Rekomendasi 10 Musisi dari Skena Musik Bogor
Kancah musik di Bogor tidak pernah benar-benar tertidur. Denyutnya bahkan sudah terdeteksi sejak awal 90an melalui eksponen yang paling dikenal saat itu, Base Jam. Didirikan pada tahun 1994, langkah besar Base Jam justru baru dimulai pada tahun 1996 melalui debut Bermimpi yang dirilis oleh Musica Studio.
Estafet Base Jam kemudian diteruskan oleh Piknik yang menyeruak di kancah musik nasional melalui single “Sinar” yang diambil dari kompilasi KLIK! (Kumpulan Lagu Indonesia Terkini) besutan WEA (kini Warner Music Group) pada tahun 2000.
Sedikit menyelam ke bawah, scene musik mandiri di Bogor yang beragam juga melahirkan banyak band lain yang menjadi cetak biru bagi generasi setelahnya. Seperti Brownsugar yang bertransformasi menjadi The Motives dan The Safari, serta Listric yang salah dua personelnya, kakak-beradik Deni Noviandi dan Andi Fauzi, menjadi kunci pembentukan sound indie rock Bogor di masa kini.
Fast forward ke masa depan, Koalisi Seni Indonesia mencatat bahwa terdapat 157 acara musik yang diselenggarakan di Bogor pada periode 2019-2020. Sebagai kota kecil penyangga Jakarta, jumlah tersebut merupakan angka yang cukup fantastis dan menjadi penanda keriuhan geliat musik di kota dengan intensitas petir tinggi ini. Ketika pandemi menghantam semua lini dan sektor tanpa terkecuali, para penggiat kreatif dan musisi di Bogor kompak menginisiasi konser amal digital #KonserKarantinaBogor dalam upaya warga bantu warga. Setelah pandemi berangsur-angsur reda, Bogor kembali tancap gas dan menorehkan catatan penting di kancah musik nasional.
Raka Dewangkara melalui tulisan “Musik Bogor Pasca Pandemi: Kian Menggairahkan” menyebutnya sebagai buah manis dari penantian yang dipupuk selama keadaan gelap. Setelah dua tahun hidup dalam moda survival dan mengindahkan kebutuhan lain selain urusan perut, ekosistem musik Bogor kembali mulai bersolek dan menancapkan nama-nama seperti Swellow, The Kuda, The Jansen, Munhajat, Heaven In, Rrag, Texpack dan lain sebagainya di sirkuit musik nasional. Mulai dari mengisi line-up festival bergengsi skala besar sampai dengan ruang gelap gig studio di pinggiran kota. Kredo menggelikan “Bogor Kota Indie Rock” pun muncul, setengah guyon, setengah serius.
Bogor tidak pernah benar-benar terlelap. Pasca pandemi, nama-nama baru mulai bermunculan dan tak sedikit pula nama lama yang kembali ke depan. Keberlanjutan yang menyenangkan dan seru untuk dinantikan. Dari sekian banyak nama yang mewarnai ekosistem musik di Bogor saat ini, sepuluh nama di bawah ini adalah cuplikan ragam ekosistem musik di Bogor hari ini yang tidak melulu “itu-itu saja” dan sayang untuk tidak diindahkan. Sepuluh nama yang cukup tinggi berotasi di pemutar musik kami.
Starrducc – s/td EP (Self-released, 2023)
Starrducc menyuguhkan pengalaman mengunyah musik pop yang menyenangkan. Simak bagaimana “Seperti Bunga”, salah satu dari 6 lagu di debut mini album ini mengalunkan umpatan yang terdengar manis ditingkahi ketukan drum offbeat tebak-tebak buah manggis. “Bajingan..terjebak hujan..” seloroh Amira Nauli dengan notasi pop gula-gula dan denting gitar jingle-jangle sebagai latar. Starducc adalah Cinta Rama Bani Satria, Adji Pamungkas, Amira Nauli, Andreas Yendra, dan Daniel Agung Samudera. Dua nama yang disebut pertama, lebih dikenal sebagai punggawa dari grup punk rock, The Jansen. Di Starrducc, mereka melucuti patches punk rock di jaket dan memillih menyelipkan Lily di saku belakang celana.
