupun saat Wiby masih hidup, niatan untuk kembali bersama juga tidak pernah terbesit oleh ketiganya.

Bahkan dalam sebuah wawancara program Radio jadul, Jak TV, pada 2018 lalu, Pongky pernah mengungkapkan bergelut di industri hiburan tak harus menjadi pemain, bisa saja dengan berkecimpung di belakang panggung, dan pernyataannya diangguki Deny. Ini bisa diartikan kalau Singiku memang sudah tutup buku.

Kenapa Band Bisa One-Hit Wonder

Banyak faktor sebetulnya, yang membuat band berujung bubar. Tak hanya dilatar belakangi kesalahpahaman semata, namun bisa pula dipicu oleh star syndrome, tingkat kematangan emosional, penentuan gol hidup yang berbeda, serta adanya sikap-sikap tertentu yang berpengaruh bagi kelangsungan band. Ini tak cuma dialami Singiku, mungkin hampir semua band one-hit wonder mengalaminya.

Pertanyaannya sekarang apakah benar Singiku band one-hit wonder?. Bila merujuk pada premis Wayne Jancik di atas, maka jelas Singiku masuk kategori itu. Alasannya mereka cuma menelurkan satu album, dengan “Kebebasan” sebagai satu-satunya single yang dirilis baik di televisi maupun di radio dan single mereka direspon baik oleh pendengar.

Terlebih single “Kebebasan”, kadung membuat orang menganggap Singiku band elektronik. Padahal tidak, kebetulan lagu tersebut saja yang beda. Alhasil mereka hanya mampu merengkuh kalangan muda perkotaan

Realistis saja, mungkin karena mereka band pendatang baru, jadi treatment-nya agak berbeda. Tak bisa dikomparasikan dengan band-band papan atas, yang dalam satu album bisa mencetak beberapa single, disusul dengan pembuatan video klipnya.

Padahal dengan banyaknya single yang dirilis, cukup berpengaruh dengan minat beli masyarakat, walau cost yang dikeluarkan label jadi bertambah. Demikian karena dulu masyarakat hanya akan membeli album (kaset), dari apa yang mereka dengar di radio dan lihat di televisi saja.

Makanya tak heran, meski “Kebebasan” direspon baik oleh pendengar, ternyata tidak berbanding lurus dengan penjualan albumnya, hal tersebut diakui oleh Kadet Al Rayyan selaku Artist Relation & Back Catalogue Aquarius Musikindo. Kadet menambahkan “alasan lain kurang berhasilnya Cerita Pagi, disebabkan oleh ketatnya persaingan musik nasional saat itu.”

Terlebih single “Kebebasan”, kadung membuat orang menganggap Singiku band elektronik. Padahal tidak, kebetulan lagu tersebut saja yang beda. Alhasil mereka hanya mampu merengkuh kalangan muda perkotaan, bukan wider listener dengan strata sosial beragam. Jika saja mereka melepas single lain yang lebih mewakili selera orang kebanyakan, mungkin lain cerita.

Namun terlepas itu semua, harus kita akui bahwa Singiku menawarkan sesuatu yang unik dan berbeda, di tengah dominasi grup dengan konsep full band dan condong guitar oriented. Karya-karya mereka pun ibarat cerita pagi, yang senantiasa fresh didengarkan tuk memulai hari.

 

Penulis
Nor Rahman Saputra
Nor Rahman Saputra adalah mantan jurnalis televisi dan illustrator lepas, yang gandrung akan musik. Di musik dia mendidikasikan dirinya sebagai penikmat, pemerhati, gig-goer, dan kolektor. Pernah membidani lahirnya Jak Musik sebuah program musik indie di televisi, serta independen label Fast Youth Records (2002 – 2010)

Eksplor konten lain Pophariini

Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)

Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …