Di Balik Panggung Jazz Goes To Campus 2024
Hujan deras di Minggu siang tak menghalangi saya menuju gelaran Jazz Goes To Campus (JGTC) edisi ke-47 yang digelar di FEB UI Campus Ground, Depok pada Minggu (17/11).
Bermodalkan mengendarai motor serta jas hujan berwarna merah muda, saya nekat berangkat dari rumah yang terletak di bilangan pinggiran Depok menuju lokasi festival pukul 12.30 WIB.
Hujan pun reda di daerah Margonda. Sesampainya di tempat acara pada pukul 13.45 WIB, saya pun diarahkan pihak panitia untuk parkir di Fakultas Teknik, UI. Cukup membutuhkan waktu lama bagi saya untuk mencari di mana letak parkiran tersebut.
Selanjutnya, saya mengambil ID di booth media center. Hujan pun datang kembali dan antrean panjang mengular para penonton tak terbendung dikarenakan open gate mulai pukul 13.00 WIB.
Festival jazz yang bertemakan Weaving Jazz in Every Symphony ini menghadirkan musisi dan band ternama dari lintas generasi, mulai Bernadya, D’Masiv, hingga Fariz RM. Sebelum tim Pophariini meliput acara ini, saya menemui fotografer yang sudah hadir terlebih dahulu di area Legacy Stage.
Sembari menunggu Sea Dreams tampil di atas panggung, kami berdua pun menuju ke balik panggung untuk menemui band yang menjadi penampil pertama di gelaran ini. Kami pun disambut dengan baik oleh perwakilan band, yaitu Bevan (bas) dan Calvin (gitar).
Bevan pun menceritakan awal mula bagaimana Sea Dreams bisa tampil di JGTC tahun ini, “Kemarin kami mengikuti lomba yang diadakan oleh JGTC, dan kami berhasil jadi juara 1. Nah, juara 1 tersebut nantinya akan manggung di Legacy Stage.”
Selain itu pemenang juara kedua dari kompetisi tersebut juga tampil di gelaran ini.
“Juara dua itu ada band namanya Gitabumi Singers, mereka juga bakal main di festival ini nanti,” tambah Bevan.
Jadi pengalaman pertama tampil di JGTC, sang gitaris Calvin pun mengenang awal mula band ini terbentuk.
“Tahun lalu, kami baru membentuk band ini. Karena passion-nya sama yaitu jazz, maka kami pun datang buat nonton JGTC karena pengin nonton band-band Indonesia yang bawain jazz,” kenang Calvin.
Mengaku sudah mempunyai beberapa single, selanjutnya Sea Dreams merencanakan akan merilis album penuh.
“Kami ada 5 single tapi saat ini belum rilis. Besok mau dirilis sekalian aja biar jadi album penuh,” tambah Bevan.
Persiapan band asal Depok tampil di JGTC ini cukup susah, karena para personel harus sibuk dengan kegiatan perkuliahan mereka.
“Karena kami masih anak kuliah jadi untuk persiapannya cukup susah untuk tektokan jadwal dan lainnya. Paling yang makan waktu lama itu latihan untuk pemain tiup, karena orangnya banyak,” tutup Bevan.
Pasca merampungkan sesi interview ini, hujan pun datang kembali dan menyebabkan jadwal penampil yang berubah. Setelah Seadreams tampil di atas panggung, tiba penampil kedua yaitu Rafi Sudirman.
Penampilan Rafi Sudirman di JGTC tahun ini berhasil memukau para penonton. Walaupun berhiaskan guyuran hujan, dengan suara khasnya yang lembut, penyanyi bersuara emas ini tak lupa membawakan beberapa lagu hitsnya, termasuk “Heaven”, “Senyum-Senyum”, dan “Pengagum”.
Tampil di Legacy Stage, Rafi berhasil menciptakan suasana romantis dan intim dengan interpretasi yang unik terhadap lagu-lagunya. Lagu remake single milik MALIQ & D’Essentials ini yang menjadi favorit banyak pendengar, dibawakan dengan penuh perasaan sehingga membuat penonton ikut hanyut dalam suasana syahdu.
Tidak hanya “Heaven”, Rafi Sudirman juga membawakan single anyar “Senyum-Senyum”. Lagu ini berhasil membuat penonton ikut bernyanyi dan bergoyang. Sementara lagu “Pengagum” semakin membuat penonton terhanyut dalam suasana romantis.