Det-Plag Lust – Headphone Sekali Pakai (Tromagnon Records, 2023)
Jauh sebelum menyandang status administratif sebagai “Kota Indie Rock”, kancah musik lokal Bogor era awal 2000an pernah diramaikan oleh kemunculan grup musik yang memainkan musik punk hibrida goyang-able seperti Pink Glove, Douets Maoets (band terdahulu Poppie Airil Efek Rumah Kaca), dan tentu saja, The Safari. Kini, kobaran obornya dijaga ketat oleh kuartet bernama Det-Plag Lust. Maxi-single terbaru mereka, “Headphone Sekali Pakai”, begitu rancak dan groovy dengan pengaruh kuat musik punk era post-brexit, lengkap disertai racauan puitik dan vokal bersahutan. Misi braay, kita goyang tipis dulu.
Stand Clear – Promo 2023 (Self-released, 2023)
RC Straight Edge at its finest! Setelah cukup lama hiatus, unit clear-headed youth crew dengan budaya tur kental ini akhirnya kembali ke medan laga dengan menggandeng vokalis dan gitaris anyar. Materi terbaru dari Stand Clear masih memainkan musik hardcore yang tepat menampar di muka. No gimmicks, no frills, just pure straight edge hardcore fury!
Andepp – Sasar (Suddendeath Records, 2023)
Andepp menciptakan mendung tanpa harus menurunkan hujan lewat debut mini album Sasar. Tidak melulu terkukung dengan soundscape gothic, “7 Mawar” menutup Sasar dengan penghormatan tinggi kepada New Order.
Choria – Beyond the Veil, Swallowed Towards the Past (Harsh Productions, 2023)
Seperti lubang hitam, Choria tidak melewatkan seberkas pun cahaya lewat. Dingin, gelap, dan pekat adalah penggambaran tepat bagi musik atmospheric black metal yang mereka mainkan. Layer demi layer riff yang mereka sajikan terdengar megah dan apik, dengan beberapa part selipan yang terasa crusty dan epik. Tak hanya itu, pada mini album terbarunya ini, mereka juga bereksperimentasi dengan sound ambient yang begitu menghunus ke tulang.
Pastula – Halo Effect (Self-released, 2023)
Memainkan reverb-drenched indie pop a la roster-roster Captured Tracks, lagu milik Pastula memiliki potensi untuk menjadi koor massal dengan lirik berbahasa Indonesia yang mudah dicerna dan terngiang di kepala. Meresureksi notasi vokal nostaljik Rumahsakit era Andri Ashari dengan kelindan gitar twangy, mereka mencuri perhatian sebagai salah satu band Bogor yang patut ditunggu sepak terjang selanjutnya.
Deafness – The Womb (Hujan! Rekords, 2023)
Melalui “The Womb”, Deafness mengumandangkan ode khidmat tentang seorang Ibu. Single ini juga merupakan karya pertama mereka dengan formasi terbarunya. Ditopang oleh kualitas produksi mumpuni, gemuruh tremolo blackgaze bernafas crust milik Deafness semakin menghunjam dan menancap pancang di sirkuit metal Bogor.
Goodenough – Massa Massa (Amplop Records, 2023)
Goodenough argueably is one of the hardest working band yang datang dari sisi utara Bogor. Mereka baru saja tuntas menunaikan tur Sumatera bulan Agustus lalu. Tanpa henti dan yang terkini, debut album Goodenough baru saja dirilis awal bulan ini. Memadukan berbagai jenis musik yang memengaruhi mereka dalam tatanan musik pop-punk, Massa Massa terdengar kekinian dan terasa cukup segar. Mereka memperluas spektrum penulisan musiknya dengan memasukan elemen musik hardcore/punk, emo, elektronika, bahkan hingga trap. A must-listen.
KURS$ – Garage Punk n Roll EP (Self-release, 2023)
Mari bernyanyi (dan mengumpat) bersama gerombolan lo-fi punk rocker slebor dalam lagu-lagu bertema absurd tentang berobat, berpesta bersama alien, dan ketidakjelasan itu sendiri. Jika NASA kembali membuat proyek The Voyager Golden Record, “Party di Angkasa” milik KURS$ pantas untuk diikutsertakan menyapa kehidupan ekstraterestrial.
Hadson – Its Mine (Buddhies Records, 2023)
Mungkin ini jadinya jika Perry Farell memilih untuk menghabiskan masa pensiun di Ciawi dan membentuk band bersama pemuda setempat yang rajin ke perhelatan Java Jazz. Sebuah nomor modern rock groovy dengan sentuhan funk ber-chorus anthemic.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian
Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW. …
Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024
Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11). Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan …