Daftar Venue Musik di Jakarta 20 Tahun Terakhir

May 21, 2025

Sebagus-bagusnya karya yang diciptakan musisi, rasanya bakal sia-sia kalau enggak ada ruang untuk mempresentasikannya di hadapan penonton. Maka dari itu, kehadiran venue sangat penting karena sudah menjadi bagian dari ekosistem musik.

Perlu diakui, Indonesia kekurangan tempat atau gedung pertunjukan. Hal ini sering diutarakan oleh penggiat musik. Alhasil, pilihan venue musik yang ada bisa dibilang sangat terbatas dan mungkin hanya bisa diakses oleh kalangan tertentu.

Dalam daftar ini, kami mengumpulkan dan mewawancarai pendiri/pengelola venue musik di Jakarta yang sering kami datangi saat ada acara. Berikut obrolannya dengan venue musik lama hingga yang terbaru. 


Rossi Musik (sejak 2005)

 

Penjawab: Sayiba Bajumi (Direktur)

Ceritakan perjalanan berdirinya Rossi Musik?

Rossi Musik buka tahun 1986, awalnya toko musik. Lalu, tahun 1990 ada sekolah. Di tahun 1994, ada tambahan studio yaitu Syaelendra Studio dan Hall. Kalau dibuka untuk venue pertama kali tahun 2005 sampai sekarang. Namun toko musik dan sekolah musik sudah tidak ada lagi.

 

Pintu masuk Rossi Musik / Dok. Rossi Musik

 

Apa aja tantangan/keseruan menjalankan bisnis venue musik di Indonesia?

Tantangan utamanya adalah bagaimana mengelola massa yang datang untuk tidak mengganggu lingkungan sekitar, menjalankan usaha di tengah agenda-agenda pemerintah seperti Pemilu, bulan Ramadan, atau libur nasional, menjaga tempat ini tetap berjalan di tengah kondisi sosial ekonomi saat ini, menjaga hubungan Rossi Musik dengan lingkungan sekitar. 

 

Ada masukan untuk orang yang ingin mengelola venue musik?

Masukan yang paling penting, selain mungkin ya memang mengelola bisnis dengan benar adalah bisa menjaga hubungan venue dengan lingkungan sekitar, seperti usaha-usaha, tempat tinggal, dan pasti ya birokrasi dengan aparat-aparat yang mempunyai wewenang di lingkungan kita. Kedua, karena klien kita banyak yang bergerak di musik, seni, dan hiburan, harus bisa menjalankan komunikasi dan peraturan dengan luwes, gak boleh terlalu kaku.

 

Acara paling berkesan yang diadakan di Rossi Musik?

Kalau berkesan, mungkin kami pernah buat festival 2 hari namanya Why Festival, (yang) memakai semua venue di lantai 1, 4, dan parkiran. Waktu itu juga masih ada “Mondo” untuk performing band, acara diskusi, bazar, dan pemutaran film-film dokumenter tentang skena dan lain-lain. Juga ada kerja sama dengan sebuah kelompok organisasi dari Jepang, No Limit namanya. Ya mungkin itu yang paling berkesan, selain bisa liat banyak band keren lokal dan internasional yang pernah (tampil) di Rossi.

 

coffeewar (sejak 2009)

 

Penjawab: Yogi D. Sumule (Co-Founder & Co-Owner)

Ceritakan perjalanan berdirinya coffeewar?

coffeewar didirikan karena saya dan adik saya, Derby Sumule, peminum kopi yang lumayan berat dan kebetulan kami keturunan Toraja, tempat salah satu penghasil kopi Arabika terbaik di dunia. Belakangan kami menyadari bahwa kebanggaan akan kopi lokal dan cara meminum dan menikmatinyanya telah bergeser dari gaya keseharian (tubruk, dan lain-lain) ke (saya dengar istilah ini pertama kali dari Derby) cara ‘espresso base’. Didasari oleh itu, kami sepakat untuk mencoba memulai coffeewar. Nama yang diusulkan Derby adalah Coffee War, mengacu pada kejadian perang antara pedagang kopi di wilayah Sulawesi Selatan sekitar tahun 1887, kemudian frasa (coffee war) itu saya sambung menjadi coffeewar.

Setelah akhirnya resmi dibuka pada tanggal 11 Januari 2009, kami merasa perlu melakukan sesuatu agar niatan mengenalkan kopi dan tradisi minum kopi ini bisa didengar oleh lebih banyak orang tanpa harus hard sell.

