Di Balik Panggung Joyland Bali 2024
Joyland Bali sukses berlangsung tanggal 1 – 3 Maret 2024 di Peninsula Nusa Dua. Festival milik Plainsong Live ini masih fokus menghadirkan 6 area seperti Joyland Stage, Plainsong Live Stage, Lily Pad, Shrooms Garden, Cinerillaz, dan White Peacock.
Terlepas dari nama yang itu-itu saja untuk tampil di panggung-panggung utamanya, Joyland tetap berhasil memberikan pengalaman menonton, mendengar, dan menikmati sebuah festival dengan sangat nyaman.
Kami banyak menangkap momen di balik panggung sesuai judul artikel ini. Beberapa musisi juga sempat menjawab pertanyaan kami seputar apa riders mereka, pendapat tentang backstage Joyland, hingga apa yang bisa mengganggu kegiatan manggung.
Simak langsung catatannya di bawah ini.
Hari pertama Joyland Bali 2024
Saat waktu menunjukkan pukul 3 sore lewat, hujan turun begitu deras di tempat saya menginap yang jaraknya tak jauh dari tempat penyelenggaraan Joyland. Saya terpaksa melewatkan aksi panggung ENVY*, Graung, dan White Shoes & The Couples Company.
Begitu sampai di Peninsula Nusa Dua, saya langsung dibawa ke backstage untuk bertemu Nadin Amizah. Sementara menunggu, saya sempat melihat kru White Shoes & The Couples Company sedang bergegas meletakkan peralatan musik band ke mobil untuk segera pergi dari area tersebut.
Nadin Amizah merupakan musisi pertama yang saya temui di balik panggung Joyland Bali kali ini. Sambil berkaca dan menata rambutnya, ia meladeni pertanyaan-pertanyaan yang saya utarakan.
Setiap musisi pasti memiliki riders yang berbeda. Nadin tidak aneh-aneh, bahkan terbilang umum.
“Riders aku mineral, ciki-cikian, buah-buahan potong. Kalau bisa mangga sama anggur yang manis tanpa biji. Sisanya udah sih normal-normal aja tapi di beberapa kota tertentu pengin ada durian,” ungkapnya.
Berbeda dengan jawaban Stars and Rabbit ketika ditanya mengenai riders. Elda Suryani dan Didit Saad kompak menjawab hal yang berkaitan dengan produksi. “Cukup kasih kami 2 channel untuk satu band full,” kata Didit lantang yang diiyakan oleh Elda.
Hari kedua Joyland Bali 2024
Sabtu menjadi hari yang padat bagi anggota redaksi Pophariini. Ada yang menghadiri pertunjukan Sum 41 di Yogyakarta dan Novo Amor di Jakarta. Saya yang mendapat penugasan untuk Joyland Bali menemui Bilal Indrajaya beberapa saat sebelum ia manggung di hari kedua.
Pertanyaan pertama yang saya ajukan adalah soal bagaimana perasaannya setiap mau manggung.
“Nervous pasti, selalu. Mengatasinya selalu buang air besar dulu sebelum manggung karena buang air besar tuh ngeluarin stres dan takutnya. Sama minum air putih gak terlalu banyak,” jelas Bilal.
Selesai dari menemui Bilal, saya berjalan menuju area backstage dan melihat parade yang sudah menjadi ciri khas Joyland. Di mana sebelumnya ada juga di Joyland Jakarta. Ternyata salah satu anggota tim yang berada di belakang parade tersebut Jascha Ririhena.
Jascha merupakan solois yang pernah juga tampil di Joyland Bali tahun pertama 2022 untuk menemani aksi panggung Soulfood sebagai backing vocal. Namun kali ini dengan mengenakan vest ceritanya berbeda.
“Di White Peacock kan ada performer-nya juga. Aku bantu mengarahkan LO (Liaison Officer, red) dan performer prepare (soundcheck). Memastikan area dan fasilitas White Peacock berjalan sesuai fungsinya. Mengingat ini area bermain anak (outdoor) dan juga di dalam ada workshop setiap harinya,” ungkap Jascha mengenai kegiatannya selama di Joyland Bali 2024.
Berbicara soal tempat penyelenggaraan, Joyland Bali memang cukup luas. Area bagi para ahli isap (perokok) diperbesar, bahkan titiknya cukup strategis untuk memudahkan mereka tidak ketinggalan aksi dari para penampil.
Sementara itu, beberapa sudut lain yang tak pernah absen dari Joyland seperti galon untuk mengambil air mineral gratis dan tempat menonton film Cinerillaz.
