Di Balik Layar Hari Musik Nasional: “Survive di Masa Pandemi”
Kita semua mungkin akan tetap merasa paling sibuk di dunia tanpa corona karena merasa tidak punya waktu luang untuk hal lain. Percis setahun berlalu, semua orang harus diam di rumah menunggu aba-aba aman atau tidak beraktivitas.
Corona membawa perubahan besar yang membuat orang tersadar bahwa ia makhluk yang saling membutuhkan. Yang diperkirakan tidak berbahaya, ternyata perlu melewati banyak sekali fase bertahan.
Begitu pandemi corona muncul, ini seperti mimpi buruk, bak iblis tak terlihat. Namun, ketakutannya begitu nyata. Pendaftaran untuk memperoleh perlindungan pun dalam antrean. Ragam test virus hingga vaksin apa yang terbaik, lagi-lagi duitnya berapa.
Pengalaman setiap petarung di masa pandemi tujuannya rata yaitu tetap waras. Tak sedikit orang yang terpaksa rela dirumahkan. Berbagai profesi saling berpengaruh, misalnya di balik layar permusikan yang memiliki ceritanya sendiri.
Dalam rangka perayaan Hari Musik Nasional di tanggal 9 Maret lalu, Pophariini berbincang dengan Asthie Wendra (Show Director), Bayu Fajri Hadyan (Pemilik Bayusvara), Boby Endrasworo (Kru dari MALIQ & D’Essentials), Davian Akbar (Fotografer dari Barasuara), dan Rifanda Putri (Manajer dari .Feast) tentang bagaimana saat pandemi datang hingga mereka akhirnya berpikir untuk mengantisipasi segala kemungkinan di depan.
Nama-nama ini mencoba peruntungan baru. Ada yang tidak berhasil, ada pula yang berlanjut. Membangun strategi kehidupan agar pemasukan kembali stabil serta mendapatkan cara lain. Berbagi pengalaman itu menyenangkan.
Selamat menyimak.
- Asthie Wendra – Show Director
Apakah loe terpaksa kehilangan pekerjaan saat pandemi corona datang? Pasti kalau kehilangan pekerjaan pasti, dan dialami juga sama semua teman-teman yang bekerja di industri yang sama. Kagetnya juga sama. Kalau dihitung, sebetulnya secara quantity ya mungkin ada sekitar 20 event 2020 gue di- cancel, lebih mungkin. Dari sejak pandemi, dari mulai yang postponed, sampai akhirnya si postponed jadi cancel. Jadi memang pasti ngalamin banget gitu kehilangan pekerjaan itu. Dan yang bikin sedihnya karena dadakan sih. Benar-benar jebret, nggak ada persiapan. Bagaimana loe bersiasat agar tetap mendapat pemasukan selain menjadi Show Director? Jadi tukang baso (baso aci) [tertawa]. Sebenarnya gini, kalau dilihat siasat pendapatan waktu itu ya, mungkin gini, gue termasuk beruntung. Walaupun waktu kejadian nggak tau ya. Waktu kejadian, gue nggak tau akan terjadi seperti itu. Tapi gue beruntung, ketika akhirnya gue benar-benar kosong itu hanya sekitar 2,5 bulan karena di pertengahan Juni itu ternyata sudah ada virtual event pertama gue. Jadi gue tidak merasakan terlalu banyak, secara perekonomian ya. Gue cuma merasakan dua bulan kosong nih. Tapi ketika itu terjadi waktu itu musti mikirin ngapain. Akhirnya, ya mencoba industri lain kan, usaha lain. Karena waktu itu mungkin akhirnya malah jeleknya adalah ikut tren yah. Oh, nyobain kuliner nih kayaknya seru nih dan nyari memang jenis kuliner yang orang-orang suka dan nggak terlalu mahal. Karena semua lagi ngalamin itukan. Gitu. Jadi pernah mencoba ke kuliner dan Alhamdulillah rugi. Tahu nggak kenapa? Karena akhirnya gue atau suami gue waktu itu lebih suka ngasih. Maksudnya gini lho, “Eh, loe cobain deh makanan gue!”