Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika
Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan.
Lihat postingan ini di Instagram
Tim Musica Studios selaku label yang menaungi solois bernama asli Atiek Prasetyawati ini mengundang Pophariini untuk melakukan wawancara eksklusif bersama sang musisi.
Setelah merilis video musik “Maafkan” September lalu, solois yang dikenal dengan gaya nyentrik khas dengan kacamata hitamnya kembali mengeluarkan karya terbaru “Teroesir (Menunggu Karma)” yaitu membawakan ulang lagu milik Nidji.
Dalam acara A Night To Remember for Atiek CB, sang penyanyi menyanyikan sekitar 8 lagu seperti “Terserah Boy” dan “Risau”.
Wanita yang sekarang tinggal di Amerika Serikat bersama keluarganya ini sedang ‘pulang kampung’ ke Indonesia untuk beberapa keperluan. “Ke sini (Indonesia) kebetulan aku ada konser di Balai Sarbini, 11 Oktober kemarin. Dan sekaligus mau rilis single terbaru aku,” ujarnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Perbincangan kami berlanjut untuk membahas awal kariernya hingga soal kacamata hitam. Simak langsung di bawah ini.
Ceritakan awal karier bermusik Atiek CB!
Aku dari kecil tuh memang suka nyanyi. Cuma ya kehidupan keluarga aku sangat sederhana di sebuah kota kecil di Blitar. Jadi kami gak punya tape player ataupun radio. Cuma gak tau, aku seneng nyanyi aja.
Aku dipaksa ibuku untuk mendaftarkan (lomba). Waktu itu ada lomba menyanyi anak-anak tingkat SD, dan itu pertama kali aku ikut lomba menyanyi. Saat itu masuk final, tapi gak menang. Dari situ sepertinya aku pengin menyanyi terus.
Nah terus pindah ke Kediri (pas aku) SMP. Aku join sama band (yang namanya) CB. Yang mana sekarang jadi nama belakangku. Dari situ kadang aku ikut festival pop singer di Jawa Timur. Paling cuma masuk semi final, yang waktu itu ada Maharani Kahar, kalau gak salah ya.
Terus yang paling sering, justru aku diundang untuk mengisi acara di TVRI Surabaya. Jadi aku merasa bahwa TVRI Surabaya itu yang sangat berjasa. Selain band aku, band teman-teman aku, band CB itu udah seperti saudara.
Terutama TVRI Surabaya, yang menurutku membesarkan namaku. Sampai aku bisa rekaman di Jakarta karena begitu rutinnya aku sering diundang di acara itu. Waktu itu namanya Galarama, kayak variety show, ada lawaknya juga. Karena sering hampir sebulan sekali nongol di situ. Setelah itu, aku pernah menang jadi artis favorit se-Jawa Timur waktu itu.
Tahun berapa itu?
Mungkin tahun 80 berapa ya? 79 atau 80-an gitu. Karena aku ke Jakarta tahun 1982, mulai rekaman di sini. Dulu sempat rekaman juga tapi hanya di sekitar Jawa Timur gitu.
Pengalaman berharga menjadi musisi Indonesia selama 40 tahun lebih?
Banyak sih. Menurut aku semua pengalaman berharga. Dari yang aku merasa kurang puas, kadang-kadang namanya orang ya, kadang-kadang aku merasa kayak gagal gitu, misalnya pas aku melakukan job aku. Terutama waktu aku masih muda, aku seringkali merasa gagal melakukan job aku. Tapi setelah punya anak, semakin berumur, makin dewasa, aku lebih bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaan. Jadi lebih konsisten dan lebih punya komitmen.
Dulu, suka angin-anginan, moody. Jadi kalau misalnya sound system-nya gak enak, aku langsung mood-nya gak bagus dan pasti nyanyinya berantakan di panggung. Waktu muda dulu gitu ya.
Gimana strategi Atiek CB mencuri perhatian pendengar di generasi yang sekarang?
Kalau aku hanya nyanyi aja. Aku gak pernah berusaha supaya dapat attention dari generasi muda sekarang. Jadi emang trennya sekarang gitu, seperti mengarah ke anak-anak muda, milenial, atau generasi yang lebih muda lagi seperti lebih menyukai musik-musik yang lama. Maksudnya (mereka) mulai menggali lagi, mulai mendengar musik-musik yang lama. Dan menurutku itu bagus untuk orang-orang yang udah berumur seperti aku dan teman-temanku yang lain yang seumuran.
