Bemby Gusti Gubah Versi Orkestra Lagu-lagu Sidestream

May 19, 2020
Bemby Gusti

Sudah kurang lebih satu minggu lewat soundcloud, Bemby Gusti mengunggah gubahan orkestra dari lagu-lagu kegemaran kita: dari mulai Sore – Apatis Ria, ERK – Desember, Float – Pulang. Yang terbaru ini, drummer Sore ini membuat lagu “Anggur Merah”-nya Sir Dandy jadi lebih kolosal.

Lewat akun Soundcloud Music From Home,  Bembi Gusti membagikan aransemen orkestra dari lagu-lagu yang mungkin menjadi favoritnya. Apatis Ria, misalnya. Lagu dari bandnya, Sore ini disajikan ulang dalam bentuk yang sinematik. Sama halnya dengan Desember  mendengar aransemen ulang lagu Efek Rumah Kaca dalam versi orkestra, buku kuduk pun dibuat merinding.

Dalam nomor “Pulang” dari Float, ada kadar emosional yang kental di sini. Dalam catatannya, Bembi mendedikasikan lagu ini untuk alm. ayahnya tercinta yang berpulang sebulan yang lalu. Sekadar informasi, lagu “Pulang” pun awalnya ditulis vokalis Float, Hotma Roni untuk alm. ayahnya.

Lagu keempat yang diaransemennya adalah sebuah nomor klasik Sir Dandy bertajuk “Anggur Merah”, berbeda dengan tiga lagu sebelumnya yang digarap dengan mood yang laidback, “Anggur Merah” di tangan Bembi hadir dengan warna yang riang didahului intro dengan suasana kolosal yang saya sebutkan tadi.

Efek ‘iseng’ mengisi waktu selama work from home ditengarai menjadi alasan Bemby mencipta kemudian membagikan karya-karya orkestrasi ini. Meskipun ketika ditelusuri lebih dalam Bemby memiliki alasan lain yang menarik.

“Gue merasa musik-musik anak-anak itu belum ada yang cover versi orkestranya. Biasanya kan orkestra itu buat musik pop mainstream. Yaa kenapa gue coba aja sesekali tribute-lah buat karya teman-teman,” ungkapnya kepada Pop Hari Ini.

Alasan ini kemudian masuk akal mengingat selain menggebuk drum bersama Sore, Bemby Gusti juga dikenal sebagai komposer film yang sudah menangani beragam jenis film. Anda bisa melihat diskografinya di sini

Bemby Gusti

Bemby Gusti bersama Aghi Narotama dan Tony Dwi Setiaji di belakang poster film Gundala / dok. @bembygusti (instagram)

Lalu sampai kapan Bemby akan membuat karya orkestra ini, ada berapa lagu yang kira-kira akan digubahnya? Bemby sendiri belum mengetahui sampai kapan.

“Masih blom tau… Karena ini khan tergantung situasi & mood juga. Soalnya trus terang membuat aransemen orkestra khan ga mudah. Jadi ada stressnya juga lah ketika buat. Mungkin nanti akan ada rehatnya juga,” ungkapnya.

Menariknya, lewat wawancara inilah, kami mengetahui bahwa sebetulnya seorang Bemby Gusti tidak bisa baca dan menulis not. Hal ini sedikit berbeda dengan sebagian besar composer yang memang bermodal baca dan menulis not untuk tiap komposisi yang digubahnya.

“Jadi otak gw lumayan muter bgt pas buat haha. Gw hanya mengandalkan otak & feeling gw aja. Jadi semua nanti nada2 akan keluar diotak gw,” jawabnya.

“Btw, gue gak bilang cara gue yang gak bisa baca tulis not itu cara yang benar ya. Harusnya untuk orkestra itu yang benar memang harus bisa baca tulis not,” tambahnya.

Adalah kecintaan akan komposisi orkestra dan scoring film inilah yang kemudian membuat penyuka Syaiful Bahri dan komposer anime Taku Iwasaki ini memiliki segudang pengalaman dalam membuat scoring film yang mungkin anda pernah nikmati.

Bemby Gusti dengan latar belakang candi prambanan

Apa yang kemudian dilakukan Bemby Gusti adalah hal yang unik. Belum pernah mungkin saya mendengar aransemen orkestra dari lagu-lagu pop sidestream seperti yang Bemby buat. Balik lagi, orkestra biasanya dibuat untuk kebutuhan lagu klasik atau lagu-lagu pop di ranah industri musik.

Saya kemudian terbayang lagu-lagu dari ‘klasik’ macam “Konservatif”-nya The Adams, “Senandung Maaf”-nya White Shoes and The Couples Company, sampai mungkin “Kosong”-nya Pure Saturday misalnya, mungkin saja tak luput dari besutan seorang Bemby ke depannya.

“Dulu sebenernya jaman aksara pengen punya wacana band-band aksara main sama full orkestra, 60 pieces. Kalau cuma orkestra 4-12 orang sih anak-anak sudah melakukan itu. Yang sampai 60-80 orang yang blom pernah,” ujar Bemby.

Ya mungkin dengan merilis satu demi satu karya orkestra dari lagu-lagu pop mainstream seperti yang dilakukan sekarang ini adalah ‘small step’ untuk mimpi atau rencana besar ke depannya, mungkin konser orkestra atau album penuh orkestra? Who knows, dua-duanya bisa terwujud!

____

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Excrowded Menggelorakan Musik di Malang Lewat Album Mini Terbaru

Setelah jeda hampir 2 tahun, Excrowded akhirnya kembali membawa karya baru berupa album mini bertajuk Unite Diversity hari Senin (01/04)   Excrowded beranggotakan Hazbi Azmi (vokal), Gilang Akbar (gitar), Gianni Maldino (bas), dan Rijadli …

Mickmorthy Luncurkan Single Ketiga Berjudul Why Am I Here?

Setelah merilis “Alive” (2021) dan “Greed” (2023), Mickmorthy asal Tangerang Selatan kembali mempersembahkan karya musik terbaru dalam tajuk “Why Am I Here?” hari Jumat (12/04) yang menjadi jembatan mereka menuju penggarapan album.   Mickmorthy …