Band hardcore asal Banda Aceh, Cloath melepas single terbaru berjudul “Hellheim” hari Selasa (24/06). Single ini jadi penutup rangkaian menuju album mini perdana yang direncanakan segera beredar.

Cloath beranggotakan Reza pada vokal, Ami (bas), Wirya (gitar), Alvis (gitar), dan Aden (drum). Pophariini sempat berbincang dengan Reza via aplikasi percakapan (10/07) untuk membahas perjalanan Cloath dan single “Hellheim”.

Reza mengatakan, ia dan teman-teman Cloath merasa bermusik bukan hanya soal panggung bising, tapi juga jadi cara membuka perspektif baru.

“Salah satu hal yang bikin aku ngerasa hidup lebih luas, dengan bertemu teman baru dan hal baru ketika tur ke kota orang, ngelihat isu sosial itu seru banget,” kata Reza.

Berbeda dengan materi lama yang mengusung midwest/melodic hardcore, di single “Hellheim” Cloath mantap kembali ke akar musik gelap yang lebih sesuai dengan energi mereka di panggung. Mitologi Nordik dipilih jadi tema besarnya untuk menjadi benang merah lirik dan konsep album mini mendatang.

“Lagu ini bercerita tentang dunia kematian yang gak dikenang. Bagi aku keren banget diangkat, apalagi di sub-genre kayak gini,” tambah Reza.

Menariknya, proses produksi Cloath dijalankan secara LDR karena personelnya tersebar di beberapa daerah. Riff, tuning sound, hingga konsep artwork digarap bersama, dengan melibatkan Wirya ‘Ngeng Dv’ sebagai produser musik.

Single “Hellheim” sendiri memakan waktu produksi hampir setahun karena berbagai keterbatasan jarak. “Teknik vokalnya catchy, kerasa ini boy band tapi tukang marah di panggung,” canda Reza.

Berangkat dari skena gigs Banda Aceh, Cloath berharap bisa terus main di panggung kolektif seperti Riotspace, Notjustnoise, Willnotparish, Ouroboros, hingga Rumblefest.

“Semoga acara kayak gini selalu ada, karena band butuh wadah buat berkembang,” kata Reza.

Lebih jauh, Cloath berharap pergerakan musik di Banda Aceh bisa tumbuh sehat, bukan hanya soal kuantitas, tapi juga kualitas dan mentalitas.