Sekitar tahun 90-an, banyak sekali kawan-kawan saya kuliah dan nongkrong yang bermusik dan menciptakan lagu mereka sendiri. Namun sayangnya di era itu, musisi yang membawakan lagu ciptaan sendiri cenderung tidak didengar atau laku. Hanya segelintir musisi/band yang berhasil memainkan musik ciptaan mereka dan mendapatkan pengakuan. Pada era itu, bisa dibilang sedikit atau bahkan nyaris tidak ada tempat memberikan ruang dan kesempatan bagi mereka. Atas dasar inilah coffeewar memutuskan untuk memberikan ruang bagi musisi lokal untuk tampil, dengan catatan hanya diizinkan membawakan lagu ciptaan mereka sendiri. Maka tanggal 25 Februari 2009 coffeewar memulai program musik pertama bertajuk Swara Kahwa dengan penampilan perdana oleh Bonita N The Hus Band.

 

Apa aja tantangan/keseruan menjalankan bisnis venue musik di Indonesia?

Tantangan yang paling terasa selama menggiatkan musik adalah urusan perangkat tata suara dan pendokumentasian. Keduanya membutuhkan biaya yang tidak sedikit atau secara global, pendanaan. Kami sungguh beruntung di awal bergerak kami mendapat dukungan dari kawan-kawan musisi, audio engineer, fotografer, dan filmmaker yang dengan besar hati memberikan tenaga dan waktu mereka.

Di balik semua keribetan di atas, tidak ada yang paling mengasyikkan buat kami selain menyaksikan (dalam enam belas tahun perjalanan kami) kegembiraan di wajah pemusik dan yang hadir menyaksikan mereka. Bagaimana rasa lega setelah melewati masa persiapan hingga acara selesai yang tersirat di wajah penampil, kru, dan hadirin sungguh membuat kecanduan. Menyaksikan band/musikus baru yang berhasil melawan kecemasan mereka hingga mendengar mereka keliling dunia menampilkan musik mereka membuat kami sebangga orang tua yang melihat anak-anak mereka tumbuh, berbunga, dan berbuah.

 

Penampilan band di coffeewar / Dok. Firman Suryani

 

Ada masukan untuk orang yang ingin mengelola venue musik?

Pemilik atau pengelola venue adalah penggiat musik, mereka menggiatkan atau memungkinkan kegiatan ada. Oleh karena itu, penggiat harus memiliki kreativitas dan kemampuan beradaptasi (yang) sejalan dengan spirit zamannya. Kita mesti membuka diri tidak hanya pada tren musik saat ini, namun juga sebisanya menyumbangkan ide-ide baru yang akan membuat kegiatan bermusik di negara ini punya ciri khas sendiri, mampu bertahan, dan terus menghadirkan atau mengenalkan talenta-talenta baru.

 

Acara paling berkesan yang diadakan di coffeewar?

Pertanyaan yang paling sulit dijawab ini. Dari sekian banyak kegembiraan, haru, sedih yang dijalani bersama selama ini, ada satu saat yang lumayan membuka mata saya. Saat coffeewar masih beralamat di Kemang Timur No.15A, di malam Robert MR akan tampil, Jakarta diguyur hujan sejak sore. Meski yang hadir tidak sampai 15 orang, pertunjukan tetap berjalan. Apa yang diucapkan oleh Robert malam itu di sela-sela pertunjukan membuat coffeewar yakin bahwa kami sebisanya harus terus menggiatkan skena musik alternatif ini. Robert mengatakan bahwa meskipun yang hadir sangat sedikit, namun setiap yang hadir sungguh menikmati persembahannya dan kawan-kawan, dan menurutnya saat itu adalah salah satu pertunjukan yang paling berkesan baginya.

 

TobaDream (sejak 2017)

 

Penjawab: Dimas Harwisnu (Manajer TobaDream)

Ceritakan perjalanan berdirinya Toba Dream sebagai venue musik?

TobaDream berdiri pada tahun 2007 dengan konsep family cafe Batak yang berbeda dengan kafe-kafe Batak di Jakarta atau Indonesia pada umumnya. Kafe yang bisa dikunjungi dari semua kalangan dan status. Mulai dari single, couple, dan keluarga. Pendiri TobaDream adalah Monang Sianipar dengan visi dan misi “Save the music, save the culture, save the nature.” Save the music adalah salah satu yang dikembangkan di dalam TobaDream. Di tahun 2017, TobaDream resmi diteruskan oleh Viky Sianipar. (Ia) mulai merombak total konsep family cafe memjadi venue musik kekinian. Viky Sianipar juga sangat konsentrasi dan detail mengenai kebutuhan-kebutuhan live performance dari aspek sistem audio, panggung, peredam akustik, LED screen stage, dan lain-lain yang bertujuan memanjakan para performer hingga pengunjung. Semua dituangkan di dalam TobaDream.