. Loe cobain akhirnya yang gue jual mungkin hanya sepertiga dari semua jualan gue. Sisanya gue bagi-bagi. Jadi mungkin waktu itu. Jadi punya kesimpulan bahwa kayaknya enggak nih, gue nggak bisa usaha. Nah, untungnya di 2,5 bulan sesudah itu dari mulai pertengahan Juni sampai sekarang virtualnya jalan dan malah jadi banyak juga. Waktu nggak bisa gantiin ya. Sangat tidak bisa menggantikan. Tapi akhirnya kalau ditanya survive hidup gue, akhirnya gue balik ke event. Balik ke show akhirnya. Apa hal yang menjadi pembelajaran sangat berharga? Satu yang pasti, tadi bahwa nggak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan hidup kita, dengan pekerjaan kita. Terutama, jangankan kita yang sebagai freelancer atau profesional. Orang yang settle as karyawan pun digaji setiap bulan pun bisa mengalami ketidakpastian ketika hal-hal seperti kemarin. Kan larinya sudah pandemi. Jadi memang satu adalah saving. Itu yang pasti, harus. Nabung itu harus. Jangan sampai loe keblinger dengan wah gue lagi dapat banyak. Apalagi freelancer gitu ya. Sebulan lagi banyak event nih. Memang harus benar-benar saving. Itu pasti. Kedua, memang benar bahwa walaupun gue belum menemukan apa itu, tapi memang harus ada hal lain yang kita lakukan yang bisa menjadi income buat kita di luar main– nya kita dan itu memang harus wirausaha. Jadi nggak bisa kita kerja lain di luar bidang kita. Tapi tetap kerja sama orang karena biar gimanapun kalau buat gue adalah kita ternyata tidak bisa menggantungkan hidup kita sama siapapun termasuk pemerintah. Keadaan berangsur membaik, sudah mulai banyak taping-taping secara online termasuk di dunia musik. Apakah usaha yang sebelumnya loe jalankan masih berjalan? Tentu tidak, saya makan sendiri sekarang. Nggak euy. Justru itu, makanya jeleknya gue adalah tadi balik lagi. Ketika gue, sekarang gue lagi banyaknya investasi lebih. Jadi bukan usaha sesuatu tapi ketika sekarang gue punya penghasilan gue investasi buat sesuatu. Tapi tidak menutup bahwa gue membuka sekarang ini ya. Sementara ini ya harus sih harus memang. Pengin kepikiran tapi masih mempertimbangkan antara membuka usaha di luar yang gue kerjain sekarang atau masih berhubungan. Ya plus minusnya kalau yang masih berhubungan ketika pandemi jatuh, jatuh semua. Cuma kalau mencoba sesuatu yang baru nah gue harus lebih banyak belajar aja sih. Lebih banyak tau. Jadi sekarang yang paling cepat bisa dilakukan sebetulnya lebih ke investasi sih. Jika pandemi berlalu dan rutinitas biasanya sudah kembali semula. Apakah loe berpikir untuk membuka usaha lain? Kepikiran tapi belum tau apa. Antara gue mau bikin usaha di dalam industri gue sendiri contohnya buka penyewaan clear com (HT). Itu masih bagian area gue atau gue bikin di luar itu. Gue balik ke kuliner, gue belajar lagi. Kalau kepikiran, kepikiran. Tapi sampai saat ini belum menjalankan. Lebih kayak gitu sih. Harus, harus karena ya tadi gue harus punya sesuatu yang lain ketika amit-amit. Amit-amit jangan deh pandemi terjadi lagi atau apapun terjadi lagi harus siap. Lebih siap. Bagaimana loe memaknai Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 9 Maret? Buat gue, Hari Musik Nasional itu saatnya kita mengapresiasi apapun yang berhubungan dengan musik. Tidak hanya karyanya saja. Tapi semua elemen yang ada di situ dan karena gue jadi bagian di dalamnya jadi tau gitu bahwa musik itu turunannya banyak banget. Banyak banget dari mulai tadi yang karyanya, artisnya, dan elemen lainnya sampai orang-orang event kayak gue sampai pekerja-pekerja lain. Jadi, Hari Musik Nasional tuh saatnya kita mengapresiasi. Apalagi kita yang hidupnya di situ. Dan pastinya kalau buat gue tahun ini pasti akan sangat berbeda yah. Cara kita mengapresiasi Hari Musik Nasional itu karena mungkin kita malah jauh lebih menghargai, jauh lebih tau bahwa ya itu adalah sesuatu yang harus kita apresiasi banget gitu musik dan semua elemennya.
