Barasuara – Jalaran Sadrah

Jul 24, 2024

Sebelumnya saya pernah bicara soal Teduhsuara dan Penunggang Semilir dalam resensi album kedua mereka, Pikiran dan Perjalanan. Sebaliknya, di album ketiga Jalaran Sadrah, Barasuara berhasil menafikan anggapan bahwa bara itu tidak harus selalu menyala dan menggebu-gebu.

Kekuatan utama Barasuara adalah aransemen musik, notasi nada, dan diksi lirik dengan estetika tingkat tinggi. Kesemua itu berpadu dalam lagu pembuka berdurasi enam menitan, “Antea”. Hook vokal dan musiknya sama-sama kuat dan catchy, dengan musik yang menggebrak, sound gitar elektrik, dan snare yang renyah. Lagu paling panjang di album ini memiliki banyak bagian berbeda, masing-masing dengan jatah solo gitar, solo terompet, solo gitar akustik bermain ritem, dan solo vokal bersahutan.

Jebakannya adalah lagu enam menitan ini seperti tidak pernah selesai. Namun, dinamika yang indah berhasil membuat kita melupakan durasi panjang tersebut.

Telinga terasa lelah? Iga dkk. menjawab dengan lagu kedua, “Etalase”, yang bernuansa indierock. Rock simpel tiga jurus tanpa babibu menghajar telinga. Seru, ringan, dan catchy. Outro-nya terdengar ringan seperti pesta.

Dalam urusan dinamika, album ketiga ini terasa jitu. Selain lagu-lagu panas, Barasuara menghadirkan lagu-lagu penawar yang membuat dinamika album menjadi menarik. “Habis Gelap” yang groovy, misalnya. Saya membayangkan di atas panggung, lagu ini bisa dimainkan hanya dengan gitar saja dan ketukan beat tipis drum sederhana namun berpotensi mengundang koor massal.

Favorit saya adalah “Biyang”. Lagu ini sepenuhnya ditulis liriknya dan dinyanyikan oleh Asteriska. Lagu yang sepi dan syahdu ini hanya diiringi gitar elektrik, terdengar magis saat Sujiwo Tejo menyambar dengan notasi vokal kejawen dan Asteriska menyinden. Lagu spesial ini menjadi komposisi penting yang tidak akan terlupakan dalam seluruh katalog Barasuara. Ada juga lagu “Hitam dan Biru” di mana Puti Chitara menjadi penyanyi utama bergantian dengan Asteriska. Lagu bertenaga ini mendapatkan sentuhan berbeda dari para Bara-biduanita yang hadir sebagai penyanyi utama.

Favorit saya berikutnya adalah “Terbuang Dalam Waktu”. Sebuah nomor dengan sentuhan musik pop nostaljik. Iga Massardi bernyanyi rendah bak crooner menyanyikan bait dengan notasi vokal tempo dulu dengan irama drum dan bassline bergaya retro yang dimainkan Marco dan Gerald Situmorang. Lagu penutup, “Manusia (Sumarah)” hadir dengan plot twist. Intro penuh amarah yang menghentak berganti menjadi funky, lalu bermanuver menjadi progresi kord dan notasi vokal yang nge-pop dengan lirik yang dalam.

“Kita hidup di bawah tujuh langit, dunia / Kan berputar pada porosnya / Kita semua / Dituliskan takdirnya // Langit berhias gemintang, bintang / Bertukar pandangan / Manusia / Debu dalam semesta”

Bicara soal lirik, kita tahu keunggulan Iga Massardi dalam menulis lirik di Taifun, serta duet Iga dan Gerald Situmorang dalam lirik Pikiran dan Perjalanan. Kali ini, sorotan perlu diberikan pada Asteriska yang juga sosok terdepan di panggung Barasuara. Dalam “Biyang”, Asteriska mengangkat sosok Dewi Kunthi dalam kisah Mahabharata dengan selipan bahasa Jawa.

Kelugasan lirik Barasuara kali ini juga terbaca mudah dalam “Etalase” dan “Fatalis” yang apa adanya, tanpa diselemuti estetika bahasa khas Barasuara. Selaras dengan apa yang telah Asteriska lakukan.

Pada akhirnya, Jalaran Sadrah ini menjadi kerja kolektif Barasuara yang paling solid. Juga membuktikan Barasuara tidak sekedar meledak dan membara, namun mampu bermain dinamika dengan baik sehingga album ini menjadi yang paling dinamis dalam katalog mereka.

Kalaupun ada kekurangan, itu adalah rasa penasaran akan apa jadinya Barasuara jika para Bara-biduanita, Asteriska dan Puti Chitara, diberikan porsi yang lebih banyak. Atau bahkan melampaui porsi Iga Massardi. Jadi, kehadiran mereka lebih lengkap sebagai penyanyi di Barasuara, bukan hanya sekedar mengiringi Iga Massardi saja.

 


 

Penulis
Anto Arief
Suka membaca tentang musik dan subkultur anak muda. Pernah bermain gitar untuk Tulus nyaris sewindu, pernah juga bernyanyi/bermain gitar untuk 70sOC.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Roadtrip to Antarctica Hadirkan Suara Gitar yang Gahar di Single Paraguay

Band alternatif rock asal Jakarta Selatan yang menamakan diri mereka Roadtrip to Antarctica resmi merilis single anyar berjudul “Paraguay” hari Jumat (11/10). Single ini menceritakan kisah seseorang yang frustasi dengan pengorbanan dan perbuatan yang …

Elio Asal Solo Rilis Single Terbaru Bertajuk Angela

Setelah terakhir mengeluarkan single “Constant Inferno Sequence” (2023), duo shoegaze asal Solo, Elio kembali dengan yang terbaru dalam tajuk “Angela” hari Jumat (11/10). Single-single yang sudah beredar ini akan masuk daftar album mini perdana …