Perayaan Showcase Disease dan Minimnya Ruang Pertunjukan
Riuh rendah berbagai atmosfer pertunjukan selalu muncul di beranda timeline sosial media, baik itu pertunjukan skala makro semacam festival atau gigs mikro bertaraf mandiri. Kota-kota besar dengan berbagai line-up band lintas genrenya selalu menyuguhkan pertunjukan yang memberi kesan impresif dengan ciri khas masing-masing pada setiap helatannya, tak terkecuali di Bangka saat ini.
Sempat mengalami paceklik di tengah lesunya pagelaran sebuah event, akhir-akhir ini kancah musik di Kota Pangkalpinang dan selingkar wilayahnya mulai menemukan energinya kembali. Band-band seperti Crispy Sunday, Baby Diapers, LOK, Ray Wijaya, Option Seeds, dan Disease masih sudi merilis buah karya mereka, dan mungkin hal itu dilakukan sebagai upaya pembangkit gairah terhadap apa yang selama ini digaungkan agar tidak mati kutu begitu saja.
Siasat sederhana muncul dari inisiasi orang-orang dibalik Koalisi Pontang-Panting yang membuka ruang dialog bertajuk “Sabtu Sok Sibuk” melalui zoom-meeting di akhir pekan. Aktivasi tersebut membahas mengenai berbagai hal yang masih bersinggungan dengan kreativitas anak muda, terutama di wilayah musik arus pinggir dan segala dinamikanya di Pulau Bangka.
Hal paling krusial yang dibahas dalam diskusi saat itu merujuk pada sulitnya mencari ruang pertunjukan yang cukup ideal dan bisa dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan lainnya. Bahkan bukan hanya untuk kebutuhan gigs musik saja, Rusfin (38) selaku penggiat teater pun mengungkapkan keresahan yang sama.
“Kita gak punya venue yang mampu membuat sebuah pertunjukan dengan skala besar. Di Bangka Belitung, Pangkalpinang khususnya membutuhkan keberadaan tempat ideal dan proper untuk mewadahi kegiatan seperti ini,” kata Rusfin.
Perkenalan Singkat
Terbentuk di tahun 2022, menamai dirinya Disease, komplotan hardcore-punk gelombang baru asal Pulau Tin, tepatnya dari Pangkalpinang berhasil mencuri perhatian, paling tidak dapat dirasakan di kancah musik Bangka hari ini. Mini album (EP) dengan mengusung tajuk Journey merupakan manifestasi awal mereka dalam bermusik, berisi empat nomor; “Intro”, “Sacrifice”, “1999”, dan “Sektorphobia” yang menjadi penanda akan kesungguhan Disease dalam menggarap sebuah karya tanpa banyak cakap angin.
Saat pertama memutuskan untuk membuat band dan akan dibawa ke mana arah musiknya, pengaruh dari berbagai band lokal atau luar seperti Madball, Gorilla Biscuit, Turnstile, dan Pian of Truth yang menginspirasi mereka.
Dalam proses kreatifnya, Disease dibantu oleh Ezra Prayoga sebagai produser saat penggarapan EP pertama mereka dalam proses rekaman di Ruang Imaginer, Pangkalpinang dengan memaksimalkan apa yang ada karena keterbatasan alat dan ruang dalam proses pengerjaan tersebut.
Beranggotakan Arul (Vokal), Acil (Vokal), Kunok (Gitar), Dedes (Bass), dan Gigih (Drum) sebagai penjaga ritme dan penunjang hantaman distorsi yang mereka mainkan. Sesuai dengan tajuk ‘Journey’ yang memiliki arti perjalanan, menceritakan tentang keluh kesah hidup yang dialami oleh mereka secara personal dalam memori kehidupan sehari-harinya.
Seperti pada nomor “1999”, merupakan kisah personal Acil sang vokalis yang menceritakan keresahan dirinya ketika menjumpai seseorang yang muak melihat tuntutan dari hukum alam, sosial, bahkan sampai orang terdekat.
“’1999′ adalah bentuk perlawanan untuk membungkam tuntutan itu,” ucap Acil.
Juga pada nomor Sektorphobia yang dibuktikan pada saat mereka mengumandangkan debut lagu tersebut secara live, hampir sebagian khalayak yang datang bisa merespon dengan sing a long bersama dan berhamburan di atas panggung bak telah akrab lama dengan larik dengan lagu tersebut.
“Lagu ini tentang keresahan kami terhadap beberapa orang yang terlalu gampang menilai bahwa alkohol yang kami tenggak menjadi patokan moral dalam pertemanan,” kata Arul.
Sektor adalah salah satu warung minuman tradisional yang sering dikunjungi oleh anak muda di Pangkalpinang, dan termasuk juga para anggota Disease. Mungkin hal itu yang menjadi relate ketika banyak teman lain bisa langsung ‘sing a long’ hapal di luar kepala saat debut lagu “Sektorphobia” digaungkan pada momen showcase malam itu.
