Akimbo Club Asal Denpasar Merilis Single Kedua Hateful State of Mind
Band hardcore asal Denpasar, Akimbo Club menghadirkan single kedua di tahun ini. Setelah mempersembahkan single perdana “Born Ugly”, mereka resmi melepas yang terbaru dalam judul “Hateful State of Mind” hari Senin (24/06).
Akimbo Club yang dibentuk tahun 2023 beranggotakan Jagadhita (vokal), Agung Pranata (gitar), Dede Surya (bas), dan Dede Premana (drum).
Dalam sesi wawancara bersama Pophariini via WhatsApp hari Rabu (03/06), para personel menceritakan bagaimana Akimbo Club bisa terbentuk. Dede mengatakan vokalis mereka, Jagad adalah orang yang pertama kali menginisiasi lahirnya band.
Dede menambahkan, Jagad yang saat itu sudah menciptakan beberapa riff gitar bernuansa hardcore merasa sia-sia jika riff tersebut tak dipakai. Ia pun langsung menjangkau teman-temannya untuk membentuk Akimbo Club.
“Sebenarnya masing-masing dari kami sudah memiliki band yang sedang jalan, namun karena memiliki kesamaan dalam keinginan mengeksplorasi musik, akhirnya terbentuklah Akimbo Club ini,” kata Dede.
Salah satu Riff yang sudah diciptakan Jagad dijadikan fondasi “Hateful State of Mind”. Agung menjelaskan, saat menggarap lagu ini para personel Akimbo Club merasa tidak terpatok dengan pakem apa pun.
“Malah dengan tidak terpatok tersebut, kami dapatkan sesuatu yang puasnya di luar ekspektasi kami,” terang Agung.
Pengerjaan lagu “Hateful State of Mind” melibatkan beberapa nama seperti Guz Cilik dari band Trojan dan Natterjack yang berperan sebagai engineer rekaman. Akimbo Club juga mendaulat Dendan yang mereka sebut sebagai sound engineer terbaik di Bali untuk pasca produksinya.
Untuk visual yang tertera di sampul, band memercayai seniman bernama Beguling. Agung yang mewakili rekan-rekannya mengaku puas dengan kinerja dari semua pihak yang terlibat di penggarapan sang lagu.
Agung mengaku ia dan rekan-rekannya mempunyai harapan seperti band pada umumnya untuk bisa memperdengarkan karya musik mereka ke banyak telinga. Album penuh juga menjadi target dan harapan bagi mereka.
Sesi wawancara kami akhiri dengan menanyakan apa saja kultur yang sedang tren di kalangan musisi atau penikmat musik di Bali, khususnya Denpasar. Jagad menjelaskan genre musik yang diusung banyak memainkan hardcore, shoegaze, dan drum & bass. Ia juga sempat memberikan komentar tentang tren di luar musik.
“Kalau dari segi fashion sepertinya ‘Y2K’ kali ya [tertawa]. Dengan setelan baju boxy cut dan jorts-nya,” pungkas Jagad.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Lirik Lagu Empati Tamako TTATW tentang Mencari Ketenangan dan Kedamaian
Penggemar The Trees and The Wild sempat dibuat deg-degan sama unggahan Remedy Waloni di Instagram Story awal November lalu. Unggahan tersebut berisi tanggapan Remedy untuk pengikut yang menanyakan tentang kemungkinan kembalinya TTATW. …