Di Balik Panggung Hammersonic Festival 2024

May 8, 2024

Hammersonic Festival 2024 sukses berlangsung tanggal 4 dan 5 Mei di Carnaval Ancol. Festival musik keras terbesar se-Asia Tenggara garapan Ravel Entertainment ini sekali lagi membuktikan kemampuan untuk memuaskan dahaga para metalhead yang ingin menyaksikan idola mereka.

 

Setelah batal berbagi panggung dengan Bring Me the Horizon tahun lalu, Saosin berkesempatan menyapa penggemar di Hammersonic tahun ini. Nama-nama internasional yang tak kalah memukau bergantian tampil seperti A Day To Remember, As I Lay Dying, Suicide Silence, Lamb Of God, dan masih banyak lagi.

Tak ada yang sempurna dalam sebuah penyelenggaraan. Hammersonic terpaksa melewati hal tersebut dengan batalnya Converge dan Alesana di panggung mereka. Kami pun berbincang dengan Dede Rianta sebagai Representative Ravel Entertainment seputar pembatalan.

Pria berkacamata yang kerap disapa dengan nama Deri ini menjelaskan, pembatalan jelas menimbulkan kerugian bagi pihak Hammersonic dan Ravel Entertainment karena penonton menumpahkan kekecewaannya kepada mereka.

“Pasti tetap kami usahain ada pengganti kalau misalnya sudah mepet. Kesempatannya berat sih. Tapi ada satu agent (yang menangani) beberapa artis, jadi bisa kami alihin ke artis lain. Jadi gak perlu kami tarik bandnya. Misalnya lebih mahal, tinggal ditambahin lagi,” kata Deri.

Deri sebagai Representative Ravel Entertainment / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Saat ditanya mengenai harapan untuk menjadwal ulang Converge dan Alesana, Deri menegaskan tim Ravel Entertainment akan mengusahakan untuk mewujudkannya. Namun, ia mengembalikan kepada band yang bersangkutan terutama jadwalnya.

“Kalau mereka oke, dapat tanggalnya, pasti kami bawa balik ke sini,” pungkasnya.

Peran Deri untuk menembus area balik panggung selama 2 hari sangat membantu kami untuk membuat artikel ini. Pophariini salah satu dari 150 media yang meliput Hammersonic, membuktikan musik keras memang ramai peminatnya.

Area pengambilan ID media di dekat gerbang masuk Hammersonic / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Banyaknya penampil lokal di Avalanche dan Beast Stage membuat kami penasaran untuk menelusuri situasi dan kondisi di baliknya. Simak langsung di bawah ini.


 

Hari Pertama

Saat baru memasuki balik panggung, kami langsung bertemu dengan para personel Gorebomb asal Bekasi yang baru saja menyelesaikan setnya di Avalanche Stage. Fiqi, sang vokalis menyapa dan mengatakan dengan semangat kepada kami, bahwa ia dan rekan-rekannya berhasil memantik circle pit dan wall of death pertama di Hammersonic Festival 2024.

Hammersonic menjadi festival sakral bagi Gorebomb karena inisiasi terbentuknya mereka tercetus di perhelatan ini tahun lalu dan Hammersonic adalah panggung besar pertama Gorebomb sejak terbentuk.

Gorebomb usai tampil di Avalanche Stage / Dok. Syauqi Ibrahim

 

“Sebelum kami itu Strangers main di Empire Stage, gue takutnya sepi. Ternyata basian dari Strangers pada masuk ke stage gue semua. Jadi crowd-nya lumayan pecah banget,” ucap Fiqi.

Tak jauh dari lokasi Gorebomb, ada Sisi Selatan yang sedang santai usai tampil di Beast Stage. Band metalcore asal Wonogiri ini membawa pesan yang sangat menarik di penampilan perdana mereka di Hammersonic.

“Wonogiri kan kalau di Indonesia sudah identik dengan bakso dan mie ayamnya. Kami bukan pengin mengubah image, tapi ingin menambah image. Ketika orang mendengar kata ‘Wonogiri’, maka yang teringat di kepala mereka adalah Sisi Selatan. Itu niatan pertama kami,” tegas Ronald sang vokalis.

Sisi Selatan menikmati waktu santai di balik panggung Hammersonic / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Mengaku pernah beberapa kali menjadi penonton Hammersonic, para personel Sisi Selatan memberikan kesan mereka tentang pengalaman menjadi penampil dan menikmati area balik panggung.

