Derai – love in colors
Kejutan yang saya terima begitu mendengarkan lagu mereka pertama kali, ternyata Derai berasal dari Sukabumi. Sebuah kota di Jawa Barat yang tak terbayangkan oleh saya, ada talenta yang membawakan jenis musik seperti ini dari sana.
Derai adalah Ica Deriza dan Ramli Nurhappi, duo independen yang sudah mengantongi satu buah album penuh yang diberi judul final chapter. Album berisi total 10 lagu dengan nomor pembuka “conversations” yang membuat saya terkesan sama mereka.
Bukan untuk membandingkan, namun kekompakan Ica dan Rai dalam bermusik membuat saya selalu teringat yang terdekat, yaitu duet yang dilakukan Josephine dan Anthony dalam Oh Wonder.
Selang hampir 2 tahun dari perilisan album penuhnya, Derai kembali mempersembahkan materi terbaru berupa album mini perdana berisi total 5 lagu yang mengangkat tema aspek-aspek bahasa cinta.
Bagaimana cara menunjukkan perasaan hingga mendapatkan waktu yang berkualitas dalam sebuah hubungan menjadi bagian dari penulisan lirik lagu-lagu di album dengan melibatkan Ankadiov sebagai produser.
Hasil kolaborasi dengan Ankadiov, mungkin sesuai sama keinginan Derai. Mungkin juga berhasil memunculkan nuansa baru yang berbeda, hingga pendengar yang belum pernah menyimak materi lama mereka merasa ini berkesan. Tapi, bagi saya nihil kejutan.
Album mini love in colors dibuka dengan single-single yang sudah rilis tahun lalu, yaitu “On My Way”, “in my blood”, dan “Relate To You”. Ketika secara urut lagu-lagu tersebut masuk ke daftar, saya tetap menganggap tiga nomor pertama ini datar.
Jika harus memilih, lagu keempat “Love Tale” malah bisa menjadi andalan karena memiliki aransemen yang sedikir berbeda ketimbang lainnya. Seperti lagu penutup “minor” terlalu sendu, bahkan lebih tak berdaya dari lagu melayu yang dikenal mendayu.
Kalau dipikir, album penuh perdana Derai, final chapter sebenarnya masih memiliki nafas yang panjang karena mereka belum sampai ke tahap rajin manggung di festival-festival besar untuk mempertanggungjawabkan 10 lagu di dalamnya.
Meski bagi saya love in chapter terdengar monoton, paling tidak kehadirannya menambah bekal perjalanan buat Derai. Toh mereka membuktikan lagu-lagu barunya ini memang sukses meraih pendengar baru ketimbang materi yang lama.
Apakah mereka memiliki alasan tersendiri dengan sementara hanya mengeluarkan 5 lagu saja? Semoga love in chapter bukan karya musik biar ada, atau sekadar simbol kerja sama yang sukses bareng Warner Music Indonesia.
Artikel Terkait
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Wawancara Eksklusif Kossy Ng dan Dimas Ario Spotify: Edukasi Stream dan Musik Berbayar Masih Jadi Tantangan Besar
Saat menentukan apa saja yang ingin diangkat untuk KaleidosPOP 2024, tim redaksi Pophariini langsung berpikir soal keberadaan platform streaming musik yang menjadi salah satu tolok ukur kesuksesan perjalanan band dan musisi di era ini. …
We Are Neurotic Mempersembahkan Album Mini Terbaru Asian Palms
Trio disco dan jazz asal Jakarta, We Are Neurotic menutup tahun 2024 lewat perilisan album mini terbaru yang diberi nama Asian Palms (13/12) bersama C3DO Recordings sebagai label naungan. Album Asian Palms …