Bleach – Chrome

Melibatkan Bleach dalam album tribute Pure Saturday, Our Sincere Desire adalah keputusan yang tepat. Saya tidak tau kalau pendapat orang lain, yang pasti aransemen mereka saat membawakan ulang lagu “Cokelat” berhasil membuat saya mengambil keputusan untuk menyimak karya Bleach yang lain.
Maju beberapa minggu setelah perilisan album tersebut, Bleach menghadirkan album mini terbaru Chrome. Album yang memuat empat lagu ini padat, tanpa basa-basi, dan kaya akan referensi di luar genre hardcore yang mereka usung. Jika poin tanpa basa-basi butuh bukti, sang album memiliki durasi yang super singkat 8:50 menit secara keseluruhan.
Album Chrome dibuka dengan hantaman drum di lagu berjudul sama yang diiringi dengan bebunyian sequencer dan disambut vokal bernada rendah. Bagian vokal yang terdengar di awal lagu mengingatkan saya kepada King Krule dengan suara khasnya. Hal ini diperkuat pengakuan dari gitaris Kevin Saf Sanjani yang memang menyebut musisi asal Inggris tersebut salah satu inspirasinya.
Lagu kedua “Scales” diawali potongan percakapan dua orang teman. Aransemen musiknya lebih kalem dan mengarah ke gaya musik rock alternatif. Vokalis Michael Sippan menunjukkan kebolehannya dalam bernyanyi melodius di lagu yang menampilkan Andika Surya dari Collapse ini. Petikan gitar centil pada menit 1:31 dengan indah membawa pendengar menuju paruh akhir lagu. Jeritan vokalis saat menyanyikan bagian lirik “Leaving you is not easy” praktis menggambarkan kerapuhan tokoh yang coba diangkat dalam lagu.
Setelah ketenangan muncul di lagu sebelumnya, nomor “Overcast” seperti badai yang mengingatkan kembali, bahwa intensitas musik Bleach tidak kendur. Satu hal yang membuat lagu ini unik, duet antara permainan bas dan perkusi ala musik Afrika pada menit 0:51. Kolaborasi di antara pemain membuktikan sejauh apa Bleach mendobrak batasan genre untuk aransemennya.
Album ditutup “Iced Cold” yang diawali dengan dentuman bas seperti meniru suara detak jantung. Nuansa dalam intro lagu ini agak mengingatkan saya pada lagu “Sabotage” milik Beastie Boys. Riff pada lagu terdengar brutal, namun masih memiliki groove yang cukup catchy untuk mengajak pendengarnya berjoget.
Lagu “Iced Cold” terfavorit dari album Chrome. Alasan saya sederhana, lagu ini memiliki banyak elemen yang penting dari musik keras. Jika harus menjabarkan, hal-hal yang dimaksud meliputi lengkingan gitar, intensitas riff, bagian breakdown yang asyik untuk menganggukkan kepala, drum yang menggulung, hingga pola aransemen yang penuh kejutan.
Bleach membuktikan kemampuan mereka, terutama soal penulisan lagu. Aransemen yang ditawarkan untuk nomor-nomor di album ini selalu mengejutkan dalam beberapa kali sesi dengar.
Sebagai album mini yang dibuat untuk menyambut album penuh, Chrome membuka pintu harapan yang begitu besar. Semoga Bleach tetap mampu menghadirkan kejutan-kejutan di karya mendatang.

Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- SEHIDUP SEMUSIK
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
5 Lagu Indonesia Pilihan Paul Partohap
Tahun ini, Paul Partohap telah menyiapkan beberapa rencana untuk perjalanan bermusiknya, seperti perilisan album mini yang bakal disusul dengan album penuh.
The Groove Usung Konsep Kolaborasi di Dua Single Baru
Dalam single “LEBIH INDAH”, The Groove menggaet Tiara Effendy sebagai kolaborator. Sementara untuk lagu “SEJIWA”, giliran Dira Sugandi yang mereka libatkan.