Setelah menikmati penampilan di Legacy Stage, kami bergegas menuju Euphoria Stage untuk menyaksikan aksi panggung Reality Club yang kali ini hadir dengan format berbeda bernama “Reality Jazz Club”. Proyek ini bernuansa segar dan sangat cocok dengan suasana festival. Kolaborasi mereka bersama Nial Djuliarso dan Vira Talisa menjadi salah satu penampilan paling menarik yang tidak boleh dilewatkan di JGTC.
Sejak awal penampilan, Reality Jazz Club telah berhasil membius penonton dengan lagu-lagu hits mereka. Ditemani permainan piano yang lembut dari Nial Djuliarso, lagu-lagu seperti “Telenovia” dan “I Wish I Was Your Joke” berhasil menciptakan atmosfer yang intim dan jazzy. Suara khas Fathia Izzati (Chia) semakin menyatu dengan irama musik yang dihasilkan oleh band.
Tepat di tengah set, suasana menjadi semakin meriah ketika Vira Talisa muncul ke atas panggung. Kolaborasi antara Reality Jazz Club dan Vira Talisa ini menjadi momen yang paling dinantikan oleh para penonton. Suara merdu Vira Talisa yang khas berpadu sempurna dengan musik Reality Jazz Club, menghasilkan harmoni yang indah. Mereka membawakan lagu “Is It The Answer” dan “Walking Back Home” yang berhasil membuat penonton bernyanyi bersama.
Setelah itu, kami menemui 2 pengunjung di JGTC yang masih berstatus mahasiswa, yaitu Danial dan Bimo. Mereka mengaku sudah beli tiket festival ini dari jauh hari karena mengincar harga yang terjangkau.
“Dari line up yang ada, gue pengin nonton Sore X Bilal Indrajaya, Sal Priadi, Fariz RM X Candra Darusman, dan the one and only Reza Artamevia,” ujar Bimo.
“Mungkin gak jauh beda ya dari Bimo, gue pengin nonton Sal Priadi, Raisa, sama Reza Artamevia,” tambah Danial.
Selain itu, mereka mengaku sebelumnya pernah datang ke festival ini dan menonton beberapa band yang disukai.
“Agak beda ya JGTC di tahun lalu dan sekarang. Animo penontonnya lebih ramai tahun lalu. Dan kalau dilihat dari line up, tahun lalu lebih familiar bandnya,” terang Bimo.
Cuaca yang tidak mendukung yang menyertai gelaran ini bagi Danial tak jadi masalah yang besar, “Untungnya hujannya udah mulai reda ya sore ini walaupun siang tadi deras, dan band-band yang bagus atau main performer-nya juga baru mulai main, jadi ya gak papa sih.”
Melanjutkan petualangan di JGTC, kami langsung bertemu Dreane di balik panggung. Duo pasutri asal NTB yang kini menetap di Jakarta menyambut kami dengan baik dan mengutarakan persiapannya di festival ini.
“Manggung di festival ini jadi pressure bagi kami karena yang tampil keren-keren semua dan idola kami, kayak Sore X Bilal Indrajaya dan Reza Artamevia,” ujar Rara.
Sebelum tampil di JGTC tahun ini, Dreane membeberkan bahwa tahun lalu mereka datang ke festival ini sebagai penonton.
“Pada JGTC 2023, kami nonton Ahmad Dhani Electric Band dan Kenny Gabriel ‘The Playground Live Session’,” kata Rara.
“Karena line up nya emang bagus dan kami suka semua. Dan kami nonton sampai akhir acara, pas Sheila Majid tampil. Seneng banget pokoknya,” tambah Andri.
Bicara tentang harga tiket JGTC dari tahun ke tahun menurut Andri sangat affordable, “Karena harga tiketnya cocok, jadi festival ini dirasa ramai dan seru pastinya.”
Diketahui, Dreane telah merilis album mini keduanya bertajuk Take Me yang dirilis di awal tahun ini. Sebelumnya mereka merilis album mini pertamanya, Restless yang berisi lima lagu.
“Most stream di kami malah lagu ‘Take Me’, dan gak nyangka ternyata banyak yang nyangkut sama lagu itu. Dan mereka kenal kami malah dari lagu itu juga,” ujar Andri.
“Dengan kejadian ini memantik kami jadi pengin bikin karya lagi, tapi lebih ke album penuh ya [tertawa],” tutup Rara.
Setelah berbincang dengan Dreane, kami langsung menuju press room untuk mewawancarai penampil lain. Di ruangan tersebut, kami bertemu Ardhito Pramono dan Natasya Elvira yang sedang sesi tanya jawab dengan media lain.