Backstage udah pasti pengalaman baru karena ketemu teman-teman metalheads se-Indonesia. Kami jadi kenal sama band dari Medan, Bali, dan Jakarta. Brotherhood-nya kuat banget di Hammersonic,” ucap Adi, pemain gitar Sisi Selatan.

Di Hammersonic tahun ini memang banyak menampilkan band lokal dari berbagai daerah. Rebellion Rose asal Jogja salah satu yang memiliki kisah menarik, karena demi tampil di Hammersonic, band yang baru tiba di hari penyelenggaraan rela mandi di SPBU sekitar Ancol.

Rebellion Rose rela mandi di SPBU untuk tampil di Hammersonic / Dok. Syauqi Ibrahim

 

“Dari Jogja itu subuh, kami tidur di jalan. Niatnya kami mau mampir di rest area biar enak mandi-mandinya. Tapi ternyata kehabisan rest area, sudah keluar tol dan masuk Jakarta, akhirnya kami mandi di pom bensin dekat sini [tertawa]. Tapi seru, kami antre 2 kamar mandi dan sempat diburu-buruin Ibu-ibu tadi,” kisah Max, gitaris Rebellion Rose.

Usai berbincang dengan 3 band tersebut, sembari menunggu jadwal wawancara selanjutnya dengan Modern Guns, kami sempat mengabadikan momen para kru bekerja mengangkat instrumen dari band yang mereka tangani.

Kru memiliki peran penting demi penampilan band / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Modern Guns yang didaulat tampil di Avalanche Stage pukul 16.30 WIB merasa Hammersonic berkembang secara pemilihan lineup dibanding tahun-tahun sebelumnya. Chads (gitar) mengungkapkan genre dari penampil lebih variatif dan tidak hanya fokus di gaya musik metal dan turunannya.

“Kalau dilihat dari lineup-nya makin ke sini makin beragam sih, maksudnya gak cuma metal ya. Tapi esensi metal festivalnya jadi agak berkurang aja kalau menurut gue, tapi kalau dari segi acara jadi lebih berwarna,” ucap Chads.

Modern Guns rehat sejenak di balik Avalanche Stage / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Dalam sesi wawancara dengan Modern Guns, mereka memberi kabar sedang dalam tahap penggarapan album anyar setelah terakhir meluncurkan album We Are Strangers After All di tahun 2019.

Kabar lain dari Modern Guns, mereka bakal menjadi salah satu band pembuka untuk konser Arch Enemy tanggal 23 Mei 2024 di Kota Peruri, Jakarta Selatan berbagi panggung dengan Burgerkill, Noxa, Straightout, Konfliktion, dan Ejakula La Vampira.

Penampil lokal terakhir yang kami temui di Hammersonic 2024 hari pertama adalah Killing Me Inside Reunion yang saat itu membawakan set spesial dari album perdana mereka, A Fresh Start for Something New. 

Lagu-lagu dari album berjudul “Suicide Phenomena”, “Blessed by The Flower of Envy”, “A Letter of Memories”, “Forever”, dan “Torment” dibawakan mereka di Avalanche Stage dan sukses membangkitkan memori pecinta musik screamo tahun 2000-an.

Berkat bantuan dari Tri Wardoyo sebagai manajer Killing Me Inside Reunion, kami berhasil mengabadikan momen di balik panggung sekaligus berbincang tentang penampilan mereka di Hammersonic.

Tri sendiri memang sempat menjadi manajer Killing Me Inside di masa kejayaannya dulu, dan sekarang kembali menangani Killing Me Inside Reunion.

Tri Wardoyo kembali menjadi manajer Killing Me Inside format reuni / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Sebagai orang yang menyaksikan penampilan perdana formasi reuni mereka di salah satu festival tahun 2019 lalu, saya secara pribadi merasa aksi kali ini mengalami perkembangan yang jauh lebih baik. Saat ditanya mengenai hal ini, Sansan, Onad, dan Raka mengakui mereka memang sudah serius sejak meeting perdana untuk tampil di Hammersonic.

 

Raka mengipasi Onad yang kepanasan setelah manggung / Dok. Syauqi Ibrahim

 

“Kemarin tuh benar-benar baru duduk Onad langsung nanya, ‘Jadi besok gimana nih kita?’. Kami sebenarnya agak syok juga. Cuma ini baru stage pertama ya, sebenarnya ini bakal jadi kelanjutan di setiap stage kami at least di tahun 2024,” jelas Sansan.