2. Bayu Fajri Hadyan – Bayusvara
Apakah loe mengalami kerugian dalam menjalani usaha saat pandemi corona datang? Oh, iya banget sih. Kerugian pastilah karena namanya kita biasa punya pemasukan, biasa stabil gitu ya. Industri kita jalan 2019 lagi makmur-makmurnya. Tiba-tiba pandemi, off semua. Izin keramaian dan segala macam hal yang berhubungan sama kerjaan kita otomatis di– postponed kan. Ditunda atau dibatalin. Otomatis kerugian pasti terjadi banget sih.Bagaimana loe bersiasat agar tetap mendapat pemasukan? Itu dia. Jadi ceritanya, sebenarnya awal pandemi datang. Kita pasti ada ekspetasi kan, aduh corona, sebulan, dua bulan, tiga bulan. Gitu kan kita mikirnya. Tapi masuk bulan kedua COVID. Gue nggak ngeliat ada titik cerah lah dari industri yang dijalani khususnya industri live event. Jadi, ketika masuk bulan kedua, April mau ke Mei tuh ya. Mau masuk bulan puasa gue mikir nih, kan nggak mungkin ya kita zero income banget. Semua kru juga sudah pada resah. Sementara saat itu gue cuma bisa nyisain gaji untuk semua yang kerja sampai bulan itu doang. Jadi masuk bulan ketiga nih kayaknya gue kalau nggak ada pergerakan bisa gugur nih. Akhirnya, kita coba waktu itu diskusi sama teman-teman semua kru yang kerja staf-staf gitu yah. Kita harus pindah nih, pindah industri dulu karena kalau kita ngarepin dari event nih belum ada titik cerah sama sekali. Jadi waktu itu ceritanya, bini gue dapat notifikasi bahwa ya salah satu sayur online yang paling besar gitu ya. Tiba-tiba mereka mem- postponed produksinya karena overload. Jadi saat itu baru COVID kan orang ternyata belanja online. Di situ gue ngeliat opportunity. Wah kayaknya bisnis kayak gini nggak bakal mati nih karena orang butuh terus kan. Akhirnya, diskusilah. Men, kayaknya kita pindah ke groceries deh delivery gimana. Wah, groceries gimana. Ya, kita cari lubangnya dulu saja. Kita nyari pasar, cari supply, produknya apa saja kita listing kita pilihin deh yang paling bagus buat diantar ke customer. Jadi kita marketing- nya online saja, apa segala macam. Syukurnya waktu itu sebagian besar staff gue siap gitu, mau. OK kita belajar deh industri kayak gini. Akhirnya, di situ kita cari ceruk bahwa permintaan yang tinggi di groceries online akhirnya kita ubah si Bayusvara itu sementara pakai nama, waktu itu ngasal saja namanya, namanya Segarsvara ya, biar masih ada sangkut pautnya karena infrastrukturnya, pake infrastruktur rental semua. Mobil-mobil pickup- nya mobil-mobil pickup rental. Yang kerja orang-orang rental. Gudangnya waktu itu pakai gudang rental. Jadi, akhirnya pakai cara itu. Alhamdulillah kita bisa berjalan tuh masuk bulan ketiga pandemi. Sampai sekarang usahanya masih berjalan? Alhamdulillah, masih. Jadi sebenarnya seperti bisnis serupa ya. Bisnis yang high demand sesaat pasti akan cepat juga turunnya kan. Segarsvara tuh gue inget banget fixed– nya tiga bulan pertama. Begitu masuk bulan ke empat tuh Agustus, September, Oktober, November landai terus penjualannya tuh. Tapi sebenarnya subsidi silang dari si rental si Bayusvaranya