Broken Branch dari Medan Hadirkan Emosi Sunyi di Single Fade to First

Jul 25, 2025

Unit alternatif/emo asal Medan, Broken Branch resmi menghadirkan single anyar berjudul “Fade to First” tanggal 30 Juni lalu. Band beranggotakan Yahya Andhika pada vokal, Hery Pratama (gitar), Azrie Daulay (gitar), Firqin Haridhi (drum), dan Fahri Effendi (bas) ini memilih jujur sebagai bahasa utama mereka dalam menuliskan lagu.

 

 

“Buat aku, musik itu pelampiasan. Kadang hidup gak ngasih kita ruang buat jujur, dan musik jadi tempat paling aman buat itu,” kata Yahya saat dihubungi via aplikasi percakapan (25/07).

Bagi Yahya dan personel Broken Branch, tujuan bermusik bukan untuk mengejar pencapaian tentang nama besar, melainkan untuk menyampaikan hal-hal yang sulit diucapkan langsung.

“Kalau ada satu orang yang ngerasa ‘aku juga ngerasain ini’, itu udah cukup,” lanjutnya.

Lahir dari dinamika yang tidak selalu mulus, lagu “Fade to First” justru tumbuh dari kekacauan yang produktif. Proses penulisan hingga aransemen mengalami banyak revisi dan perdebatan, termasuk momen saat Broken Branch memutuskan mengubah struktur lagu di detik terakhir demi menjaga emosi yang ingin mereka hantarkan tetap utuh.

“Kita jamming sambil debat part mana yang terlalu cheesy, mana yang terlalu emosional. Tapi dari situ justru semuanya tumbuh,” kisah Yahya.

Meski hadir dari ranah musik yang cenderung sunyi dan reflektif, Broken Branch menyimpan hasrat untuk tampil di gigs kolektif lokal yang kental dengan semangat DIY. Bagi mereka, panggung yang tidak besar dan formal justru bisa meninggalkan kesan mendalam.

“Kami suka ngebayangin penonton yang moshing, terus tiba-tiba diam, dengerin, dan mungkin ngerasa relate sama apa yang kami bawain,” tambahnya.

Band ini pun tak ragu bermimpi lebih jauh. Festival seperti Outbreak Fest, Sound and Fury, hingga LDB Fest menjadi bayangan masa depan yang mereka impikan. Bukan untuk mengejar sorotan, tapi ingin menjadi bagian dari gerakan musik emosional yang jujur dan apa adanya dari sudut kecil seperti Medan.

Soal skena lokal, Broken Branch berharap kota mereka bisa membangun kultur yang lebih suportif dan berkelanjutan.

“Bukan yang saling jegal atau mikirnya ‘kalian siapa’, tapi lebih ke ‘kalian mau ngomong apa lewat musik?’,” ujar Yahya.

Broken Branch ingin kota mereka memiliki lebih banyak ruang dialog, venue yang terbuka, dan pendengar yang mendekat bukan menghakimi.

Lewat “Fade to First”, band tidak hanya memperkenalkan suara, tapi juga membuka ruang bagi kejujuran yang mungkin selama ini terpendam.

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Rise of The Deadtown Jadi Babak Baru Gigs Musik Keras di Wonosobo

Sekian lama tenggelam dalam kesunyian tanpa gelaran musik skala komunitas, Kota Wonosobo akhirnya kembali bergelora lewat acara Rise of The Deadtown hari Sabtu (19/07) di Le Coffee. Perhelatan ini dirasa menjadi sebuah pernyataan lantang …

Sambut Album Baru, Petra Sihombing Luncurkan Single 80 km/h

Semenjak melepas kumpulan penampilan langsung lagu-lagu di album Semenjak Internet pada Januari lalu, Petra Sihombing kembali menyapa pendengarnya lewat single terbaru bertajuk “80 km/h” (26/06).     Lewat siaran pers, single ini diumumkan menjadi …