Sansan memastikan Killing Me Inside Reunion akan membawa set A Fresh Start for Something New ke panggung selanjutnya / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Bicara soal album A Fresh for Something New, ketiga personel merasa album merupakan karya yang membuka jalan ke berbagai kesempatan, yang mengantar mereka ke titik kesuksesan masing-masing saat ini.

“Menurut gue Sansan gak akan di Pee Wee Gaskins, Raka gak di Vierratale, gue gak di posisi gue kalau gak ada album itu. Jadi album itu sakral,” tegas Onad.

 

Hari Kedua

Di hari kedua Hammersonic 2024, kami membuka obrolan dengan Iwan Hoediarto selaku perwakilan Hammersonic Records yang ikut bertanggung jawab dengan pemilihan barisan penampil lokal Hammersonic.

Iwan membuka wawancara dengan sedikit menceritakan perjalanan terbentuk Hammersonic Records.

“Terbentuknya Hammersonic Records itu kurang lebih 8-9 bulan yang lalu. Ini adalah hasil dari pembicaraan Ravel, saya sendiri, dan Timotius Firman (DJ St. Loco),” jelas Iwan.

Dalam memilih lineup lokal tahun ini, Iwan memang mengincar band-band dari berbagai daerah yang belum pernah unjuk gigi di Hammersonic. Selain itu, kualitas materi musik, visual, penampilan live, produksi, dan penyebaran merchandise menjadi aspek penting dalam pemilihan band-band tersebut.

Iwan Hoediarto perwakilan dari Hammersonic Records / Dok. Syauqi Ibrahim

 

“Band yang kami undang memilihnya whole package dulu. Kalau bandnya bagus, tapi produksiannya gak punya sound engineer, terus juga logo gak ada atau jelek, mungkin mohon maaf terlalu cheesy gitu. Ini juga kami pikirkan,” tegas Iwan.

Jika dari pembaca ada yang hadir di Hammersonic 2024 pasti juga akan menyadari, bahwa panggung Beast dan Avalanche banyak diwarnai penampilan dari band-band daerah. Menanggapi hal tersebut, Iwan mengaku banyak mengambil band-band dari berbagai pulau yang masuk ke database Hammersonic Records.

“Di tahun ini karena lineup-nya ada ADTR dan Saosin, jadi ada aliran yang masih berhubungan dengan emo. Kalau Hammersonic sendiri, kalau dari yang lalu-lalu, kami selalu semua genre yang berhubungan dengan metal ada,” jelasnya.

Usai bincang dengan Iwan, kami langsung menemui band post-black metal asal Bekasi bernama SLFR. Mereka tampil di Beast Stage saat matahari masih terik-teriknya, namun yang menjadi perhatian ada Mika Tobing dari The Rang-Rangs yang mengisi posisi bas.

SLFR berpose di balik panggung usai tampil di Beast Stage / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Eggi (vokal) menjelaskan mengapa Mika ditarik menjadi additional di SLFR. Alasannya karena pemain bas mereka yang sebelumnya mengundurkan diri 3 minggu menjelang Hammersonic. Mika yang tergabung di satu proyek musik baru bersama Ekay (drum) pun menjadi nama yang diajukan untuk mengisi kekosongan tersebut.

“Kebetulan si ceria ini cerdas. Kami latihan satu kali, dia dapat 3 lagu yang durasinya di atas 5 menit semua, makanya works nih Mika. Lanjut ke lagu selanjutnya, 2 kali latihan dia dapat 4 lagu, latihan terakhir 5 lagu sudah lancar,” jelas Eggi.

Mika merasa memainkan genre post-black metal ada tantangan tersendiri karena biasa memainkan musik punk. Ia pun bercerita, tawaran ini awalnya datang dari Ekay saat momen hari Lebaran bulan April lalu.

Mika ‘The Rang-Rangs’ jadi pemain bas additional di SLFR / Dok. Syauqi Ibrahim

 

“Pas hari H Lebaran, tiba-tiba Ekay ngirimin lagu yang (durasinya) 7 menit semua. Tapi ada satu kalimat dari Salim (gitar) yang gue suka katanya, ‘Ini basnya lebih gampang dari Blink-182’. Terus pas gue dengar, ternyata musik akan selalu jadi musik ya,” kenang Mika.