udah mulai jalan saat itu. Jadi ketika Segarsvaranya mulai drop, si Bayusvaranya udah mulai ada tuh event-event online. Kita sudah mulai adaptasi tuh. Sudah mulai berangkat juga lah, sudah ada kerjaan-kerjaan. Walaupun jauh banget yah dari yang sebelum pandemi, masih jauh banget. Akhirnya, ketika si Segarsvaranya landai. Akhir tahun tuh November – Desember gue sempat mikir. “Wah, nih diterusin nggak yah?” Soalnya kompetisinya makin berat yah di bidang groceries. Jadi pemain-pemain besarnya makin gila-gila promonya. Sementara kita yang konvesional banget kan dari supplier disortir, diantar ke pelanggan. Kita akan sulit bersaing secara harga. Tadinya pikir apa diterusin saja ya, tapi kalau ditutup sementara kerjaan di event belum nampung semua SDM kita. Jadi kalau seandainya kita tutup, wah ada yang nggak dapat kerjaan nih. Sementara ada orang-orang yang sudah mulai bergantung penghasilan dari si Segarsvara kan. Akhirnya, dari situ gue putar otak lagi. Lagi-lagi inspirasinya bini gue. Ceritanya dia lagi program mau makan sehat karena abis melahirkan. Makan sehat tuh sudah konsultasi ke dokter online. Makannya harus ini, ini, ini. Ternyata, makan sehat tuh yang paling malas preparation kan. Bahan makanan dipotong-potong, dibersihin, dibumbuin tuh paling malas. Trus gue akhirnya trial lagi, Men, kita nggak usah tutup deh. Kita banting stir lagi saja dari groceries general kita coba ke paket makanan sehat siap masak. Jadi tetap groceries, tapi speciality nya adalah already prepared groceries. Jadi sudah tinggal, kayak masak mie instan lah orang. Nah dari situ kita switch di Desember ke situ. Alhamdulillah demand nya naik lagi. Jadi berjalan deh sampai sekarang. Jika pandemi berlalu dan rutinitas biasanya sudah kembali. Apakah usaha yang loe bangun di masa pandemi akan terus berlanjut? Kemungkinan iya, karena jadi pandemi nih gue belajar banyak banget ya. Kalau ternyata kalau kita hanya bergantung dari satu pintu bisa bahaya juga. Gue nggak kebayang sih kalau waktu itu gue nggak ngejalanin si Segarsvara nih gue bakal berakhir seperti apa. Sebenarnya kan di industri kita ada season drop juga ya. Gue bertahun-tahun ngejalanin, gue tuh pasti pusing mau masuk bulan puasa, sama awal tahun ya. Habis tahun baru tuh, pasti ada titik pusing, di mana event- nya sedikit permintaannya sedikit. Sementara kita tetap harus jalan terus kan, cost. Tapi dari pelajaran yang gue ambil jalanin Segarsvara, bisnis groceries justru titik peak point- nya tuh kebalikannya industri bisnis event. Jadi awal tahun, sama apalagi mau Tahun Baru Cina. Awal tahun sama mau Lebaran, bulan puasa. Wah permintaannya tinggi banget. Jadi gue berpikir bahwa dua unit usaha yang gue jalanin ini sebenarnya saling melengkapi nih. Jadi dia bisa jadi solusi juga, ketika gue lagi pusing event sepi ya awal tahun sama bulan puasa. Si Segarsvara nih justru lagi puncak-puncaknya nih. Kayaknya kemungkinan besar akan gue teruskan sih kedua usaha ini. Apa hal yang menjadi pembelajaran berharga dari masa pandemi ini? Pelajaran nomor