 

Apa aja tantangan/keseruan menjalankan bisnis venue musik di Indonesia?

Dalam menjalankan bisnis venue ini, lebih seru ya. Kami bertemu dengan berbagai macam acara-acara konser yang berbeda beda. Komunitas-komunitas musik yang berbeda juga setiap acaranya.

 

Area luar TobaDream / Dok. TobaDream

 

Ada masukan untuk orang yang ingin mengelola venue musik?

Memperkuat brand dari venue itu sendiri arahnya mau ke mana, memfasilitasi apa yang diinginkan dari calon klien, dan yang penting kita fleksibel. Satu lagi adalah segala perizinan administratif sudah aman semua, baru kita bisa mengelolanya dengan maksimal dan aman.

 

Acara paling berkesan yang diadakan di TobaDream?

Semua acara sangat berkesan dari segi performance, dan yang utama adalah penyelenggara acara yang mengonsep acara dengan sangat bagus-bagus semua.

 

EH! Brew and Bite (sejak 2022)

 

 

Penjawab: Gloria Jessica (Founder EH! Brew and Bite & EH! Tunesday)

Ceritakan perjalanan berdirinya EH! Brew and Bite?

Lahir dari berhentinya perpanggungan di kala pandemi, dunia kami serasa berhenti. Tapi kami tau, kami gak bisa diam di tempat. Awalnya, bikin konsep nasi box dengan rekan setim musikku (Ratih Retnomurti selaku Road Manager aku kala itu, Citra Budiono backing vocalist, dan dibantu juga sama Willy Manembu bassist, dan Irsabian gitaris sekaligus music director), dan juga Mas Adi, tukang masak andalan keluargaku sejak dulu.

Nama nasi box-nya EH! Mendadak Masak. Setelah RnD beberapa kali dan foto produk, tiba-tiba pandemi makin parah. Since ini semua pandemi pertama buat kami masing-masing, dan keluarga adalah yang utama untuk kami, pulanglah kami ke tempat masing-masing, khususnya rekan-rekan yang merantau. Ratih pulang ke Lampung, dan Citra ke Bandung. Sempat pupus untuk buka usaha ini, tapi dengan pecutan dari ortuku yang sempat beberapa kali nyeletuk karena tau sudah ada modal yang keluar untuk RnD dan lain-lain, dan kalau aku gak jalan akan menjadi suatu project yang sebatas ucapan aja dalam hidup, aku mulai merenungkan untuk ngejalanin lagi.

Tahun 2021, aku tanyakan kembali ke rekan-rekanku. Cuman mereka gak bisa bergabung lagi karena kondisi pandemi yang parah ini dan bener-bener gak ada yang tau sampai kapan kami semua akan ada dalam keadaan suram kala itu (ancaman kesehatan untuk keluarga dan kami sendiri, serta keadaan kantong kami masing-masing juga). Akhirnya atas restu dari rekan-rekan yang lain juga, aku izin untuk jalanin lagi rencana usaha ini. Nekat? Tentu. Bermodalkan tabunganku dan juga tabungan Bian saat itu, yang di mana dia siapkan juga untuk nikahan kami sebenernya.

Tapi kami tau dengan kapasitas kami saat itu kayaknya gak mungkin untuk jalanin berdua aja. Jadi selain sama Bian (Irsabian), aku juga dibantu oleh kawanku Isabella Hanie dari segi finance dan juga Reza Esfandiari dari segi Operasional, and our dearest Park Ji Yun & Ong Weng Sun dari Eunoia Interior Design yang jadi tim palugada kami dalam membenahi EH!.

Nama dan model bisnis pun berganti seiring perencanaan bisnis itu sendiri, menjadi EH! Mendadak Coffee Bar & Eatery, dan yang tadinya kami hanya mau bikin dapur dadakan untuk nasi box yang akan dijual online, menjadi satu tempat dine-in, di Jalan Pejaten Barat Raya no. 12, Jakarta Selatan. Resmi bukalah kami pada tanggal 18 Maret 2022. Dengan tim yang kami rekrut pada saat itu, sebagian besar tim awal adalah friendbaseku sendiri, @glowjes.