Sore itu saya mampir ke White Peacock yang tadi sudah disebutkan Jascha untuk menemui Eto Tagur selaku Coach Voice of Bali. Sambil melakukan face painting di salah satu booth, ia menjelaskan tentang apa itu Voice of Bali.
“Sekarang Voice of Bali di 3 tahun terakhir kami punya Children Choir. Sebenarnya Voice of Bali kumpulan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia yang datang ke Bali untuk berbagai tujuan. Ada yang kuliah, ada yang kerja, dan melakukan kegiatan mereka masing-masing tapi karena punya tujuan yang sama untuk bernyanyi dan kecintaan yang sama untuk bernyanyi. Jadi pada kumpul bikin choir,” kata Eto yang bergabung di perkumpulan ini 2 tahun setelah Voice of Bali berdiri di tahun 2012.
Setelah Voice of Bali berjalan 10 tahun lebih, Eto mengatakan akhirnya mereka memutuskan untuk membuat children choir karena melihat di Bali banyak sekali anak-anak kecil atau adik-adik yang pengin belajar nyanyi.
Atas nama Voice of Bali Kids Choir, adik-adik ini mendapat kesempatan manggung di White Peacock. Menurut Eto, pihak Joyland menemukan mereka di media sosial.
“Kami mendapatkan kesempatan ini karena dari pihak Joyland DM kami di Instagram karena kami aktif banget upload di Reels tentang kegiatan-kegiatan adik-adik kami,” jelas Eto.
Pertemuan saya dengan banyak penampil di Joyland Bali juga berkat bantuan dari panitia yang solid. Mereka yang setiap hari mengakomodasi rekan media adalah Rio, Dian, dan Aby.
Selain Bilal, saya menemui proyek musik bentukan Kimo, Bank pada malam harinya untuk mengabadikan momen di balik panggung mereka.
Mengakhiri hari kedua Joyland, saya juga mampir ke Green Room yang menjadi tempat berkumpul para musisi. Tersedia sofa empuk, stan minuman, dan tak ketinggalan photo booth.
Hari ketiga Joyland Bali 2024
Setelah sempat mampir sebentar di hari pertama, itu pun malam hari. Saya baru kembali lagi ke area Lily Pad yang tersembunyi di hari terakhir. Wujud panggung Lily Pad dapat dikatakan selalu minimalis. Tidak megah namun nilai gizinya yaitu musisi-musisi yang tampil bisa diadu dengan panggung yang lain.
Lily Pad bisa lebih dulu ditemukan berada di sebelah kanan pintu masuk ke area panggung-panggung besar. Atmosfernya kali ini menikmati musik di tepi pantai.
Sore itu saya berkesempatan menemui salah satu penampil Lily Pad, Asep Nayak untuk mengajukan beberapa pertanyaan. Nayak panggilan akrabnya mengatakan Joyland Bali 2024 merupakan kali keduanya ia bermain di Joyland.
Saat ditanya pernah kehilangan konsentrasi manggung apa tidak dengan tegas ia menjawab tidak pernah sama sekali. “Selalu mungkin lancar saja. Mengganggu tidak ada. Kalau ada teman-teman Papua mereka merasa menarik menonton, saya lebih semangat,” kata Nayak.
Nayak juga berkomentar soal bagaimana backstage yang layak, “Kalau secara pribadi, ya sederhana biasa saja apa adanya. Ada minum, makan, yang penting bisa taruh barang-barang aman.”
Beranjak dari Lily Pad menuju area balik panggung Joyland Stage, saya berpapasan dengan Narendra Kameshwara, fotografer resmi festival ini sejak tahun pertama diselenggarakan di Bali tahun 2022.
“Joyland semakin punya jati diri dengan segala konsep yang mereka coba terapkan dengan familly friendly vibes dan para performer yang juga terlihat berbeda dengan festival lainnya secara international act. Berharap Joyland ini akan selalu menjadi salah satu festival yang ditunggu semua orang se-Indonesia dan masih menerapkan disiplin pada audience-nya untuk menghargai bahwa mereka yang datang dari berbagai umur dan kalangan dengan segala peraturan untuk ditaati dan tentunya dengan performance-performance lokal maupun internasional yang juga punya keunikan tersendiri,” ungkap Naren soal Joyland Bali.
Di sela waktu saya juga mampir ke backstage Isyana Sarasvati untuk mengabadikan momen persiapan manggungnya.
