DESERVE. Asal Balikpapan Rilis Album Mini Perdana sebagai Pencapaian

Nov 1, 2024

Unit hardcore asal Balikpapan, DESERVE. resmi merilis album mini perdana bertajuk Annihilate The Dependence hari Minggu (06/10). Materi yang berisi 6 lagu ini menampilkan perpaduan musik hardcore yang groovy dan agresif.

 

 

DESERVE. beranggotakan Dennies Yogi Bastian (vokal), Ibkar Mahi (gitar), Cantika Putri (bas), dan Muhammad Alif (drum).

Kami sempat menghubungi DESERVE. melalui media sosial yang kemudian beralih ke WhatsApp hari Rabu (30/10) untuk meminta keterangan mengenai perjalanan band sampai perilisan album Annihilate The Dependence.

Dennies mengungkapkan band terbentuk bulan Februari 2022. “Band kami baru merilis single di penghujung tahun 2023 karena pada akhirnya kami putuskan DESERVE. untuk menjadi lebih serius, tidak sekadar menjadi band tribute atau cover,” katanya.

Gitaris DESERVE., Mahi mengatakan album Annihilate The Dependence dirasa menjadi sebuah pencapaian bermusik bagi band karena ia merasa dua single yang pernah rilis sebelumnya, DESERVE. masih meraba-raba karakter bermusik mereka.

“Melalui album ini, kami menyuarakan tentang keresahan terhadap keadaan sosial di sekitar kami. Perlawanan akan segala bentuk penindasan dan krisis eksistensial, yang kami citrakan dalam artwork mini album kami menggambarkan seorang ksatria melawan seekor naga,” jelas Mahi.

Di tengah banyaknya musik baru bermunculan dengan cepat di era streaming ini, DESERVE. coba melakukan promosi dengan berjejaring seluas-luasnya. Meski begitu, band tetap mengusahakan untuk tidak mengesampingkan latar belakang asal kota mereka.

“Rencana tur pun sedang kami rancang untuk memperluas publikasi album kami di beberapa kota. Di Bali, Jawa, dan Jabodetabek jika ada kesempatan, melihat dari statistik pendengar kami di streaming platform yang paling banyak berasal dari DKI Jakarta dan sekitarnya,” tegas Alif. 

Mahi menutup sesi wawancara dengan memaparkan keseruan komunitas musik di Balikpapan. Ia merasa perkembangan musik di sana terjadi sangat majemuk dengan kehadiran musik dangdut sampai jazz. Usai pandemi ia juga merasa semakin banyak musisi baru dari ranah mainstream sampai sidestream yang bermunculan.

“Penonton acaranya pun bergabung dan saling support meskipun berasal dari genre yang berbeda. Sudah jadi pemandangan umum misal ada acara disko DJ set tetapi yang datang banyak dari teman-teman hardcore, atau acara jazz yang datang dari teman-teman death metal,” tutup Mahi yang mengaku sudah terbiasa dengan pemandangan ini. 

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
1 Comment
Inline Feedbacks
View all comments
Alib
Alib
1 month ago

gokssss❤️‍🔥❤️‍🔥

Eksplor konten lain Pophariini

Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo

Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …

Perspektif Pekerja Seni di Single Kolaborasi Laze, A. Nayaka, dan K3bi

“Rela Pergi” menjadi single kolaborasi perdana antara Laze, A. Nayaka, dan K3bi via Sandpaper Records (29/11).      Tertulis dalam siaran pers bahwa proyek yang diinisiasi sejak pertengahan 2024—usai Laze merilis DIGDAYA dan sebelum …