Identitas EH! pun semakin meluas dan semakin hidup dengan hadirnya aktivitas kami untuk support musisi Indonesia, @ehtunesday. Acara setiap hari Selasa di REHD ROOM, indoor area kami, yang didedikasikan untuk setiap EH! Artist of the Week bebas membawakan karya-karyanya. Proses pemilihan EH! Artist of the Week juga hanya berdasarkan kurasi karya, karena kami sebagai musisi juga lelah kalau ditanyakan dengan embel-embel, “Bisa bawa crowd berapa?” Dari dulu mikir, kalau hanya sedikit wadah untuk musisi baru/independent yang pengin bawain karya-karyanya secara live, berapa banyak kita kehilangan kesempatan akan banyaknya musisi yang karya, skill, dan pribadinya berpotensi untuk Indonesia kenal dan support lebih jauh? Banyak sekali musisi yang kesulitan untuk dapet panggung karena sering kali dianggap tidak menjanjikan secara angka. Sementara panggung itu pun penting menurutku dalam perjalanan musik seseorang. Energi live performance itu punya magnet yang besar banget. Dan aku rasa tiap musisi berhak mendapat kesempatan itu. Sampai saat ini sudah ratusan musisi, dan ratusan karya bergema pada 112 volume EH! Tunesday.

Kini sampailah EH! Mendadak di tahun ke 3 menuju 4-nya, menemani aku dan Bian selaku owner pada saat ini, melewati berbagai fase, mulai dari yang paling berat sampai yang paling manis bagi kami udah kejadian di usaha pertama kami ini. Dengan rekan-rekan dan team EH! yang masih berdiri di samping kami saat ini (Shout out to Puja Yudhistira, Rivo Alfahrezy, Ranti Kusuma, Okta, Robi, Rian, Ripai, Zidane, Erwin, Kahfi, Wanda, Pak Awang, Pak Zein), kami masih di sini dan sepakat berjuang untuk mempertahankan bisnis ini untuk terus berjalan.

Badai besar tahun ini sangat ada untuk kami. Dengan keadaan ekonomi yang semakin sulit untuk kami semua saat ini, dan EH! yang kini sedang berada di ujung tanduk, lahirlah kembali EH! dengan konsep yang lebih dekat, hangat, dan sederhana yaitu EH! Brew and Bite. Gerakan terakhir kami bersama-sama agar bisa selamat sampai ke tepian. Agar kami bisa lepas juga dari embel-embel Mendadak yang sepertinya 3 tahun ini jadi doa dan mantra. Terlalu banyak EHvents yang Mendadak-nya bukan main, nyiapin acara cuman 3 hari 2 malam bahkan H-beberapa jam juga ada (meski seru ya, banyak belajar, dan jadi bukti anything is possible selama diniatin dan “Just Do It” kayak tagline Nike), tapi stabilitas dan surviving is our top priority saat ini. Mohon doanya semua agar EH! bisa berumur panjang.

 

Apa aja tantangan/keseruan menjalankan bisnis venue musik di Indonesia?

Salah satu keseruan dan juga menjadi tantangan adalah bagaimana kami kurasi musisi, karena banyak sekali karya yang seru untuk diperdengarkan dan dirundingkan di grup kurasi kami. Menjadi tantangan tersendiri karena kami tidak membatasi genre. Tapi justru di situlah letak keseruannya. Kami jadi terus belajar, beradaptasi, dan punya kesempatan untuk menemukan talenta-talenta baru yang karya-karyanya mungkin belum banyak dikenal orang. Salah satu hal paling menyenangkan yang sering kami saksikan di REHD ROOM adalah bagaimana para musisi bisa saling terhubung, bahkan berujung pada kolaborasi yang tidak direncanakan sebelumnya. Bahkan juga panggung EH! Tunesday bisa menjadi stimulasi musisi yang sedang hiatus untuk kembali lagi berkarya. Kami juga sering takjub melihat momen ketika penonton dan musisi terhubung secara emosional dalam suasana venue kecil yang intim ini.

Untuk tantangannya, jujur yang terberat bagaimana mempertahankan visi kami untuk support komunitas, tapi sekaligus mempertahankan bisnis itu sendiri. Kadang sedih juga sih kalau lihat kawan-kawan yang datang masuk ke venue bawa makan dan minuman dari luar, padahal tempat kami tempat makan dan minum juga. Meski sudah ada larangannya, tapi tetap aja kadang tidak dihiraukan. Padahal setiap penjualan 1 produk itu profitnya bermakna banget untuk kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Jadi kalau teman-teman ingin acara-acara komunitas tetap hidup dan berjalan, jangan lupa support secara bisnisnya juga ya.