satu, memang kita nggak bisa main aman. Kalau loe bilang kita harus kreatif, harus apa, ya benar sih, itu cara buat survive. Capek, gue nggak bilang ngejalanin ini semua nggak capek. Bohong banget, oh enak kok dapat duitnya doang. Oh enggak, capek banget. Tapi kalau kita nggak capek, die juga kita semua kan. Emang ya itu dia sih, memang semua harus capek yah. Nggak bisa dapat enaknya doang. Yang kedua, ternyata kalau kita bisa melihat peluang, opportunity dimana harusnya sih memang harus versatile sih. Jadi kayak “oh iya ya gue bertahun-tahun gitu menjebloskan diri di dunia audio, dunia event, dunia musik gitu.” Ternyata kalau kita nggak versatile saat itu sebenarnya saat pintu yang ini ketutup berat banget ya. Memang harus bisa cepat adaptasi ke bentuk ketrampilan yang lain, kemampuan yang lain. Sama yang terakhir, gue pribadi iya kalau usaha tuh kita nggak bisa larut dalam euforia demand yang besar. Ini sih sebenarnya personal, tapi nggak apa-apa gue share saja. Jadi, 2019 akhir. Itu kan gue 2019 baguslah si Bayusvara ya penjualan, event nya apa segala macam. 2020 gue berpikir bahwa wah ini lebih gila lagi nih. Nah gue tuh mau ekspansi lagi ke equipment yang lebih besar lagi saat itu. Biar bisa nyikat-nyikat masuk main ke festival juga. Akhirnya, di akhir tahun 201 9 gue melakukan investasi besar dan itu flop banget sih masuk ke 2020. Itu jadi satu pelajaran banget sih jadi kayak oh iya ya memang ibaratnya gini, gue dulu memulai si rental si Bayusvara dari 2013 tuh kan dikit-dikit nambahnya dari yang level kondangan, nambah-nambah masuk ke gigs, masuk ke acara-acara kampus, sekolah. Lama-lama gede. Memang lompatan yang gue lakukan di 2019 itu rada ekstrem sih. Dengan modal yang besar gue berpikir, wah bisa langsung nih ekspansi besar ternyata itu bahaya juga. Memang paling benar seperti yang dulu dilakukan, sedikit-sedikit. Bagaimana loe memaknai Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 9 Maret? Gue memaknai Hari Musik Nasional tuh sebagai apa ya, bahwa sebuah titik di mana kita merasa diakui hal yang kita jalani, hal yang kita cintai, hal yang kita kerjain ini adalah diakui. Dan ini bukan cuma si musisinya aja ya karena musisi itu, musik itu industrinya menurut gue luas, dan banyak banget orang yang terlibat di dalamnya. Tapi selama ini kita masih melihat ini tuh musik sebagai sektor informal lah bukan sektor yang serius. Bahkan mengklaim musik sebagai pekerjaan masih dianggap aneh banget kan sekarang. Jadi Hari Musik Nasional menurut gue sebuah titik di mana kita nih yang kerja di dalamnya, yang berkegiatan di dalamnya itu merasa diakui. Kayak “oh iya ini gue nggak sendirian ya”. Maksudnya gue senang, kayak kemarin Hari Musik Nasional teman-teman musisi, sampai kru-kru band, atau orang-orang panggung gitu nge- post Selamat Hari Musik Nasional. Itu kayak ada spirit lagi bahwa “oh iya yah industri yang kita jalanin ini memang nggak bisa disepelein nih, ini memang titik di mana kita senang hidup di jalan yang ini.” Lebih kayak gitu sih gue memaknai Hari Musik Nasional.