Journey Showcase Party
Penghujung tahun 2022, tepatnya bulan Desember, Dedes salah satu motor penggerak Disease bersama Imam Fahlevi dari KxOxS menghubungi saya. Mereka berdua punya rencana untuk mengadakan sebuah showcase atas perayaan rilisnya debut EP yang belum lama dilepas di berbagai kanal musik digital.
KxOxS salah satu kolektif yang kerap kali menyelenggarakan gigs musik bertaraf mandiri di Kota Pangkalpinang, dengan semangat do it with your friends-nya telah mempertahankan ritme yang mereka bangun sejak Agustus, 2019 saat helatan pertamanya bertajuk “In the Name of Show” di Kunglau.
Rencana di Desember tersebut sempat tersendat karena kesibukan dari masing-masing personal, termasuk saya yang sedang berada di luar pulau saat itu. Sampai pada akhirnya di akhir Februari, Imam Fahlevi menemui Dendy Revolusi, salah satu mesin penggagas dari Anti Maen Benar Club sekaligus ujung tombak Hozhayate dan bassist dari Hollywood Nobody untuk merencanakan kembali perihal showcase untuk Disease yang sempat tertunda dan dengan harapan bisa segera terlaksana sebelum masuk Bulan Ramadhan.
Selain menentukan waktu dan tanggal, kebingungan itu akhirnya menghampiri. Setelah menyusun alokasi pengeluaran untuk sewa sound, alat, dan biaya produksi lainnya. Ternyata, memilih venue untuk mendukung jalannya showcase kali ini cukup punya kesulitan tersendiri, beberapa opsi tempat yang telah dikantongi sebelumnya ternyata tidak bisa digunakan karena berbagai alasan.
Setelah ditinjau lebih lanjut, berbagai tempat yang tidak bisa dipaksakan untuk melangsungkan showcase tersebut pada akhirnya memunculkan ide-ide baru yang mengharuskan otak memutar melihat opsi alternatif lain karena himpitan keadaan.
The Grapes, salah satu Café-Bar yang bisa menampung kapasitas -+200 orang, berada di Komplek Villa Bangka Asri, Pangkalan Baru, Bangka Tengah menawarkan tempatnya untuk digunakan sebagai venue helatan showcase Disease. Setelah bertemu dengan sang pemilik dan menentukan waktu serta tanggal juga bersama para punggawa Disease sendiri, akhirnya mereka sepakat untuk melangsungkan showcase yang diberi tajuk “Journey Party” pada tanggal 12 Maret, 2023.
Walaupun sempat melenceng dari rencana awal dan dihantui perasaan pesimis karena kebingungan menentukan venue dan ongkos produksi yang melambung tinggi. Namun berkat kesolidan orang-orang yang terlibat di belakang Kontradiksi Organized Syndicate, hal-hal seperti itu walhasil bisa ditangani secara berbarengan.
Acara malam itu berlangsung meriah dengan antusiasme yang sangat tinggi, Hozhayate membuka pintu hura-hura dengan beberapa nomor andalan mereka seperti Panmau dan Dance, disambung dengan penampilan Tajjam yang memukau berkat bait-bait penawar kesakitan yang dilantunkan. Anklebiters, menjadi satu band penutup sebelum empunya hajat menghajar debut panggung pasca perilisan EP pertamanya.
Journey ‘Showcase’ Party telah berhasil mengumpulkan energi, menguras dahaga dan memeras keringat bagi siapapun yang datang malam itu. Ditambah dengan aksi panggung yang tak kalah liar dari tiga band pembuka bisa memberi kesan impresif sekigus keranjingan untuk datang kembali pada helatan selanjutnya.
Life sucks, but in a beautiful kind of way.
Penulis: Rofi Jaelani. Seorang medioker, mempunyai ketertarikan terhadap musik, buku, dan kustom kultur. Baru saja menyelesaikan urusan akademis, menjadi bagian sebagai penulis lepas. Bangka adalah rumah kedua setelah kampung halaman. Temui Rofi di @rofijaelaani.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wijaya 80 Rilis Single Terakhir Kali, Selangkah Lebih Dekat Menuju Mini Album
Wijaya 80, band trio yang mengusung tema pop 80an, meluncurkan single “Terakhir Kali” (06/12). Lebih dari sebuah karya musik, tembang ini menjadi refleksi emosional tentang rumitnya perjalanan cinta sekaligus penanda babak baru …
Maudy Ayunda Rayakan Kerapuhan dan Ketangguhan Manusia di Album Keempat
Penyanyi dan penulis lagu, Maudy Ayunda, kembali menghiasi blantika musik Indonesia dengan merilis album studio keempatnya, Pada Suatu Hari (03/12). Album ini menampilkan sisi artistiknya yang lebih matang dan autentik—baik dalam bermusik, maupun bercerita. …
Aak rofi idola kaum adam dan agus☄☄☄