Balas Dendam Berfestival di Pestapora

Sep 27, 2022

Here we go Pestapora,” tulis Kiki Ucup selaku Program Director Boss Creator di media sosial sekitar satu minggu sebelum hari H, menunjukkan persiapan telah dilakukan dari jauh-jauh hari. Semangat itu pun berhasil terwujud dengan mantap, baik perihal sound, lighting, dan visual untuk panggung-panggungnya.

Kenyataannya, tidak ada yang sempurna di dunia yang fana ini. Begitu pula festival sebesar Pestapora. Jadwal manggung para penampil mengalami perubahan secara mendadak di hari kedua dan terakhir. Meskipun tak mengurangi kebahagiaan pengunjung, namun kesempatan tertentu batal dilakukan.

 

Hari pertama Pestapora

Selama tiga hari berturut-turut, 23, 24, dan 25 September 2022, festival yang digelar di Gambir Expo, Jakarta ini berisi lautan manusia. Saya tiba sedikit terlambat di hari pertama, pukul 17.15 WIB. Saat itu, Idgitaf baru bermain sekitar 18 menit dan sedang memainkan “Sekuat Sesakit”.

Idgitaf / Dok. Raka Dewangkara

“Setiap festival aku rada deg-degan. Liat di sebelah ada siapa. Kayak kok kalian mau sih di sini. Aku di belakang udah overthinking. Ini ada enggak yang nonton aku,” kata Gita sore itu.

Banyak penampil yang seru di hari pertama. Salah satu panggung yang besar, Boss Stage membuat aksi Float terasa kurang intim. Mungkin jarak tapi tak apa karena semua tetap ikut bernyanyi saat “I.H.I” dikumandangkan. Terdengar ocehan penonton di belakang yang mengatakan, “Pulang”. Artinya, ia menanti lagu tersebut dimainkan. “Thank you semua,” kata Meng dan meneruskan aksinya dengan lagu “Tiap Senja”.

Sejenak meninggalkan panggung Float, saya beralih ke Re:Union, mereka membuka pertunjukan dengan “Come on Girl Well Burn Money on Vegas”. Mereka sempat membawakan lagu cover “Mantra” milik Bring Me The Horizon. “Gila, I’m getting old,” kata Sansan malam itu. “Siapa di sini yang ikutin KILMS dari album pertama. Pasti tau lagu ini,” kata Onad hingga “Forever” menyelusup telinga.

Slank / Dok. Raka Dewangkara

Slank yang biasa menjadi band penutup banyak festival, kali ini mendarat ke panggung Pestapora lebih awal. Merinding, itu yang saya rasakan saat menonton mereka. “Siapa kira-kira yang enggak tau Slank ya?,” dalam batin. Sebelah saya yang asyik bernyanyi diperkirakan berusia 10 tahun lebih muda dari saya. Ia hafal betul nomor hit “Terlalu Manis”.

Di antara semua panggung, satu-satunya yang menyita perhatian adalah Klab Klub Stage. Panggung ini memberikan pengalaman yang berbeda, mengusik telinga dengan baik berisiknya dan menusuk mata untuk tetap melek pancaran lampunya. Sekitar pukul 20.35 WIB, Raja Kirik yang berkonsentrasi menghipnotis penonton dengan segala bunyi-bunyian. Mengerti apa tidak, saya membatin lagi, musik memang ajaib.

Raja Kirik / Dok. Raka Dewangkara

Balik ke Boss Stage, The Adams membuka aksinya dengan “Helo Beni” dan “Waiting”. Tanpa kehadiran Ale yang digantikan Vega Antares malam itu, mereka melanjutkan setlist dengan “Selamat Pagi Juwita”.

The Adams / Dok. Raka Dewangkara

Trio yang ditunggu-tunggu, Vierratale menggelegar di pangggung yang sama. Mereka langsung memainkan 3 lagu hit di awal, yaitu “Seandainya”, “Perih”, dan “Bersamamu”. Detik membawakan “Perih”, Widi yang tampil menggunakan topeng melakukan scream.

Sementara di Pestapora Stage, Ahmad Dhani bersama iringan orkestra membuka panggungnya dengan “Pangeran Cinta”. Ia sempat membawakan lagu cover “I Get a Kick Out of You” milik Frank Sinatra. Ganggu, iya suaranya memang cukup untuk bait liriknya Ahmad Band, menurut saya. Lagu lainnya yang dinyanyikan olehnya “Kasidah Cinta” dan “Rahasia Perempuan”. 

 

Hari kedua Pestapora

Bukan soal skill, bahkan bukan tentang materi yang bagus semata. “Panggung besar bukan buat semua orang,” kalimat ini terucap dari seorang teman yang sore itu berdiri di sebelah. Ketika saya menonton Guernica Club pertama kalinya di festival Pestapora. Saya ikut berkomentar, bahwa band satu ini memiliki potensi. Namun, untuk sampai di panggung Pestapora yang ukurannya paling besar dari yang lain, mereka terlalu dini. Tidak semua band atau musisi langsung bisa menguasai segala hal saat karier baru tumbuh.

JKT48 berada di panggung yang cukup nyaman disaksikan dari sudut paling belakang sekali pun. Mereka membuka panggung dengan nomor ciptaan Laleilmanino, “Rapsodi”. Setelah itu nomor “Honest Man” diikuti sambutan selamat malam, Pestapora.

