Barasuara Masih Menyala di Album Jalaran Sadrah
Berjarak 5 tahun dari kemunculan album Pikiran dan Perjalanan, Barasuara kembali melahirkan yang teranyar dalam tajuk Jalaran Sadrah hari Jumat (21/06). Album berisikan 9 lagu ini rilis melalui Hu Shah Records sebagai naungan.
Sebanyak 3 lagu di album, “Terbuang dalam Waktu”, “Merayakan Fana”, dan “Fatalis” yang memenangkan piala AMI Awards 2023 untuk kategori Duo/Grup/Kolaborasi Rock Terbaik sudah diperdengarkan lebih dulu sejak 2022.
Iga Massardi (vokal, gitar) menjelaskan soal penamaan Jalaran Sadrah yang memiliki makna ‘karena pasrah’. Tajuk dipilih karena pengerjaan album ini bisa terjadi dan selesai karena ia dan rekan-rekannya pasrah.
“Kami pasrah dalam ketidakberdayaan. Dalam keputusasaan, dalam lemah dan kecilnya peran kita sebagai manusia yang akhirnya hanya bisa menerima takdir dan jalan-Nya,” kata Iga menjelaskan arti pasrah bagi mereka dalam siaran pers.
Penggarapan album dimulai Januari 2021 dalam situasi band tidak memiliki manajer maupun label rekaman. Belum lagi saat itu pandemi sudah satu tahun melanda dunia. Keenam personel Barasuara akhirnya melakukan workshop selama seminggu di sebuah vila di Puncak, Bogor.
Proses workshop berlanjut ke tahap aransemen dan rekaman di berbagai studio di Jakarta. Rekaman sang album selesai di awal tahun 2024 lalu.
Iga yang masih berperan banyak dalam penulisan lirik mengangkat cerita berbagai hal kelam yang terjadi pada dunia belakangan ini. Seperti lagu “Habis Terang” yang menanggapi pembunuhan massal yang dilakukan Israel kepada Palestina.
“Lagu-lagu di album ini banyak menceritakan tentang kematian dalam persepsi yang beragam. Ada yang merayakan, ada yang sinis, ada yang apatis, ada yang kontemplatif. Lalu ada juga lagu yang menceritakan tentang kepulangan rasa terhadap cinta yang sejati. Secara garis besar, banyak tema yang berkaitan tentang proses hidup, lahir dan menjalankannya,” ujar Iga.
Barasuara juga melibatkan beberapa sosok kolaborator di album seperti Erwin Gutawa yang mengaransemen orkestra di lagu “Merayakan Fana”, “Terbuang dalam Waktu” dan “Hitam dan Biru”. Kemudian Sujiwo Tejo yang ikut bernyanyi dengan bahasa Jawa di lagu “Biyang”.
Para personel sepakat, mereka merasa album Jalaran Sadrah adalah pertanda bahwa band yang sudah mereka jalani selama 12 tahun ini masih memiliki semangat yang menyala meski banyak diterpa berbagai halangan.
“Album ini bentuk saling menerima, mendukung dan mempertahankan, serta bukti bahwa Barasuara masih bisa berdiri kuat walau diterpa badai,” pungkas Asteriska.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Banda Neira Kembali: Menyapa Penggemar Setelah Sewindu Hiatus
“Sampai kita tua…sampai jadi debu…” Penggalan lirik tersebut mungkin sudah ramah di sebagian telinga masyarakat Indonesia. Di Alam Sutera, setidaknya malam minggu itu, penonton langsung berbondong-bondong maju ke paling depan. Mereka bernyanyi bersama, suasana …
Pitchwave Mengajarkan untuk Tidak Lari dari Masalah di Single Escape
Band alternatif asal Makassar bernama Pitchwave resmi merilis karya anyar bertajuk “Escape” hari Jumat (06/12). Single ini merupakan refleksi tentang siklus yang tak pernah berakhir, di mana seseorang terus menerus berusaha menghindar dari kenyataan …