Rekan media di Joyland Bali setiap harinya mendapat kesempatan mewawancarai beberapa artis. Saat menunggu kedatangan Dialog Dini Hari, saya mengabadikan momen mereka sedang tegur sapa dengan Kiki Ucup, salah satu sosok penting di industri musik saat ini.
Sesi wawancara saya dengan Dialog Dini Hari dihiasi canda tawa. Begitu ditanya apa hal yang biasa mengganggu ketika sedang manggung. Dadang langsung menjawab dengan senda gurau.
“Kekacauan di rumah tangga. Kami di panggung tuh fleksibel. Urusan rumah ini yang biasanya merusak semuanya. Alat bagus jadi rusak, jadi enggak asyik. Padahal sebenarnya aman, tapi kami jadi grumpy. Masalah rumah dibawa ke panggung gitu,” ungkapnya.
Bagi Dialog Dini Hari, Joyland Festival selalu mengesankan dengan suasana yang terasa kekeluargaannya. Saat ditanya seperti apa backstage yang layak. Dadang kembali melontarkan candaan.
“Kalau aku sih enggak ada pendingin ruangan enggak apa-apa, tapi ada mini bar aja bagus. Anything, enggak ada AC enggak apa-apa. Ada mini bar semuanya santai, no problem bro,” tutup Dadang.
Joyland Festival yang bukan hanya tentang musik, masih menghadirkan Shrooms Garden sebagai area untuk mengendurkan ketegangan pikiran dengan aksi para komika. Salah satu yang dinanti Sakdiyah Ma’ruf.
Malam harinya, saya juga mengabadikan momen di balik panggung Hindia sebelum ia dan bandnya membawakan materi album Lagipula Hidup akan Berakhir.
Joyland Bali 2024 secara keseluruhan ditutup manis aksi dari James Blake dengan sangat memanjakan indera penglihatan dan indera pendengaran. Tak hanya memainkan materi baru, ia turut membawakan lagu-lagu lama yang rilis tahun 2011 – 2021.
Berbicara di balik panggung sebuah festival musik. Pastinya bukan hanya tentang musisi. Melainkan termasuk sosok yang membantu untuk mengomunikasikan tujuan dari penyelenggaran.
Kami mengajukan beberapa pertanyaan kepada Maya selaku Media Relations Plainsong Live. Maya menceritakan keseruan perjalanannya bersama Plainsong Live yang berawal dari membantu perhelatan Djakarta Artmosphere.
“Tapi lupa yang tahun kapan, ya sampe sekarang. Serunya event Plainsong karena yang ngerjain cukup banyak yang seangkatan. Jadi dinamika dan vibes-nya lumayan seru. Cukup amazed akan hal ini yang terus stabil dan konsisten. Biarpun umur yang ngerjain bertambah terus dan skala kerja Plainsong sudah berkembang jauh dari Djakarta Artmosphere ke festival multi disiplin Joyland yang terjadi dua tahun sekali,” jelas Maya.
Saat ditanya apa yang menjadi fokus Media Relations Plainsong Live untuk setiap penyelenggaraan Joyland Festival dan harapan terhadap media-media yang meliput. Maya mengatakan fokusnya tak lain berharap media menyebarkan berita tentang Joyland dari sudut pandang yang berbeda-beda sesuai interest dan karakter masing-masing.
“Di Joyland ada banyak banget activities dan performers. Jadi, sebenarnya tinggal dicomblangin aja. Tentu berharap banget teman-teman jurnalis merekam pengalaman dan berbagi cerita tentang Joyland. Sering banget dibuat terharu dan kaget pas baca ulasannya, apalagi yang mendedikasikan waktunya untuk menulis cukup detail dan panjang. Berasa dapet surat cinta,” ungkapnya.
Kami sedikit menyinggung tentang Joyland yang kadang menyuguhkan penampil yang sebenarnya pengulangan. Maya mengaku, hal ini memang pasti terjadi bahkan sering.
“Ada pengulangan seperti WSATCC, The Adams, Hindia, dan Ali karena ini kayaknya band-band favoritnya Pak Bos (Ferry Dermawan, red) yang bisa kita liat sering banget main di acara-acara Plainsong. Tapi aku pikir memang begini lah Joyland, festival dengan preferensi yang sangat personal,” tutup Maya.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Armand Maulana – Sarwa Renjana (EP)
Dengan EP berdosis pop dan unsur catchy sekuat ini, saya jadi berpikir, mungkinkah Armand Maulana berpotensi menjadi the next king of pop Indonesia?
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …