Bentuk Solidaritas Musisi untuk Palestina di Jazz In Unity

Berangkat dari kegelisahan melihat penderitaan anak-anak Palestina yang masih berada di tengah konflik, komunitas pegiat jazz Indonesia terdorong untuk mewujudukan hal baik lewat gerakan Jazz In Unity hari Jumat (14/06) di 1920 Lounge & Bar, Kemang, Jakarta Selatan.
View this post on Instagram
Meski menyebutkan satu genre untuk tajuk acara, namun ternyata tidak menjadi soal yang bukan musisi jazz ikut berpartisipasi asal punya semangat yang sama untuk menunjukkan kepedulian kepada anak-anak Palestina.
Nama-nama yang berpartisipasi dalam acara ini adalah Armiya Husein, Bella Fawzi, Chiki Fawzi, Dara Swandana, Dira Sugandi, Eka Annash, Elfa Zulham, Fia, Jamie Aditya, Kevin Yosua, Kojek Rap Betawi, dan Sri Hanuraga.
Selain itu, panggung juga menampilkan pembacaan puisi dari Rebecca Kezia dan Yudi Ahmad Tajudin yang diiringi oleh komposisi musik dari Sri Hanuraga, Elfa Zulham, dan Kevin Yosua.
Penggagas Jazz In Unity, Bagas Indyatmono menjelaskan bahwa acara bisa terwujud berkat keresahan kolektif para pegiat jazz Indonesia. Ia menambahkan, gagasan bermula dari sebuah story Instagram yang berisi ajakan membuat konser amal ini.
“Secara organik terkumpul lah beberapa musisi, pemilik venue, show director, fotografer, videografer, streaming partner, kru, crowdfunding partner, auditor, dan lembaga kesehatan yang akan menyalurkan donasi,” kata Bagas.
Mewakili penampil, Jamie Aditya turut memberikan pendapat soal keberadaan musik jazz yang berkontribusi dalam perlawanan. Solois yang juga pernah menjadi presenter ini pun sempat merasa emosional sampai meneteskan air mata saat tampil di Jazz In Unity.

Jamie Aditya sempat merasa emosional saat tampil di Jazz In Unity / Dok. Jazz In Unity
“Kalau musik genre lain mungkin ada lagu tentang Palestina dan perlawanan, tapi kalau musik jazz itu memang lahir dari perbudakan dan perlawanan. Jadi musiknya memang sudah dan harus membuat orang bahagia,” ujar Jamie.
Jazz In Unity berhasil mengumpulkan sekitar Rp 18 juta yang digabungkan dari hasil donasi dan penjualan F&B di 1920 Lounge & Bar. Hasil donasi tersebut disalurkan melalui kerja sama dengan MER-C Indonesia dan Kitabisa.
Bagi yang tidak hadir di acara, masih bisa berpartisipasi via website ini.

Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Jiwe The Kick: Bukan dari Jogja, Kami Selalu Mengenalkan Diri Band Kotagede
Rintik hujan mengguyur kawasan selatan Yogyakarta. Di antara deretan pertokoan, gang-gang kecil, dan bangunan tua, warga sibuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, para pedagang menawarkan beragam hasil bumi, rempah-rempah, hingga jajanan tradisional yang menggugah selera. Sementara …
Trio Rangkai Rilis Album Penuh Perdana yang Diproduseri Ade Paloh
Dua tahun tanpa materi baru, trio folk asal Jakarta, Rangkai meluncurkan album penuh perdana bertajuk Pekik Hening di Lantang Angan (28/02). Rangkai beranggotakan Bimo, Rai, dan Mirza yang terbentuk di tahun 2013. …