Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2023

Nov 14, 2023

Jazz Goes To Campus 2023 sukses digelar hari Minggu (12/11) dengan mengusung tema Harmonizing The Jazz Legacy. Di pergelaran yang ke-46, festival masih konsisten mengambil tempat di FEB Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat.

Berbagai penampil dari genre jazz dan yang masih bersinggungan dengan gaya musik tersebut secara bergantian tampil mengisi Harmony Stage, Makara Stage, Euphoria Stage, dan Legacy Stage.

Sejak memasuki area festival, langit Depok terlihat mendung dan cukup memunculkan rasa khawatir. Beberapa penonton pun terlihat sigap menenteng, bahkan ada yang sudah memakai jas hujan untuk berjaga-jaga.

Setelah berteduh dari hujan deras yang terjadi singkat, tim Liaison Officer JGTC 2023 yang merupakan mahasiswa UI langsung menggiring kami ke area balik panggung untuk peliputan di zona tersebut. Setiap penampil di festival ini diberikan fasilitas berupa ruang kelas mahasiswa sebagai tempat beristirahat.

Tim LO JGTC yang membantu rekan-rekan media melakukan peliputan / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Reality Club adalah penampil pertama yang membuka pintu kelas untuk para awak media. Mereka sempat bercerita tentang pengalaman saat tampil di salah satu festival internasional Taiwan beberapa waktu lalu.

Reality Club usai tampil di JGTC / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Selesai dari sesi wawancara bersama Reality Club, tampak rombongan The Groove sedang menuju Harmony Stage untuk bersiap-siap. Band yang saat ini di setiap penampilannya berkolaborasi dengan Tiara Effendy sebagai vokalis tampak menikmati waktu mereka di balik panggung dengan menyapa teman lama dan kerabat.

The Groove tengah bercengkerama di tenda Harmony Stage / Dok. Syauqi Ibrahim

Tiara Effendy berswafoto sebelum tampil bareng The Groove / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Pertemuan para musisi menjadi pemandangan lumrah di balik panggung Jazz Goes To Campus 2023 yang luas, seperti yang tergambar di foto bawah ini, Barry Likumahuwa melakukan tegur sapa dengan Doni Joesran dari Batavia Collective. Keduanya tampak sangat akrab berinteraksi di momen tersebut.

Backstage selalu seru karena ini momentum kita ketemu sama teman-teman musisi, ngobrol, hangout, catch up. Dari dulu sih, dari saya pertama kali perform di JGTC,” ucap Barry.

Barry dan Doni ‘Batavia Collective’ bersenda gurau di balik panggung / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Bicara soal Batavia Collective, kami juga sempat mengikuti sesi wawancara dengan trio yang saat itu mendaulat solois Agatha Pricilla sebagai vokalis di penampilan mereka.

Batavia Collective dan Agatha Pricilla di interview room / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Namun, satu hal yang cukup mengejutkan di hari itu datang dari proyek lain Kenny Gabriel yang saat itu juga menjadi penampil di JGTC. Proyek yang diberi nama Kenny Gabriel “The Playground Live Session” tersebut mantap memutuskan JGTC sebagai panggung festival terakhir mereka.

“Sebenarnya secara personal gue pengin balik lagi ke studio buat menggarap sesuatu yang baru. Dan beberapa dari personel Playground, kayak penyanyi-penyanyinya semua sekarang sudah established as an independent artist,” ungkap Kenny.

Kenny mengaku, ia ingin memberikan kesempatan kepada para kolaborator seperti Moneva, RL Klav, dan Kara Chenoa untuk bermain di festival dengan membawa nama sendiri, mengingat mereka sudah memiliki karya masing-masing.

Tata letak belakang panggung yang memungkinkan untuk semua musisi melebur satu sama lain membuat tidak mustahil kami berpapasan dengan musisi jazz idola. Salah satunya adalah Candra Darusman yang saat itu berkesempatan tampil bersama Barry Likumahuwa.

Candra Darusman menyapa teman-temannya sebelum tampil / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Selain berkesempatan melihat kegiatan para musisi, area balik panggung juga dipenuhi pemandangan kerja keras para kru dalam mendukung penampilan musisi yang mereka tangani.