3. Boby Endrasworo – Kru dari MALIQ & D’Essentials
Apakah loe kehilangan pekerjaan saat pandemi corona datang? Dibilang kehilangan pekerjaan enggak. Cuma ke- pending aja pekerjaan-pekerjaan gue sebelumnya. Gue rasa nggak cuma gue aja kali ya. Banyaklah teman-teman yang lain, yang di bidang-bidang lain pun banyak yang tertunda kerjaannya gitu kan. Bagaimana cara loe bertahan dan berapa lama proses bermanuver agar tetap mendapat pemasukan selain dari musik? Cara bertahannya ya gue harus nyikapinnya harus dengan sebisa mungkin dengan bijaklah karena kalau gue mikirnya yang ini itu akan kembali ke diri gue sendiri akhirnya. Cari tahu dulu infonya. Ini apa sih. Pandemi ini apa, virus corona itu apa. Gue cari tahu dulu informasinya. Seiring berjalan cari tahu. Baru kita pikirin cari solusinya apa.Ya sudah pada intinya saat ini kan, anggaplah ini bencana yang global bisa dibilang. Nggak cuma diri gue atau teman-teman yang lain. Gue pikir gue harus menyikapi dengan menerima keadaan. Gue harus bisa terima. Mungkin nggak cuma ini kali ya. Negara kita saja goyang karena nggak mampu menjawab itu semua. Gue coba menyikapinya bijaksana. Gue berpikir jernih gimana caranya nih kehidupan harus berjalan. Mau nggak mau gue harus banting stir. Apa saja coba gue lakuin. Yang tadi biasanya gue narik-narik troli alat (peralatan band) segala macam karena keadaan ini jadi nggak bisa tuh. Sudah harus terus cari peluang, cari jalan terus pasti ketemu deh. Nah, gue baru ketemu tuh sekitar 2-3 bulan setelah pandemi karena dua bulan di awal pandemi isu virusnya mematikan. Orang juga ngeri kan. Wah nih virus mematikan. Tapi berjalannya waktu kan, informasi masuk terus. Ternyata begini. Pemerintah bikin peraturan begini. Kita ikutin aturan pemerintah. Kita cari celah dari situ deh. Apa usaha yang dijalani? Gue kemarin sempat buka usaha dagang sate taichan karena kebetulan ada saudara, yang gue pernah coba makanan. OK nih gue bilang dan untuk makanan OK dia punya taste. Dan satu makanya gue berani untuk jalanin usaha makanan karena makanan doang yang kita nggak bisa download. Iya dong? Mau nggak mau kita harus makan ya nggak. Harus ketemu fisiknya. Bagaimana strategi loe menjalani usaha tersebut? Via online, gue masuk lewat Go-Food juga kemarin sambil manfaatin social media karena usaha kita baru. Pokoknya segala peluang. Bahkan gue maunya masuk mal karena kita kan dagang jualan. Jualan mah di mana aja. Masih berjalan usahanya? Sampai saat ini masih berjalan, cuma kondisi saat ini yang buat gue harus istirahat dulu sebentar. Sate taichan kan cenderung dengan sambal yang pedas. Harga cabe sekarang 150 ribu. Akhirnya untuk sementara gue harus berpikir juga kalau gue jalanin terus risiko juga karena satu kilogram bisa buat dua ekor ayam. Jadi, untuk sementara gue pending dulu karena babak belur juga ngadepinnya. Jika pandemi berlalu dan rutinitas biasanya sudah kembali. Apakah usaha yang loe bangun di masa pandemi akan terus berlanjut? Gue berharapnya terus lanjut. Begitu nanti pandemi selesai, gue mau terus jalani karena ini peluang. Peluang yang bagus. Bagaimana loe memaknai Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 9 Maret? Kalau dari gue terus aja berkarya sebagai seniman. Berikan karya terbaik buat bangsa. Hasilnya biar mereka yang nilai. Kuncinya untuk para seniman, jangan putus asa.
4. Davian Akbar – Fotografer dari Barasuara