Menurut aku, musik itu sebenarnya gak pernah expired. Yang namanya musik itu gak pernah ada expiration date-nya. Jadi menurut aku lagu yang dulu pun mungkin 60-an atau sebelumnya memang sepantasnya untuk diapresiasi.
Setiap dekade, setiap generasi itu musik yang muncul dan tren pada saat itu pasti sangat bagus. Dan semua musik itu saling meng-influence musik berikutnya. Menurutku musik itu dari lama sampai sekarang selalu memberikan warna dan influence, itu gak bisa diingkari.
Gimana pendapat Atiek CB tentang fenomena remake lagu hit Atiek CB yang dilakukan generasi muda?
Aku malah senang. Ya cuma aku pernah denger, dipikirnya kayak lagu “Terserah Boy” itu lagu milik anak-anak muda sekarang. Dan mereka gak tau bahwa itu aslinya laguku. Lalu, “Maafkan” dipikirnya lagunya siapa, karena di-cover sama penyanyi lain.
Menurutku gak apa-apa ya, malah senang gitu karena otomatis lagu-laguku semakin lebih dikenal secara luas dan lebih dikenal semua generasi. Itu menurutku hal yang bagus.
Keluarga Atiek CB di Amerika. Lebih nyaman tinggal di sana atau Indonesia?
Di Indonesia karena sekarang anak-anak aku udah gede, udah tinggal sendiri-sendiri, dan mereka pada kerja. Sepertinya mereka gak membutuhkan aku lagi sebagai ibunya. Suamiku kerja dan aku kan gak kerja, jadi banyak di rumah. Aku kayak merasa terisolasi gitu.
Aku lebih banyak di rumah. Kerjanya cuma olahraga, kalau gak ya belanja keperluan untuk keluarga. Makanya, aku bahagia sekali kalau tiba-tiba ada tawaran nyanyi di Indonesia. Dan mereka kasih tiket pulang pergi Amerika-Indonesia.
Walau bagaimanapun, di Amerika aku pernah, supaya gak bosan gak di rumah aja. Aku sempat kerja normal seperti teman-teman Indonesia yang tinggal di Amerika. Tapi ternyata kayak robot aja emang, aku gak enjoy.
Memang musik dan nyanyi itu bagian dari hidup aku. Jadi itu yang membuat kehidupanku di Amerika seperti empty dan meaningless.
Aku tinggal di sini (Indonesia) 3 bulan lebih, kebetulan masih punya rumah di Jakarta. Jadi rasanya emang beda gitu. Di Amerika rata-rata masyarakatnya sangat private. Jadi gak deket dan akrab, gak seperti di sini. Dan di sana lebih banyak bertahun-tahun aku mengurung diri di kamar.
Dari kapan Atiek CB mencitrakan penampilan dengan kacamata hitam dan kenapa?
Waktu itu pertama kali di album Transisi (1984), ada lagu yang cukup populer “Risau”. Jadi waktu itu ada pemotretan untuk cover albumnya.
Nah, dulu ada grup namanya Bani Adam, yang ada Alm. Farid Hardja. Dia kan selalu pakai kacamata aviator, aku bilang “Boleh dong pinjem”. Dia jawab, “Ini pakai aja”. Terus ya udah aku coba.
Ternyata malah yang dipakai untuk cover di kasetnya itu. Jadi, karena kebetulan ada lagu populer yaitu “Risau”. Ya udah jadi keterusan, aku sering pakai kacamata. Walaupun ada masa-masa di mana aku gak pakai kacamata.
Lama-lama aku malah senang karena aku aslinya gak suka dandan. Kalau dandan 2-3 jam, rambutku di apa-apain, aku gak betah. Jadi, dengan pakai kacamata kan yang penting pakai lipstick, udah.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Banda Neira Kembali: Menyapa Penggemar Setelah Sewindu Hiatus
“Sampai kita tua…sampai jadi debu…” Penggalan lirik tersebut mungkin sudah ramah di sebagian telinga masyarakat Indonesia. Di Alam Sutera, setidaknya malam minggu itu, penonton langsung berbondong-bondong maju ke paling depan. Mereka bernyanyi bersama, suasana …
Pitchwave Mengajarkan untuk Tidak Lari dari Masalah di Single Escape
Band alternatif asal Makassar bernama Pitchwave resmi merilis karya anyar bertajuk “Escape” hari Jumat (06/12). Single ini merupakan refleksi tentang siklus yang tak pernah berakhir, di mana seseorang terus menerus berusaha menghindar dari kenyataan …