JKT48 / Dok. Raka Dewangkara

Setelah Marion Jola menutup aksi dengan “Jangan”, giliran Ipang Lazuardi membuka panggung dengan “Gak Ada Takutnya” dan “It’s All Right”. Visual yang memiliki efek glitch di sisi layar kiri dan kanan begitu mendukung.

“Assalamualaikum. Akhirnya party lagi dong. Umumnya pestapora pasti menyenangkan,” sapa Ipang kepada penonton. Tak dapat dipungkiri Pestapora dihadiri penonton semua umur, bisa jadi ada yang datang dengan sahabat kecil. Lagu “Sahabat Kecil” pun masuk di setlist Ipang.

“Saya perlu tau juga yang dateng ke Pestapora. Yang hatinya terluka tolong angkat tangan dong,” lanjut Ipang yang meneruskan lagu dengan “Tentang Cinta”. Interaksi Ipang di atas panggung membuktikan dia musisi yang sudah mengecap asam garam industri. Lagu berikutnya “Sekali Saja” dan “Ada yang Hilang”.

“Selamat malam Pestapora. Apa kabar?,” kata Pamungkas dengan potongan rambut barunya. Ia membuka aksi dengan “Modern Love” dan “Closure”. Waktu yang diberikan kepada Pam mendadak berkurang, namun ia tetap bisa bertanggung jawab membawakan materinya dengan susunan yang baik, materi lama dan terbaru “Jealousy” dari album Birdy memuaskan. Tak ketinggalan nomor hit “To The Bone”.

D’MASIV sungguh menggelegar menutup panggung Pestapora hari kedua. Selain materi lama sebagai pembuka, lagu dari album baru berjudul “Side by Side” turut dipamerkan.

D’MASIV / Dok. Raka Dewangkara

Menariknya, para personel manggung dengan mengenakan kaos band dan musisi lain sebagai bentuk penghormatan. Rama tribute to Glenn Fredly, Kiki tribute to Dewa 19, Rayyi tribute to Koil, Wahyu tribute to Sore, dan Rian tribute to Pure Saturday.

“Sebelum Joji ada D’MASIV,” celoteh Rian di atas panggung dan meneruskan aksi dengan lagu “Kau yang Tak Pernah Tau”.

Usai berjoget di setlist Diskopantera yang tampil di Double Deck, sempat terdengar pesan menarik dari mulut penonton yang mengatakan, “Yang mabok jangan bawa mobil”. Inisiatif untuk saling menjaga bisa muncul dari sesama penikmat musik di festival ini.

 

Hari ketiga Pestapora 

Tak perlu ada perhitungan hari mana yang lebih ramai di Pestapora. Sore itu, Boss Stage dibuka oleh Mocca. “Kita nikmati Vitamin D siang ini,” kata Arina vokalis Mocca sebelum membawakan “This Conversation”.

Mocca / Dok. Raka Dewangkara

Di panggung yang lain, Sunwich band yang baru terbentuk tiga tahun lalu. Mereka kini dihuni hanya dua personel yang menghibur penonton Riang Gembira Stage. “Ini festival pertama kita,” kata Fia, vokalis Sunwich. Lagu terbaru “The Bended Man” dimainkan dengan menghadirkan sosok Wendy pada gitar. Mereka juga membocorkan lagu yang belum rilis “False Expectation” spesial di panggung.

Akhirnya, tiba di penghujung waktu. Kerispatih yang personelnya tersisa tiga, melakukan aksi mereka ditemani mantan vokalisnya, Sammy Simorangkir. Lagu yang masuk urutan lima besar layanan streaming musik, “Bila Rasaku Ini Rasamu” dibawakan.

“Lancar rezekinya, lancar kesehatannya, lancar jodohnya,” doa Sammy untuk mereka yang hadir malam itu. Aksi diteruskan “Tak Lekang Oleh Waktu”, “Demi Cinta”, “Kesalahan yang Sama”, dan “Sepanjang Usia”.

Kerispatih dan Sammy Simorangkir / Dok. Raka Dewangkara

Selain panggung musik, Pestapora menyiapkan banyak tenant. Saking padatnya, penonton memang rapat untuk berjalan dari satu panggung ke panggung lainnya. Selain itu, pengunjung yang ingin membeli makan dan minum harus mengantre di situasi yang kurang kondusif.

Pestapora hari terakhir secara keseluruhan ditutup NOAH di Pestapora Stage. Sementara aksi Dipha Barus yang berkolaborasi dengan Ucupop di Double Deck menuntun para pengunjung untuk pulang ke rumah dengan hati senang. Bak balas dendam untuk bisa kembali berfestival menonton band atau musisi yang benar-benar dipuja. Big applause for Pestapora!


 

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Rekomendasi 9 Musisi Padang yang Wajib Didengar

Di tengah gempuran algoritma sosial media, skena musik independen Padang sepertinya tidak pernah kehabisan bibit baru yang berkembang

5 Musisi yang Wajib Ditonton di Hammersonic Festival 2024

Festival tahunan yang selalu dinanti para pecinta musik keras sudah di depan mata. Jika 2023 lalu berhasil menghadirkan nama-nama internasional seperti Slipknot, Watain, dan Black Flag, Hammersonic Festival kali ini masih punya amunisi untuk …