Apakah loe kehilangan pekerjaan saat pandemi corona datang? Kehilangan banget sih pasti sih. Awal-awal tuh kemarin Maret pertengahan ya 2020 kemarin. Benar-benar sama sekali tugas hilang semua, mulai satu satu di- cancel. Terus ya sudah mulai bingung kayak, satu minggu sampai tujuh minggu pertama masih OK lah. Ya sudah libur dulu aja mungkin ya. Tapi ketika sudah penghujung Maret, sudah mulai mikir nih. Ini gimana caranya supaya tetap dapat penghasilan. Akhirnya, gue bikin sama teman gue. Teman gue kan kebetulan kerja karyawan kantor. Mereka juga kena PHK. Akhirnya gue mikir “coba dagang kali ya?”. Gue awal-awal tuh sempat kepikiran dagang si masker kain tuh. Sampai akhirnya masker sudah jalan. Nyoba lagi nih, ketemu sama teman gue lagi. “Mau coba bisnis lain nggak?”. Lemon peras sendiri. Kita belanja lemonnya, kita peras sendiri. Jalanlah si lemon itu. Ada kan sebulan tuh (April-Mei) produksi si masker dan lemon itu. Strategi pemasarannya? Gue nggak pernah mikirin sih. Dagang itu kan ada bagian-bagiannya. Loe urusan ngambil si barangnya, ada bagian yang meresinnya, gue bagian marketing. Jadi bisnis selama corona ini, gue selalu di marketing karena gue bisa mengandalkan Facebook dan Instagram. Social medianya gue yang pegang. Akhirnya, loe mau dagangnya kayak gimana nih. Gue research. Pas dagang lemon, gue searching nih, orang tuh dagang lemon kayak gimana sih? Karena gue sebelumnya nggak pernah dagang lemon ataupun masker kan. Nah, karena gue orangnya nggak pernah ngomong ‘baik’ ya [tertawa], gue suka ngomong kasar, gue bilang “sudah sini gue yang ngurus deh”. Ya sudah, gue cuma taruh (lemon) di meja , gue post, “beli dong lemon gue anj**ng”. Gue gituin saja. Iseng doang awalnya, ngetes. Ini DM-DM yang masuk, bagaimana sih responnya. Pas gue lihat, cuma balas pada ketawa-ketawa saja, nggak ada yang beli [tertawa]. “Loe dagang lemon gini banget sih bro, kocak”. Gue nggak mikirin itu dulu. Ya sudah, akhirnya gue bikin pakai hashtag tuh, hashtag LemonAJG. Jadi dulu orang kalau ngatain gue LemonAJG gitu. Akhirnya gue iseng ngerapihin templatenya di Instagram, akhirnya gue bikin trademark itu si LemonAJG. Lumayan lah, pembelinya sudah ada. Terus akhirnya gue iseng lagi, cara ordernya gimana sih. Gue bikin tuh template lagi. “Bang, mau order lemon hashtag AJG dong.” Dan akhirnya setelah itu, yang masuk ke gue sekarang formatnya itu. Iseng-iseng doang sebenarnya. Jika pandemi berlalu dan rutinitas biasanya sudah kembali. Apakah usaha yang loe bangun di masa pandemi akan terus berlanjut? Terus sih. Sebenarnya kan maksudnya yang gue bangun banget itu kan si lemon, alhamdulillah masih jalan gitu. Ya kalau misalnya mereka lagi down gitu, gue tetap ngebantu, ngepromoin lagi. Nah kalau misalkan Garasi Pekayon sih, alhamdulillah, jauh sebelum gue masuk, mereka sebenarnya sudah jalan. Tetap berlanjut. Maksudnya, gue masih senang untuk di luar motret ya di Instagram. Bagaimana loe memaknai Hari Musik Nasional yang diperingati setiap 9 Maret? Musik kan sudah jadi bagian hidup gue sehari-hari sebagai fotografer. Ketemu sama siapapun yang ujung-ujungnya di musik juga. Misalkan gue lagi ikut klien baru, pas gue masuk video, yang ngerjain itu-itu lagi, yang berdekatan dengan musik, dia-dia lagi. Jadi sebenarnya ya, mau siapapun klien gue mau itu yang baru atau lama, di dalamnya ketemunya ya itu-itu lagi.
