Melihat Gelombang Baru Kota Malang Lahir di Panggung Golden Haze 

Oct 2, 2023

Belum genap sebulan pasca Heartfelt volume 16 digelar di Malang pada 13 September 2023 kemarin, Heartfelt Collective kembali mengorganisir acara mereka yang dikasih titel Golden Haze. Berlokasi di Levels Brewhouse dan berkolaborasi bersama Senang Sedih Kolektif, acara tersebut digelar dalam rangka menyambut rangkaian tur album baru band indie-pop asal Jakarta, Bedchamber, yang berjudul Capa City Tour.

Di tengah pilihan acara yang menumpuk dari kota Batu hingga Malang, ada beberapa alasan, setidaknya bagi penulis pribadi, mengapa acara Golden Haze memang sayang untuk dilewatkan.

Alasan pertama, terdapat banyak nama-nama baru dari arena indie-pop kota Malang di panggung Golden Haze.

Di tengah pilihan acara yang menumpuk dari kota Batu hingga Malang, ada beberapa alasan, mengapa acara Golden Haze memang sayang untuk dilewatkan

Kedua, acara tersebut menjadi debut panggung pertama beberapa pengisi line-up; salah satunya Linger, proyek solo Dandy Gilang dari Write The Future setelah bertahun-tahun karyanya hanya berseliweran di kanal digital.

Ketiga, tentu saja karena Bedchamber yang baru merilis album terbarunya, Capa City, yang terdengar “asing” dari sisi musik jika dibandingkan album-album sebelumnya dan termasuk juga menyambut kepulangan band yang sedang hangat dari Ibu Kota pasca penampilan mereka di Pestapora, Girl And Her Bad Mood.

Keempat, alasan yang tak kalah seru untuk datang ke acara tersebut tidak lain untuk bertemu dengan kawan-kawan lama sambil menonton musik juga berbagi gelas yang sama. Perpaduan yang pas bukan? Ha!

Heartfelt x Senang Sedih/ Foto oleh Dwikirikus

Jum’at, 29 September 2023 pukul 18.00 pas acara Golden Haze sudah dimulai dengan Penny Ways sebagai band pembuka. Di arena depan panggung masih tampak lapang ketika band pop pendatang baru dari kota Malang ini memainkan repertoarnya satu per satu.

Belum genap sebulan pasca Heartfelt volume 16 digelar di Malang pada 13 September 2023 kemarin, Heartfelt Collective kembali mengorganisir acara mereka yang dikasih titel Golden Haze

Selanjutnya adalah Shallow Bloom. Salah satu line up yang banyak dinantikan pada acara tersebut. Shallow Bloom adalah proyek yang baru saja dibentuk oleh Hilmo (Svnwish Rec, ex Devil Despize) bersama Tegar dari Senang Sedih Kolektif. Malam itu menjadi panggung perdana sekaligus perkenalan secara resmi mereka. Dari penampilan di panggung Golden Haze, arah musik Shallow Bloom adalah dalam rute musik alternatif-rock, shoegaze dan noise-rock. Lengkap dengan tiga gitar yang saling berbagi peran isian. Sayang malam itu Shallow Bloom tampak canggung di atas panggung membuat setiap divisi seperti asik dengan perannya sendiri-sendiri hingga mengesampingkan keseimbangan dan harmonisasi. Tapi, untuk malam itu, bukan menjadi masalah besar. Jalan panjang dan banyak panggung masih menanti di depan untuk Hilmo dkk. Gaspol!

All Bird Are Onion didapuk menjadi pengisi selanjutnya. Proyek bentukan pria bernama Onny dari kota Tulungagung ini tampil cukup meyakinkan. Tampaknya band ini sudah memiliki basis pendengar yang lumayan jika melihat bagaimana malam itu banyak kawan-kawan yang ber-sing-along bersama, meski tampak malu-malu. Tulungagung sepertinya sedang punya banyak kejutan.

Kawan-kawan semakin banyak berdatangan sekaligus menjadi pertanda keseruan akan semakin bertambah. Beer dan minuman lokal langsung menyambar tenggorokan, distribusi pengairan tampak lancar dari tangan ke tangan tanpa komando perintah – hal yang tak mungkin dilewatkan ketika kalian menonton gig di Levels Brewhouse.

The Polar Bears memiliki modal yang lebih dari cukup untuk melebihi apa yang sudah dimulai atau dipresentasikan oleh ketiga nama yang telah disebutkan sebelumnya

Di atas panggung, The Polar Bears sudah bersiap. Band muda dari kota Malang yang baru penulis ketahui di acara Golden Haze. The Polar Bears terdiri dari tiga personil yang sepertinya tumbuh bersama dengan mendengarkan band-band seperti Beeswax, Eleventwelfth dan Murphy Radio. Trio ini memadukan musik alternatif, tekstur emotive mid-west dan math-rock yang rumit dan ganjil. Dari menonton pertama kalinya penampilan mereka malam itu, penulis merasa The Polar Bears memiliki modal yang lebih dari cukup untuk melebihi apa yang sudah dimulai atau dipresentasikan oleh ketiga nama yang telah disebutkan sebelumnya. Band yang menjanjikan. Pada malam itu pula penulis baru mengetahui jika The Polar Bears telah bergabung menjadi roster Haum Entertainment. Pas!

Baiklah, selanjutnya ada Linger yang ternyata sudah banyak dinantikan oleh penonton malam itu. Arena bibir panggung penuh sejak Dandy seorang diri membawakan lagu pertamanya sebelum semakin liar ketika Risang, Vino dan Pandu ikut terlibat. Ya, tebakan kalian benar. Linger adalah formasi Much tanpa Anggi. Tentu saja tidak perlu gambaran yang lebih perihal bagaimana penampilan mereka malam itu. Formasi ini sudah cukup nyaman dan aman bermain bersama sejak lama.

Linger di Golden Haze / Foto oleh Dwikirikus

Dua penampil pamungkas adalah Bedchamber dan ditutup Girl and Her Bad Mood yang dipercaya sebagai penutup acara Golden Haze. Sayangnya saya hanya menyaksikan sepintas band yang dipercaya penutup acara Golden Haze. Selebihnya waktu hanya untuk kawan-kawan dan tentu saja, putaran gelas yang tampak tak diperbolehkan tandas. Dari area luar hingga dalam venue. Bedchamber tampil maksimal meski lagu pada album terbaru mereka akan membuat dahi siapapun mengernyit oleh pendengar album EP Perennial dan album Geography. Terbukti, Bedchamber masih tetap membawakan beberapa materi pada dua rilisan mereka sebelumnya untuk membakar gairah penonton yang memang rindu bernostalgia dengan Bedchamber.

Bedchamber di Golden Haze / Foto oleh Dwikirikus

Bagi penulis, panggung Golden Haze malam itu memberikan banyak informasi dan menjadi asa baru di panggung indie-pop dan selingkarnya di kota Malang yang belakangan mengalami musim paceklik. Menariknya lagi bagaimana kawan-kawan Heartfelt Collective dan Senang Sedih Kolektif berani memberikan panggungnya untuk nama-nama baru unjuk gigi. Salut!


Penulis
Radinang Hilman
Saat ini tinggal di kota Malang. Sehari-hari bekerja sebagai pengatur ritme stok di gudang Toko Rekam Jaya dan menjaga speaker agar terus menyalak

Eksplor konten lain Pophariini

Juicy Luicy – Nonfiksi

Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …

Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian

Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW.     …