Bilal Indrajaya – Nelangsa Pasar Turi
Bilal Indrajaya memiliki dinamika perjalanan musiknya sejak lagu pertamanya, “Biar” dirilis 2018 silam. Sejak itu, musiknya mengalami perkembangan yang luar biasa. Pribadinya sebagai seseorang yang terbuka terhadap perubahan sangat nyata sekali dalam cukilan lagu-lagu yang telah menghiasi perjalanan fansnya dari tahun ke tahun.
Nelangsa Pasar Turi adalah puncak kreatif Bilal selain bisa juga sebagai awal perkenalan kembali sang musisi kepada pendengar musik tanah air. Sebuah debut yang menjadi titik penting untuk mengetahui lebih dalam bagaimana kemampuan sang musisi, baik sebagai penyanyi dan penulis lagu.
Berangkat dari judul, seperti yang pernah dimuat di pophariini, Nelangsa Pasar Turi adalah sebuah jurnal perjalanan sehari dirangkum jadi satu. Di dalamnya ada banyak fragmen atau fase yang mewakilkan emosi dan cerita senang dan getir, tentang harapan yang menggebu namun pupus di tengah jalan, kemarahan yang dipendam sampai akhirnya muncul sebuah penerimaan dan pulang untuk memintal benang-benang harapan yang baru.
Obyek-obyek seperti stasiun dan bandara pada Pasar Turi, Gambir dan Juanda dengan baik dipeluk dan dipilih sebagai judul lagu demi menggambarkan momen-momen kegetiran dan kegembiraan yang dirasakan Bilal.
Secara komposisi musik, Nelangsa Pasar Turi punya semua keindahan yang saya inginkan sebagai penggemar Paul McCartney juga karya-karya klasik AoR (Adult Oriented Rock) baik internasional maupun tanah air. “Juanda” misalnya, saya teringat beberapa karya Sir McCartney dan Wings di beberapa album yang saya suka. Kegetiran “Mustahil” yang dihantarkan dengan baik oleh piano wurlitzer, sangat getir. Sementara di “Dara”, bagaimana infus AoR via Ambrosia sampai Utha Likumahuwa mengalir deras di nadi musik Bilal, bersenyawa dalam setiap tarikan notasi lewat kerongkongan Bilal yang khas.
Ada banyak notasi dan aransemen, killer tunes yang menghiasi album ini. Namun favorit saya ada di track terakhir “Dalam Pelukan”. Saya tidak bisa melupakan bagian menit ke 2:25 ketika alunan piano dan synthesizer mengalunkan notasi yang indah, 30 detik keindahan ada di sini dan rasanya pas ditempatkan sebagai penutup.
Tiga karya “Nuansa Pasar Turi”, “Saujana” dan “Niscaya” makin menebalkan apresiasi Bilal terhadap keindahan AoR dan pop 80-an Indonesia. Untuk pendengar awam yang mungkin belum terlalu tertarik untuk mengulik album ini secara keseluruhan akan sangat mungkin bisa masuk lewat tiga lagu ini.
Tentunya, segenap karya cipta Nelangsa Pasar Turi tidak lepas dari 5 produser yang dianggap Bilal cukup mewakili perasaan dan selera musiknya. Angkat topi untuk Ilman Ibrahim (MALIQ & D’Essentials), Kurosuke, Lafa Pratomo, Laleilmanino, hingga Vega Antares yang mampu menjahit, memintal dan menggrafir notasi dan lirik hingga menjadi sebuah karya debut yang indah.
Bukan hal yang mustahil, niscaya debut ini punya kans berat untuk menjadi calon Album Terbaik Pophariini di tahun ini.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota
Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …
5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac
Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …