Black Metal Nusantara: Garda Logam Hitam Penjaga Kebudayaan Nusantara

Aug 28, 2024

Gerombolan manusia berpakaian hitam-hitam dan berambut panjang berkumpul di Air Terjun Irenggolo pada Sabtu dan Minggu, 17 dan 18 Agustus 2024. Bumi Perkemahan yang terletak di Lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri itu menjadi latar untuk perhelatan Black Metal Nusantara. Sebuah acara musik Black Metal yang mencoba untuk menguri-uri kebudayaan Nusantara.

Saya sampai ke perhelatan ini pada Ahad siang, 18 Agustus 2024. Sesampainya di lokasi perhelatan saya disambut gapura pintu masuk biru bertuliskan “Swagala I Bhumi Kadiri – Selamat Datang di Timur Wilis Para Pejuang Logam Hitam”. Gapura itu juga dihiasi dengan aksara Jawa Kawi dan gambar burung Garuda yang merupakan logo Black Metal Nusantara. Belasan tenda sudah berdiri di sekitar pintu masuk. Adanya arang bekas api unggun juga menjadi penanda bahwa semalam telah ada pesta.

Gerbang masuk perhelatan Black Metal Nusantara / Dok. Riar Rizaldi

 

Di samping kiri pintu masuk terdapat sebuah tenda tempat pameran dan juga booth merchandise. Dalam tenda tersebut terdapat beberapa buku-buku, tulisan aksara Jawa Kuna (Kawi), kembang tujuh rupa yang ditaruh dalam takir, bermacam-macam dupa, dan beberapa pusaka semacam keris dan tombak. Di sisi sebelahnya terdapat booth merchandise yang menjual segala pernak-pernik Black Metal. Seperti kaos, pin, dan patch.

Pameran pusaka dan aksara di tenda depan panggung / Dok. Riar Rizaldi

 

Saat saya datang para Blackmetalhead ada yang sedang ngopi, memasak, makan-makan, menemani anak kecil bermain, dan juga check sound di atas panggung. Tiket dijual cukup murah dengan harga gocap. Di area terjun, banyak diantara mereka juga sedang mandi. Tanggal merah tepat dilaksanakan acara juga membuat para Blackmetalhead bercampur dengan wisatawan yang ingin menikmati hari liburnya. Siang yang terik itu semua tampak ceria menikmati suasana alam Pegunungan Wilis. Angin sejuk yang semilir juga menambah syahdu gathering para Blackmetalhead. Jauh dari kesan black metal yang kelam dan menyeramkan.

Yang unik dari perhelatan ini adalah panggung didirikan agak meninggi dari tempat penonton. Penonton yang menyaksikannya di depan panggung jadi agak mendongakkan kepalanya. Panitia pun juga tampak terus mengakali sound yang sulit dikendalikan karena berada di alam terbuka. Suara snare drum dan gitar menjadi agak cempreng. Hanya suara bass yang keluar agak mending. Tapi semua seperti tidak dipedulikan, semua yang datang mencoba bersenang-senang dengan caranya masing-masing.

Jam 2 siang, lagu Indonesia Raya berkumandang. Para Blackmetalhead pun langsung berdiri untuk turut menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia tersebut. Setelah lagu kebangsaan selesai, band tuan rumah Immortal Rites naik ke atas panggung. Trio dedengkot Black Metal asal Kediri itu menggeber panggungnya dengan membawakan lagu-lagu hitnya macam “Mahapralaya”, “Total Kiamat” dan juga “Bhatara Api”. Para penonton pun sontak maju ke depan panggung dan ber-headbang ria. Pada penampilan selanjutnya, tampillah band-band Black Metal lengkap dengan segala atributnya. Dari make up corpse paint; jaket kulit penuh emblem, pin, dan studs; dan juga sepatu boots.

Pada Black Metal Nusantara 2024 ini tampil 14 band yang menunjukkan kebolehannya. Jumlah tersebut berkurang dari pamflet yang menyebutkan jumlah penampilnya adalah 22 band. Selain dari Kediri, para penampil datang dari kota sekitar macam Surabaya, Malang, Trenggalek, dan Yogyakarta. Para penampilpun tak hanya untuk genre Black Metal saja, tampil juga diantaranya Death Metal, Thrash Metal, dan Heavy Metal. Para penampil yang tampil di Black Metal Nusantara 2024 adalah Fire Alliance, Endrom, Whispering, Salzabilla, Misery, Demontia, Blastodest, Pummars, Majestic Empire, Black Crow Pok, Disharnage, Ravengoth, Mesmeric, dan Immortal Rites.

***

Penggagas Black Metal Nusantara, Doni Wicaksonojati mengungkapkan bahwa acara ini memang bertajuk camp and gathering. Acara ini dilakukan guna mempererat tali silaturahmi di antara pecinta Black Metal se-Nusantara dan juga terus mengampanyekan nilai-nilai Nusantara. Perhelatan kali ini adalah perhelatan ketiganya setelah sebelumnya acara tersebut dilaksanakan pada 2023 dan 2022. 

Gitaris dari Immortal Rites ini mengungkapkan diselenggarakan acara ini di Kediri dikarenakan Kediri dulunya merupakan pusat kebudayaan Nusantara. Black Metal Nusantara diceritakannya lahir di Kediri dan semangatnya adalah untuk mengembalikan kejayaan Nusantara yang sudah lama hilang. Ia menjelaskan spirit Black Metal di Skandinavia adalah menjaga kebudayaannya yang diserang oleh agama atau politik tertentu. Spirit itu diadopsinya dengan cara lokal hingga tercetuslah ide Black Metal Nusantara.

“Jadi Kediri itu mantan pusat kebudayaan Nusantara pada abad 10-11. Jadi 5 tahun kebelakang ini kan kita perlu identitas lokal. Untuk mengangkat kebudayaan lokal sebagai bagian dari kejayaan Nusantara masa lampau. Untuk membangkitkan semangat teman-teman, Black Metal itu kan identik dengan Norwegia atau Swedia, tidak harus ke sana lah. Di sana kan Black Metal itu sebagai kebanggaan lokal mereka kan. Jadi kita nggak harus ke sana, cuman benang merah lokalnya itu harus ditampilkan ulang di Nusantara ini bisa,” ucap Doni. 

“Nah itu dengan cara ya kita harus memakai Nusantara itu supaya orang-orang kembali ke masa lampau. Mengenang atau menggali kejayaan masa lampau itu untuk ditampilkan ulang,” tambahnya.

Salah seorang vokalis Black Metal dengan corpse paint tampil di bawah kabut Gunung Wilis / Dok. Riar Rizaldi

 

Pria yang kerap tampil mengenakan ikat kepala ini mengungkapkan kegiatan yang telah dilakukan komunitasnya diantaranya adalah merevitalisasi aksara-aksara kuno. Aksara yang dimaksud adalah Aksara Jawa Kuno yang disebut Kawi. Aksara ini diketahui usianya lebih tua dari aksara carakan (hanacaraka) yang lebih popular di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Selain itu, bersama komunitasnya ia juga terus melakukan jelajah Nusantara yang mencoba mencari situs-situs bersejarah di wilayah Kediri dan sekitarnya.

“Sebagian kegiatan-kegiatan Nusantara itu mengacu ke sana. Contohnya adalah aksara-aksara kuno yang kita tampilkan di sana (pameran Black Metal Nusantara). Berbagai set itu adalah upaya untuk mengetuk hati teman-teman, baik yang sudah tahu atau belum, khususnya yang belum, bahwa kita memancing teman-teman Jawa Timur bahwa la iki opo. Kata-kata ‘ini apa’ itu penting untuk melanjutkan ke depannya,” ujarnya.

Dijelaskan oleh Doni, bahwa acara ini diselenggarakan mandiri dan kolektif oleh para pecinta Black Metal di Kediri yang berjumlah 25 orang. Kepanitiaan dibuat H-3 bulan melalui grup whatsapp lalu berdiskusi dan menghasilkan konsep acara yang akan dilakukan. Dana diperoleh sepenuhnya dari penjualan merchandise yang disebar di facebook dan juga Instagram. Hasil dari penjualan merchandise itulah yang digunakan untuk menyelenggarakan acara ini.

Dalam perhelatan tersebut, Doni mengungkapkan, bahwa acara tersebut tidaklah sempurna. Masih banyak kekurangan untuk urusan sound adalah contohnya. Namun hal tersebut menjadi pembelajaran agar dalam tahun-tahun ke depan dapat membuat acara yang lebih baik. Untuk ke depannya, Doni mengungkapkan Black Metal Nusantara mencoba untuk tidak melulu menampilkan penampil dari genre Black Metal saja. Mengacu dari Marilyn Death Fest yang tak hanya menampilkan penampil dari genre Death Metal. Pada tahun-tahun ke depan, perhelatan ini juga akan menghadirkan bintang tamu kenamaan.

“Yang ketiga ini kan kita sudah memasukkan genre selain black metal, ada death metalnya 1, heavy metal 1, terus thrash metalnya 1. Sebelumnya itu full Black Metal. Mungkin kedepannya tetap di luar sub genre Black Metal tetap kita undang. Yang ke-4 ini mungkin ada undangan, guest star. Dari yang pertama ini kan nggak ada, semua rata dari band tua band muda pokoknya kolektif. Kedepan kayaknya ada soalnya ada desakan di facebook,” kata Doni. 

Dijelaskan oleh Doni bahwa perhelatan Black Metal Nusantara ini memang kelanjutan dari Fogfest yang diselenggarakan di Tawangmangu pada 2019 lalu. Fogfest saat itu menjadi acara konsolidasi nasional dari pecinta Black Metal di Indonesia. Dari acara yang diinisiasi oleh Hernades Saranela itu tercetuslah gagasan untuk membuat Black Metal Nusantara. Acara Black Metal Nusantara ini selain untuk menyebarkan kembali gagasan Nusantara juga menjadi wadah untuk para Black Metalhead menampilkan karya-karyanya. Hal tersebut tentu dikarenakan band-band Black Metal masih mendapat stigma negatif dari pecinta musik.

“Dari pertama dibentuk itu kan untuk promo yah. Selain melanjutkan Fogfest yang di Solo jadi mempromosikan band yang punya album, demo, mini album yang mempromosikan monggo di BMN. Ternyata di facebook disambut sama teman-teman. Bidikan kita itu kan sebenarnya di Jawa Tengah, Jawa Jawa Barat itu kan black metal kurang mendapatkan tempat,” kata Doni. 

“Beberapa gigs itu kan kita lihat presentase penampil dari black metal itu kurang sekali, seperti pada acara-acara besar itu kan black metal itu disisihkan. Di acara-acara besar itu kan black metalnya cuma 1. Jadi kita menyimpulkan teman-teman black metal ini kurang mendapat apresiasi atau tempat untuk mengekspresikan. Kalau pun ada, kadang-kadang itu diskriminasi tetap ada. Karena memang orang-orang Black Metal sendiri kan kadang-kadang over seperti itu kayak misal di panggung dulu-dulu teman-teman menyembelih apalah itu kan dipantau dari segi mana pun dilihat aneh dan ngawur. Sebenarnya nggak masalah sih itu keputusan pribadi, tapi kita harus memikirkan kalau itu berimbas pada perijinan kepolisiannya dan keberlangsungan eventnya,” tambahnya.

***

Berdasar catatan yang pernah ditulis Doni, diketahui bahwa musik black metal yang berasal dari benua Eropa masuk ke Indonesia dengan cerita-cerita perlawanan. Pecinta musik di Indonesia jadi tak hanya mendengarkan black metal dari sisi musiknya saja. Cerita tentang black metal hadir dengan tema luciferian, paganism, dan nilai-nilai perlawanan terhadap dominasi mayoritas dalam hal ini kaum gereja Kristen. Dalam perjalanan waktu, tema musik black metal yang berasal dari Eropa dirasa kurang begitu cocok dan relate dengan budaya Indonesia. 

Sebagian mungkin menganggap bahwa komunitas black metal di Indonesia itu menjadi eksklusif dan cenderung menutup diri. Hal tersebut menimbulkan kesan seolah komunitas black metal menjadi tersisihkan oleh komunitas musik ekstrim lainnya. Padahal di satu sisi, militansi dari komunitas black metal sangatlah tinggi. Beberapa komunitas black metal di Indonesia kemudian giat berdiskusi dan menggali kembali referensi ihwal nilai-nilai yang terdapat dalam budaya lokal.