SLFR juga memberi kabar tentang rencana untuk merilis album perdana mereka di waktu yang akan datang. Mari nantikan.

Setelah berbincang dengan SLFR, tim Pophariini melihat kehadiran Ghostline, band metalcore asal Surabaya. Mereka menyambut dengan hangat tawaran untuk ditanya-tanya soal penampilan mereka di Hammersonic.

Band mengaku bangga karena bisa menjadi perwakilan dari Surabaya untuk unjuk kebolehan di festival bergengsi ini. Sebelumnya band asal Surabaya yang pernah tampil di Hammersonic adalah Fraud dan Valerian.

Ghostline bangga bisa jadi perwakilan Surabaya di Hammersonic 2024 / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Sang drumer, Arief Bindox juga sempat menyampaikan perkembangan skena musik keras di Surabaya saat ini. “Sekarang itu masih ada yang terkotak-kotakan. Cuma tetap guyub, misalnya ada satu event, band-band beda genre tetap ada,” ucapnya.

Bindox pun mengatakan hal ini merupakan sesuatu yang masih menjadi masalah dan harus diperbaiki di kancah musik Surabaya.

Sementara kegiatan di balik panggung band satu ini pernah diliput saat event berbeda. Kali ini kami menampilkan momen Tabraklari menggebrak Avalanche Stage dengan sajian musik hardcore punk berbalut komedi khas band.

Di kesempatan perdana mengisi panggung Hammersonic, band asal Tangerang ini mendapatkan respons yang baik. Penonton tampak sudah hafal menyanyikan lirik-lirik jenaka mereka.

Tabraklari perdana unjuk gigi di Hammersonic Festival / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Straight Answer menjadi penampil lokal terakhir yang kami wawancara dan abadikan momen di balik panggungnya. Saat ditemui, Donal (gitar) sedang tidak ada di tempat, sehingga perbincangan hanya dihadiri Aca (vokal), Ojan (drum), dan Anom (bas).

Sudah berkarier sejak tahun 1996, Straight Answer baru berkesempatan mencicipi panggung Hammersonic di tahun ini. Meski begitu, Aca mengaku sudah beberapa kali hadir sebagai penonton dan merasa cukup terkesan dengan kehadiran festival.

“Untuk festival metal yang gak mainstream musiknya, buat gue besar sih,” kata Aca soal Hammersonic.

Straight Answer menyantap makanan di balik panggung / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Saat ditanya mengenai pengalaman bertemu idola di balik panggung, Aca mengatakan belum pernah karena Straight Answer belum pernah tampil di acara yang sama dengan Oasis.

Di sisi lain, Ojan dengan semangat menceritakan pengalamannya bertemu dengan Daniel Fang, drumer Turnstile saat band hardcore punk yang sedang naik daun itu datang ke Indonesia tahun 2018 lalu. Kedatangan Turnstile ke Indonesia saat itu memang diinisiasi oleh Here To Stay, label musik milik Aca.

“Dulu di Rossi mainnya. Sebelum (album) GLOW ON, masih Step to Rhytm. Itu ketemu dia. Pelukan,” kisah Ojan dengan bangga.

Hari terakhir Hammersonic ditutup dengan penampilan memukau Lamb of God. Walau sudah pernah tampil di Indonesia, Randy Blythe dan kawan-kawan tetap mampu membakar area mosh pit dan mengajak penonton untuk berjalan bersama mereka ke neraka.

Lamb of God tampil di Empire Stage / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Sampai jumpa di Hammersonic Festival tahun depan.

 

Penulis
Gerald Manuel
Hobi musik, hobi nulis, tapi tetap melankolis.
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

kidunghara – Persembahan Volume 1

kidunghara dengan Persembahan Volume 1 membuat Chrisye seolah hidup lagi. Namun apakah hadir hanya sebagai cover band dan tidak punya ciri sendiri? 

Band Alternatif Depok, Dumbhead Menandai Kemunculan dengan Single Melancholy Way

Depok, Jawa Barat kembali menghasilkan band baru bernama Dumbhead yang membawakan musik rock/pop alternatif. Sebagai perkenalan, mereka merilis single perdana dalam judul “Melancholy Way” hari Jumat (10/05).   Dumbhead beranggotakan Chandra Prasodjo (vokal, gitar), …