Avhath Rilis Single Kolaborasi bareng Kuntari tentang Perjalanan Batin

Oct 1, 2024

Setelah melepas single “Return to Sender” bersama Remedy Waloni (The Trees and The Wild) sebagai co-producer bulan Maret 2023 lalu, Avhath kembali membawa materi yang terbaru dalam judul “to my disquiet” dengan menampilkan Kuntari sebagai kolaborator utama.

 

Perjalanan single ini berawal dari rasa penasaran Avhath bagaimana jika mereka bertemu Kuntari yang dianggap cara bermusiknya selalu memukau untuk bisa menghasilkan sebuah karya, entah single lepasan, album mini, atau album penuh bersama.

Avhath dan Kuntari menjalani proses workshop selama 2 hari pada Oktober 2023 di studio. Workshop tersebut menghasilkan 3 lagu demo, dan memilih Lafa Pratomo sebagai produser yang dikerjakannya mulai awal tahun 2024.

Single “to my disquiet” ini menjadi karya pertama Avhath untuk album mini Ephemeral Passage yang ditargerkan beredar di penghujung tahun 2024.

Menurut vokalis Avhath, Ekrig sebagai penulis lirik “to my disquiet” dalam siaran pers, lagu ini adalah perjalanan batin yang kompleks tentang menghadapi ketakutan, penyesalan, dan kesedihan. Namun, di balik semua kegelapan itu, ada upaya untuk menemukan kembali cahaya dan harapan.

Ekrig melalui lagu ini juga menawarkan pesan tentang keberanian untuk menghadapi masa lalu dan terus maju menuju masa depan yang lebih baik, meskipun jalannya dihantui dengan tantangan yang terus menerus akan datang. Di mana lirik yang tertuang dalam single secara keseluruhan mengandung elemen emosional yang kuat, penuh dengan metafora yang suram, mencerminkan pertarungan batin, dan keinginan untuk sembuh dari rasa pedih.

Kuntari alias Tesla Manaf, ia mengungkapkan bahwa lagu “to my disquiet” sudah melewati proses yang panjang dan mendalam, hasil dari banyak buah pikiran, tidak berbatas, dan tidak merujuk.

“Avhath memberikan impresi bebas, namun tetap di jalur narasinya. Kesederhanaan KUNTARI dalam menuangkan melodi, dilibas petikan 2 tanduk gitar khas band keras asal Jakarta ini. Tesla dan Rio pun tergelitik menaruh bunyi-bunyian ‘kampung’ nya di atas aransemen modern. Ekskul rebana dari masa kecil-pun menunjukkan keberingasannya di lagu ‘to my disquiet’ berbarengan dengan pukulan interlock khas Banyuwangi yang Rio Abror hadirkan beriringan dengan gitar perkusi Tesla. Kehadiran Lafa sebagai produser membuat semua terangkum dengan cermat,” kata Tesla.

Lafa Pratomo menambahkan bahwa single ini fragmen dari narasi pikiran yang panjang dan tak berkesudahan. Kurasa eksistensialisme selalu menjadi ‘peliharaan’ untuk kemudian dilepas-liarkan menjadi bentuk narasi.

“Aku melihat lagu ini punya pola yang tidak begitu lazim untuk band metal, atau anggap saja aku kurang banyak referensi. Penentuan ritmik 6/8 yang notabene sulit untuk diolah-gerakkan oleh tubuh, buatku jadi tantangan dan menarik karena setelah mendengar hasilnya, rupanya keinginan badan untuk bergerak dan kepala untuk headbang cukup besar,” ungkap Lafa.

Selain Kuntari dan Lafa Pratomo, hadir Rama Harto yang melakukan mixing di Rekam Semesta, mastering di tangan Rhesa Aditya (Endah N Rhesa) di Earhouse Studio dan sampul single dikerjakan Yopie Peter Gultom, dan desain grafis oleh Rezky Prathama Nugraha.

 

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

10 Tahun Album Telisik: Danilla Itu Telisik atau Hanya Sebuah Konsep?

Kini, setelah sekian tahun, Danilla berhasil survive. Ia bahkan menjadi ‘ratu indie’ di kalangan pecinta musik arus pinggir, karena album Telisik.

Tiga Generasi Menyambut Reissue Album Badai Pasti Berlalu

Sebelum bicara album OST. Badai Pasti Berlalu (1972) yang fenomenal, barangkali satu generasi penonton televisi di Indonesia pernah punya kedekatan personal dengan original soundtrack (OST) dua film anime. Pertama OST. Samurai X dan OST. …