 

Ada masukan untuk orang yang ingin mengelola venue musik?

Pahami dulu siapa target audience-mu dan terus menjadi konsisten terhadap ide kalian, kalian juga harus bangun relasi yang kuat dengan musisi, komunitas, dan media. Jangan takut eksplorasi konsep acara yang unik, karena kadang yang tidak biasa justru lebih berkesan. Jangan takut juga untuk bertanya dan bertukar pikiran dengan orang-orang yang lebih berpengalaman di bidang ini. Pengalaman mereka akan menjadi ilmu yang sangat berharga juga buatmu. Dan, jangan takut gagal ya. Mulai aja dulu. Selama niat baik, mudah-mudahan dilancarkan. Amin.

 

Acara paling berkesan yang diadakan di EH! Brew and Bite?

Salah satu acara paling berkesan adalah EH! Tunesday Volume 100. Di edisi spesial ini, kami mengundang kembali para musisi yang pernah tampil di volume-volume sebelumnya untuk merayakan perjalanan panjang ini bersama-sama. Ada Prince Husein, Karina Christy, The Krankers, AneeSa, Audi Kirana, dan Amis. Cukup bangga dan emosional, karena kami bisa melihat bagaimana panggung kecil ini tak hanya tumbuh menjadi ruang yang berarti bagi kami, tapi juga bagi banyak musisi, pelaku industri musik, seni & kreatif, dan para penikmatnya.

 

 

Krapela (sejak 2023)

 

Penjawab: Januar Kristianto (Co-Founder)

Ceritakan perjalanan berdirinya Krapela?

Agak panjang kalau harus dipaparkan semua detailnya, tapi Krapela berawal dari obrolan santai gue dan seorang teman. Pas kebetulan memang gue sedang mencari tantangan baru setelah lumayan lama mengarungi dunia ahensi, akhirnya tercetuslah ide Krapela yang kemudian benar-benar menjadi bentukan fisik serta berbagai macam program serta event hasil kolaborasi dengan rekanan-rekanan kami selama kurun waktu setahun lebih.

 

Apa aja tantangan/keseruan menjalankan bisnis venue musik di Indonesia?

Pastinya gak sedikit ya tantangannya, mulai dari people and community management sampai di level operasional, karena hal ini terbilang baru buat gue. Selama ini gue hanya ada di posisi pemain musik dan penikmat, belum sampai di tahapan bekerja di dalam dapur musik. Pastinya banyak variabel yang harus diperhatikan, mulai dari bumbunya mau seperti apa? Siapa target audience yang dituju? Racikan menunya kira-kira bakal direspons seperti apa ya sama orang-orang, dan lain sebagainya. Seru banget, very challenging dan dinamikanya selalu berubah.

 

Ada masukan untuk orang yang ingin mengelola venue musik?

Kalau dari POV gue pribadi, lakuin riset sebanyak-banyaknya soal venue musik. Cari tau mood/direction seperti apakah yang ingin dicapai lewat venue lo. Kira-kira tipe audience-nya seperti apa yang bakal dateng ke venue lo. Samperin banyak venue musik buat cari tau karakternya masing-masing. Berbagai dinamika yang berbeda inilah, yang menurut gue jadi semakin menarik saat kita berbicara soal venue musik, karena tiap venue punya niche-nya sendiri-sendiri.

 

Suasana bar di Krapela / Dok. Krapela

 

Acara paling berkesan yang diadakan di Krapela?

Kalau gue pribadi ada beberapa; Morbid Death Cult, Moji Unchained, Klab73, …why are you my clarity, Sal 4 Krapela, dan Teater Pandora.

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

False Theory Ceritakan Kisah Penyembuhan Luka Masa Lalu di Single Dua Atma

Unit pop punk asal Tana Paser, Kalimantan Timur, False Theory merilis single ketiga bertajuk “Dua Atma” pada Kamis (05/06). Lewat lagu ini, mereka mengangkat cerita tentang dua jiwa yang saling menyembuhkan dari luka masa …

Workshop dan Talkshow Latihan Pestapora Solo Hadir Penuh Manfaat

Tepat seminggu yang lalu pra-acara Latihan Pestapora Solo dalam format workshop dan talkshow dilaksanakan selama tiga hari tanggal 12-14 Juni 2025 di dua tempat, Loji Gandrung dan Omah Sinten. Pra-acara ini merupakan rangkaian menuju …