5. Rifanda Putri – Manajer dari ‘.Feast’
Apakah loe kehilangan pekerjaan di masa pandemi? Kalau kehilangan banget sih sebenarnya enggak. Kayak gue masih salah satu yang lumayan beruntung dan Alhamdulillah juga gue masih kerja, dan masih digaji juga. Cuma memang ada beberapa per- forecast– an duit gue lumayan berantakan karena awalnya adalah dari forecast gue itu ada hitungan pemasukan buat panggungan. Which is beberapa panggung yang memang sudah fixed dan sudah ada tanggalan sebelumnya. Nah, tapi ternyata setelah ada pandemi ini ternyata forecast itu semuanya panggungan nggak jadi. Ada yang minta dibalikin DP- nya lah, berapa persen dan segala macam. Ada yang cancel lah. Jadi agak lumayan berantakan. Jadi semua itu gimana caranya gue menanggulangi si plan forecast gue dengan cara gue mencoba usaha makanan. Bagaimana cara loe bertahan di masa pandemi dan bermanuver selain dari musik? Sebenarnya sih sekarang juga masih struggling ya. Kayak masih mencari-cari cara, kayak gue harus ngapain lagi ya biar ada duit lagi nih. Cuma sekarang sudah ada beberapa, kayak virtual concert, mungkin memang nggak seperti sebelumnya. Cuma sudah lumayan berasa. Maksud gue adalah cari cara lain dengan jualan cookies (Kuki Wacky) sama satu lagi jualan sambal. Tapi jualan sambal itu masih on progress, kita masih ada beberapa yang mesti dikelarin.Ya, hopefully sih bulan depan lah gue sudah mulai jualan lagi. Jadi makanya gue mencari cara, jualan cookies kayaknya masih kurang. Akhirnya, gue coba cari cara lain deh. Gue jualan apa lagi nih supaya bisa menutupi beberapa hal-hal yang harus gue bayar untuk menghidupi gue. Bagaimana strategi loe menjalani usaha tersebut? Itu gue lumayan agak burning juga sih. Soalnya kan gue memang ngirim ke beberapa teman-teman gue yang memang into sama makanan kan. Kayak mereka tuh suka makan ini, dan gue benar-benar cari orang yang “loe cobain deh, menurut loe enak nggak?”. Mungkin sudah ada beberapa ratus orang lah sudah gue suruh cobain cookies gue itu. Terus kan tiap gue mau rilis new variant gitu gue harus ngirim ke mereka dengan secara cuma-cuma. Dengan gue dapat feedback, dapat input, gue kurang apa, dan segala macamnya. Jadi memang lumayan agak burning, itu salah satu bentuk strateginya sih. Harus ngasih ke orang-orang yang bisa ngasih feedback mengenai jualan gue ini. Jika pandemi sudah berlalu, rutinitas biasanya sudah kembali. Apa usaha loe terus berlanjut? Masih sih. Bahkan kayaknya kalau misalnya ini (pandemi) berakhir kayaknya gue pengin ada offline store juga. Kalau misalnya gue ada rezeki, gue mau buka offline store yang memang day by day orang bisa datang dan orang bisa makan di tempat, segala macam. Ya, itu salah satu mimpi orang-orang juga sih kayak punya toko sendiri, orang bisa dine-in segala macam. Mungkin sekarang masih agak risky karena masih ada beberapa yang mungkin takut blend-in, maunya cuma grab and go doang dan take away. Jadi kayak buat sekarang pun gue malah nggak kepikiran untuk bikin offline store karena benar-benar masih riskan banget. Tapi kalau setelah pandemi ini gue pengin banget punya offline store. Bagaimana loe memaknai Hari Musik Nasional? Kalau sekarang gue masih kayak memikirkan industri kayak lebih menghargai orang-orang yang masih struggling yang masih hidup dari musik yang memang full time– nya dari musik. Terutama crew yah yang mungkin sangat terdampak. Gue sih malah penginnya kita semua ini mencoba untuk kayak membantu beberapa crew terutama yang memang butuh bantuan. Kita sebagai musisi atau kita yang masih punya privilege malah kita gimana cara kita bisa membantu teman-teman yang sebelumnya memang full time di musik. Gue penginnya kayak kalau kita mikirin terus kapan manggung offline nggak ada yang bisa jawab juga. Jadi dari kitanya gimana cara kita bisa gerakkin industri terus bertahan. Kita sama-sama saling bisa bantu.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Dirty Racer Buktikan Cinta Sejati Itu Ada Lewat Single Vespa Merah
Setelah merilis single “Percaya” dan “Untitled” pada 2015, unit pop punk asal Lampung, Dirty Racer kembali dengan yang terbaru dalam tajuk “Vespa Merah” (08/11). Dirty Racer adalah Galang Rambu Anarki (vokal, bas) …
Circle Path Memaknai Candaan Jadi Hal yang Serius di Single Teranyar
Setelah merilis single “Down In The Dumps” tahun lalu, Circle Path melanjutkan perjalanan mereka lewat peluncuran single anyar “Take This As A Joke” hari Senin (11/11). Pengerjaan single ini dilakukan secara independen dan mereka …