Mewakili Masyarakat Adat, King of Borneo dan Tuan Tigabelas Rilis SUAR

Feb 13, 2025

Perjuangan Masyarakat Adat mempertahankan tanah dan hutan leluhur tertuang dalam sebuah karya musik. Karya ini diciptakan band asal Kapuas Hulu, King of Borneo dalam judul “SUAR” (06/02) yang berkolaborasi dengan Tuan Tigabelas.

Single berdurasi lebih dari 5 menit tersebut menjadi simbol perlawanan terhadap perampasan hak dan ruang hidup Masyarakat Adat. 

 

 

Menurut siaran pers, single ini menyoroti realitas perjuangan Masyarakat Adat untuk menghadapi ancaman dari ekspansi industri ekstraktif, deforestasi, serta kebijakan yang mengabaikan hak-hak mereka.

Dengan lirik dan ritme yang kuat, “SUAR” bertujuan mengangkat kesadaran publik tentang pentingnya menjaga hak ulayat dan kelestarian alam. King of Borneo mewakili suara yang selama ini terpinggirkan dalam lagu.

“Masyarakat Adat berada di garis terdepan dalam menjaga hutan dan ekosistem. Tanpa mereka, keseimbangan alam akan terganggu. Lagu ini kami persembahkan sebagai bentuk penghormatan sekaligus dukungan agar perjuangan Masyarakat Adat tetap berlanjut,” tulis King of Borneo di siaran pers.

Lebih dari hiburan, Tuan Tigabelas menegaskan lagu “SUAR” adalah nyanyian perlawanan dan bentuk solidaritas kepada Masyarakat Adat yang mempertahankan tanah mereka. 

“Lagu ini adalah seruan bagi semua orang untuk sadar bahwa hak Masyarakat Adat sedang terancam. Kita harus berdiri bersama mereka, menjaga hutan, menjaga kehidupan,” ucap pria yang akrab disapa Upi tersebut.

Herkulanus Sutomo, Ketua Pelaksana Harian Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Kapuas Hulu, yang juga terlibat dalam peluncuran lagu ini mengungkapkan pentingnya suara Masyarakat Adat didengar lebih luas. 

“Hutan bagi kami bukan sekadar sumber daya, tetapi juga rumah dan warisan leluhur. Kehilangan hutan berarti kehilangan segalanya—tradisi, kehidupan, dan masa depan anak cucu kami,” ujarnya. 

Ia juga menyerukan kepada pemerintah daerah untuk turut serta dalam melindungi hak-hak Masyarakat Adat dalam pengelolaan wilayah adat secara berkelanjutan. Selain itu, Herkulanus menyoroti pentingnya pengesahan RUU Masyarakat Adat yang telah lama tertunda, “RUU Masyarakat Adat harus segera disahkan agar hak-hak kami tidak lagi terpinggirkan. Tanpa payung hukum yang jelas, Masyarakat Adat akan terus menjadi korban perampasan tanah, kriminalisasi, dan pengabaian hak-hak dasar mereka.” tegasnya.

Organisasi yang bergerak menanggulangi krisis iklim dan menjaga kelestarian lingkungan, MADANI Berkelanjutan pun memberikan dukungan terhadap peluncuran “SUAR”. Direktur Eksekutif MADANI Berkelanjutan, Nadia Hadad menyatakan lagu ini mencerminkan krisis nyata yang dihadapi Masyarakat Adat. 

“Masyarakat Adat adalah penjaga hutan terakhir. Jika mereka tumbang, kita semua akan tenggelam dalam bencana iklim,” pungkasnya.

Penulis
Amira Nada Fauziyyah
Tetap melaju kencang di rute yang tak selalu aman.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Sebelum Buat Lagu, Kenali Istilah-istilah Ini dan Submit Irama Kotak Suara

Dalam bermusik perlu adanya komunikasi yang baik untuk berbagai kebutuhan agar bisa mencapai tujuan bersama. Seperti mengenal istilah-istilah yang membuat pembuatan lagu berjalan dengan lancar.  Kami sadar gak semua anak band itu lulusan sekolah …

510 Asal Bandung Kolaborasi bareng Fanny Soegi di Single Amo

Setelah mengawali 2025 dengan single “Plastic Faith” yang rilis Februari 2025, 510 kembali meluncurkan materi terbaru dalam judul “Amo” hari Jumat (25/04). Dalam membawakannya, mereka berkolaborasi dengan Fanny Soegi.     Band asal Bandung …