Oleh karena itu, Doni dalam catatannya, mengungkapkan bahwa  sebelum melangkah lebih jauh ihwal gerakan black metal Nusantara, ada baiknya kita tinjau dulu definisi kata “Nusantara” berdasarkan catatan sejarah. Kalimat tersebut pertama kali dicetuskan oleh Sri Kertanegara pada kisaran tahun 1275, raja kerajaan Singhasari, yang terangkum dalam konsep Cakrawala Mandala Dwipantara. 

“Dwipantara adalah kata dalam bahasa Sanskerta untuk ‘kepulauan antara’, yang maknanya sama persis dengan Nusantara. ‘Dwipa’ adalah sinonim ‘nusa’ yang bermakna pulau, dan ‘antara’ berarti luar. Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau yang berada di luar Pulau Jawa. Kata Nusantara dapat kita jumpai di dalam Kitab Pararaton ketika Maha Patih Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubhumi Kerajaan Majapahit pada tahun 1258 Saka atau 1336 Masehi, dan beliau melakukan Sumpah Palapa,” tulisnya.

Atas dasar itulah, Doni bersama komunitasnya mencoba mengembalikan lagi spirit-spirit dari Nusantara dengan gaya logam hitam. Meski upayanya masih berada di sekitar Jawa saja, setidaknya upaya tersebut masih terus diupayakan. Sedikit kritik yang muncul barangkali adalah bagaimana upaya komunitas ini untuk menjelaskan tentang Nusantara. Apakah itu tentang batas geografis, politik, dinasti, atau lain sebagainya. Saya yakin Doni dan kawan-kawannya masih cukup terbuka untuk diajak  berdiskusi. 

Penampilan grup melodic black metal legendaris dari Jawa Timur, Majestic Empire. Dok. Riar Rizaldi

 

Acara ini memang sangat unik dan menarik bagi semua yang datang. Bau dupa yang terus merebak, kembang tujuh rupa yang tersebar di segala penjuru, dan juga tampilan gahar para logam hitam dengan jaket kulit dan makeup corpse paintnya sungguh memberi pengalaman yang cukup berharga. Pecinta musik ekstrim yang terkesan anti negara mencoba dibantah BMN dengan membuat acara semacam ini. Kurang nasionalis apa mereka menyelenggarakan acara pada setiap Bulan Agustus dan membuka penampilannya dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.

Acara Black Metal Nusantara sangat saya rekomendasikan untuk dihadiri pada setiap tahunnya. Festival ini menjadi pembeda diantara festival-festival lain yang terkesan temanya itu-itu saja. Menikmati pemandangan alam dengan disuguhi musik ekstrim memang sebuah kenikmatan yang tampaknya sulit didapatkan di tempat lain. Saya sangat menunggu gelaran ini tahun depan karena bisa merasakan kekerabatan brotherhood dari komunitas Black Metal. Semoga tahun depan diadakan dengan tata panggung yang proper dan sound yang lebih beringas.

 

Penulis
Ismail Noer Surendra
Lamongan Asli yang merantau dengan tidak berjualan pecel lele atau soto. Gondrongers ini terus ngotot menjadi wartawan meski membuat hidupnya berantakan. Menyukai banyak hal hingga susah untuk ditebak. Saat ini masih terus menulis di berbagai media sebagai bentuk tanggung jawab menulis "Wartawan" di kolom pekerjaan KTP.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

CARAKA Suarakan Berbagai Emosi di Album Terbaru NALURI

Unit pop asal Tegal, CARAKA resmi luncurkan album bertajuk NALURI (15/12). Melalui sesi wawancara yang berlangsung pada Senin (16/12), CARAKA membagikan perjalanan band dan hal yang melatarbelakangi rilisan terbarunya.     CARAKA merupakan band …

Rayakan Hidup, Geura Luncurkan Album Mini Dansa Melirih

Solois pop asal Samarinda, Geura meluncurkan album mini berjudul Dansa Melirih (20/12). Lewat sesi wawancara yang berlangsung hari Senin (16/12), pria yang bernama Muhammad Wisnu Yudistira ini menceritakan karier musiknya dan bagaimana kisah di …