“Manggung bareng Natasya Elvira di festival baru dua kali. Dan dua-duanya di JGTC,” ungkap Ardhito setelah tampil di Symphony Stage.
Ardhito juga sedikit bercerita karena dalam setnya membawakan lagu “Creep” tersebut awalnya tidak ada di setlist yang telah mereka tentukan.
“Lagu ‘Creep’ tadi sebenernya gak ada di setlist. Tapi gue bilang ini ‘Creep’ bisa mecahin suasana dan Natasya juga pernah membawa main lagunya Radiohead jadi ya sukses lah,” ujarnya.
Selain tampil bersama Natasya Elvira, panggung Ardhito di JGTC juga menghadirkan Kynya Arrazzaqu. Ia menjelaskan bahwa kerja samanya dengan Kynya baru berupa album yang mana ia produseri.
“Proyek serius (bareng Kynya) sudah ada, tapi baru di digital streaming platform. Album ini (Twisted Neurons) menurut saya beda dibanding album yang pernah saya garap sebelumnya,” ungkap Ardhito.
“Karena di album Twisted Neurons banyak unsur post-punk dan shoegaze-nya. Ibarat kalau anak zaman sekarang tuh ngumpulin kaset dari Mazzy Star dan Portishead gitu. Dan kami mencoba mengemasnya dalam satu album ini.” tambahnya.
Menutup sesi tanya jawab, tak lupa Ardhito mempromosikan karya Kynya yang sudah tersedia di semua digital streaming platform atau bisa dinikmati di sini.
Setelah sesi wawancara dengan Ardhito Pramono dan Natasya Elvira, kami menuju Lecacy Stage untuk menonton salah satu headliner di JGTC. Kali ini giliran legenda musik Indonesia, Fariz RM, yang memukau penonton. Dengan pemilihan setlist yang tepat, Fariz berhasil membawa penonton bernostalgia melalui lagu-lagu hitsnya seperti “Selangkah ke Seberang” dan “Barcelona”.
Kejutan tak terduga hadir ketika Candra Darusman yang muncul ke atas panggung. Kolaborasi keduanya dalam membawakan lagu “Kau” dan “Di Batas Senja” menjadi momen yang sangat dinantikan para pengunjung JGTC. Perpaduan suara khas Fariz dan Candra menciptakan harmoni yang indah.
Menuju penghujung acara, kami pun bergeser ke Makara Stage, pada ajang JGTC tahun ini di panggung tersebut ditutup dengan meriah oleh penampilan dari White Shoes & The Couples Company. Band ini berhasil membius penonton dengan hits mereka yang sarat akan nuansa retro.
Dengan formasi lengkap, Sari dkk membawakan sederet lagu andalan yang membuat penonton bernostalgia. “Aksi Kucing” tak lupa dibawakan dan mengajak penonton untuk bergoyang bersama. Dilanjutkan dengan “Roman Ketiga” yang ceria, penonton diajak untuk bernostalgia.
Tidak hanya lagu-lagu lawas, WSATCC juga membawakan single dari album terbaru mereka 2020. “Irama Cita” dengan lirik yang penuh makna dan melodi yang indah berhasil menyentuh hati penonton.
Jazz Goes To Campus 2024 walaupun disertai cuaca yang kurang bersahabat, festival ini selalu ramai dan punya tempat di hati para penonton. Dengan menyajikan experience “berfestival di kampus” jadi kesan yang berbeda dan tak terlupakan.
Selain itu, penonton yang mayoritas adalah para mahasiswa juga jadi nilai tersendiri di festival ini. Sambutan hangat mereka terhadap line up dari berbagai generasi sangat patut diapresiasi.
Sampai jumpa di JGTC 2025!
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Fraksi Penemu Sepeda Bercerita tentang Hobi di Single Gocapan
Setelah merilis single “Olahgaya” 2023 lalu, Fraksi Penemu Sepeda asal Bogor resmi meluncurkan karya terbaru berupa single dalam tajuk “Gocapan” hari Rabu (23/10). Lagu ini menceritakan serunya pengalaman bersepeda sambil mencari sarapan pagi. …
Beltigs Asal Bandung Menandai Kemunculan Lewat Single Pelican Cove
Bandung kembali melahirkan band baru yang menamakan diri mereka Beltigs. Band ini menandai kemunculan mereka dengan menghadirkan single perdana “Pelican Cove” hari Kamis (07/11). Beltigs beranggotakan Naufal ‘Domon’ Azhari (gitar), Ferdy Destrian …