Hormat untuk para kru yang dengan giat mempersiapkan pertunjukan para penampil / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Sambil menunggu sesi wawancara selanjutnya, kami menyusuri jalan panjang untuk sampai ke area balik panggung Legacy. Di sana terlihat sosok familiar yang memakai masker sedang memainkan gitar akustik. Sosok tersebut adalah Poppie Airil, pemain bas Efek Rumah Kaca.

Poppie ‘ERK’ sedang melakukan pemanasan di balik panggung / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Saat itu Poppie berhadapan dengan rekannya Reza Ryan yang juga sedang memegang gitar untuk pemanasan sebelum ERK manggung. Di kesempatan ini, Poppie dan Reza berbincang dengan kami tentang album-album dari para musisi muda di tahun 2023 yang menurut mereka bagus-bagus.

Reza ‘ERK’ melakukan pemanasan dengan gitar buntungnya / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Usai berbincang-bincang dengan 2/4 ERK, kami langsung menyambut Ardhito Pramono yang baru selesai tampil untuk mengobrol di ruang kelas yang menjadi tempat bersantainya.

Ardhito yang mengaku sebagai musisi jazz yang tidak bisa membaca not balok mengatakan, setelah beberapa kali tampil di JGTC, ia merasa pemilihan ruang kelas menjadi backstage memberikan nuansa berbeda baginya.

“Gue ngerasa jadi anak pinter gitu ya [tertawa], jadi anak kampus terbaik di Indonesia. Tapi serunya adalah bisa ketemu sama semua teman-teman musisi, dari yang senior sampai yang teman-teman,” jelasnya.

Dalam kesempatan itu, Pophariini mendapatkan kesempatan eksklusif dari Ardhito untuk menjadi pendengar pertama lagu-lagu proyek album solo Oomleo yang menampilkan Ardhito sebagai produser. Untuk proyek itu, ia dibantu oleh Henry Foundation, rekan Oomleo di Goodnight Electric yang juga duduk di kursi produser.

Sang solois memperdengarkan versi kasar dari total 8 lagu yang bakal ada di album tersebut. Sebagai bocoran, album solo Oomleo bakal beredar di tahun 2024 mendatang, mari nantikan!

Ardhito dengan antusias menerangkan lagu-lagu dari album solo Oomleo kepada Pophariini / Dok. Syauqi Ibrahim

 

Perjalanan JGTC 2023 berakhir dengan menghampiri Mika Tobing, pemain bas The Rang-Rangs yang malam itu didaulat menjadi pemandu acara di Makara Stage bersama sang partner, Ammar Yazid.

Mika dan Ammar berpose beberapa saat sebelum kembali memandu acara di Makara Stage / Dok. Syauqi Ibrahim

 

JGTC 2023 secara keseluruhan sukses memberikan pengalaman berfestival yang nyaman. Selain aksi para musisi, cuaca sejuk dari pepohonan kampus UI dan larangan merokok di area festival menambah faktor kenyamanan acara.

Semoga Jazz Goes To Campus 2023 bisa mempertahankan gelar The Oldest and Most Celebrated Jazz Festival In Indonesia di edisi-edisi selanjutnya.

Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments

Eksplor konten lain Pophariini

Wawancara Eksklusif: Dongker Lakukan Eksplorasi Necis di Album Perdana

Terbentuk tahun 2019, Dongker akhirnya mantap untuk segera merilis album penuh bertajuk Ceriwis Necis tanggal 24 Mei 2024. Album tersebut bakal berisi total 17 lagu termasuk 5 materi yang sudah rilis sebelumnya seperti “Bertaruh …

Farrel Hilal Gabung Sony Music Entertainment Indonesia

Menambah katalog perjalanan musiknya, Farrel Hilal kembali dengan single baru berjudul “Di Selatan Jakarta“. Perilisan ini menandai kerja samanya dengan label musik Sony Music Entertainment Indonesia.   Dalam meramu aransemen musik “Di Selatan Jakarta”, …