Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit
Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan.
Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse Indonesia, dan ADA LIVE, band menggelar Kabar Bahagia: 30 Tahun Perjalanan rumahsakit hari Sabtu (14/12) di Bali United Studio, Jakarta Barat.
Tidak hanya tampil berempat, rumahsakit menghadirkan The Cottons sebagai band pembuka dan para musisi yang hadir menjadi kolaborator mereka untuk membawakan sejumlah lagu bersama.
Beberapa jam sebelum acara dimulai, kami sudah tiba di Bali United Studio. Cukup tertegun dengan penamaan kategori tiket yang ada di dekat meja registrasi pengambilan tanda pengenal yaitu Pasien Kritis, Pasien Kelas 1, Pasien Kelas 2, dan Pasien Rawat Inap. Kami merasa hal ini cukup cerdik, menggelitik, dan cocok dengan rumahsakit.
Datang lebih awal di tempat acara bukan tanpa alasan karena kami memang sudah membuat temu janji dengan para personel band untuk sesi wawancara di balik panggung.
Saat menunggu giliran wawancara, kami melihat nasi kuning bertuliskan ‘30 Tahun rumahsakit’ yang sekali lagi menggelitik karena tidak ada makanan yang lebih cocok untuk merayakan perjalanan band selain nasi kuning sesuai dengan judul lagu hit mereka.
Akhirnya, giliran kami untuk sesi wawancara pun tiba. Para personel rumahsakit menyambut hangat sembari bersantai di sofa berwarna abu-abu. Sang gitaris, Marky Najoan mengawali perbincangan dengan menjelaskan bagaimana ia memaknai 30 tahun rumahsakit adalah sebuah pencapaian yang membanggakan.
“Bisa sejauh ini bertahan di sebuah lembaga atau institusi yang sudah melewati naik turun, bubar, hiatus, tapi masih berkarya dan didengar sama orang. Itu kayak, wah amazing deh, susah dijelasin. Mendalam banget buat gue,” kata Marky.
Jika mengikuti jejak mereka, rumahsakit sudah mengalami regenerasi pendengar yang terbukti di konser Kabar Bahagia: 30 Tahun Perjalanan rumahsakit. Di mana untuk band berusia 30 tahun, tampak cukup banyak penggemar muda yang hadir.
Sang drumer, Fadli Wardhana merasa bersyukur dengan adanya pendengar-pendengar yang baru.
“Mudah-mudahan bisa memberikan semangat yang lain juga, bahwa karya itu tidak akan pernah putus asal serius, komitmen. Serius santailah. Jalan aja terus karena itu yang kami lalui,” jelas Fadli.
Kami juga mengajak rumahsakit untuk sedikit bernostalgia dengan menanyakan apa yang mereka ingat tentang terbentuknya band ini di tahun 1994 lalu. Pemain bas rumahsakit, Sadam mengatakan awalnya rumahsakit hanya untuk berpartisipasi di acara tahunan kampus Institut Kesenian Jakarta, tempat para personel berkuliah.
“Khusus untuk di acara itu doang awalnya. Setelah itu history lah jadinya,” ujarnya.
Kehadiran Goodnight Electric, Natasha Udu, Ipang Lazuardi, Rian D’MASIV, Priscilla Jamail, dan Ivan Fanny untuk menjadi kolaborator acara menjadi nilai penting di konser 30 tahun ini. Mereka dipilih karena masing-masing memiliki kisah dan perjalanannya sendiri bersama band.
“Kayak Goodnight Electric, mereka pernah cover ‘Psychic Girl’. Ipang dulu satu kampus sama gue di IKJ, sempat ngeband bareng juga. Paling gak, ada history dan pengaruh buat kami,” ungkap Marky.
Berbicara momen kolaborasi, rumahsakit malam itu juga tampil perdana diiringi brass dan strings section.
“Ini salah satu impian gue dari dulu banget ya. Dan gue sangat berdebar-debar nih. Untuk pertama kalinya kami akan mengalami sebuah konser dengan bantuan brass dan strings section,” pungkas Sadam.
Setelah mewawancarai rumahsakit, kami melihat pemandangan yang sangat unik. Anak-anak dari para personel dan kerabat berkumpul mengenakan kaus bertuliskan ‘rumahsakids’ untuk menunjukkan dukungan mereka.
Konser rumahsakit secara keseluruhan dibuka aksi The Cottons yang beberapa waktu lalu sempat kami wawancara. Yehezkiel Tambun dan Kaneko Pardede di panggung mengungkapkan rumahsakit band yang menemani mereka selama masa sekolah dan bisa berada di depan para Pasien (sebutan untuk penggemar rumahsakit, red) menjadi suatu kehormatan bagi duo ini.
rumahsakit menghajar panggung dengan lagu-lagu andalan mereka seperti “Pop Kinetik”, “Sakit Sendiri”, “Anomali”, dan lainnya dimulai tepat pukul 8 malam. Para Pasien dari berbagai usia menikmati penampilan mereka dengan sing along, crowd surf, dan tak sedikit pula di antara mereka yang sampai meneteskan air mata.
Lagu hit “Kuning” dibawakan paling terakhir bersama para kolaborator yang dihiasi semburan confetti berwarna sama dengan judul lagu. Tak ketinggalan mereka mengabadikan momen bersama kolaborator dan para Pasien dari atas panggung yang memberikan pertanda konser syukuran karier 30 tahun telah usai.
Usai acara, kami menangkap kebahagiaan rumahsakit saat bertemu dengan semua pihak yang terlibat di balik panggung. Wajah sumringah menjadi potret syukur yang tak ada hentinya di ruangan tersebut.
Tentu kami juga menemui para kolaborator untuk meminta pendapat dan berbagi kisah personal mereka bersama rumahsakit. Personel Lomba Sihir, Natasha Udu musisi yang kami temui pertama.
Udu yang berkesempatan membawakan lagu “Panasea” mengaku kaget ternyata rumahsakit sudah lebih dulu ada sebelum ia lahir. Sang musisi juga salut dengan band ini karena bisa terus menunjukkan eksistensi di industri musik.
Berbicara soal penampilannya bersama rumahsakit malam itu, Udu mengaku kaget ia bisa terpilih. “Pas ditanya, udah gak peduli sama panggungan Lomba Sihir. Langsung (jawab) iya [tertawa],” jelasnya.
Goodnight Electric yang hadir malam itu bukan sebagai kolaborator Marky dan kawan-kawan, melainkan band tamu untuk membawakan lagu “Psychic Girl” yang memang pernah dirilis ulang oleh mereka dalam bentuk rekaman di album perdana Love and Turbo Action dan direkam kembali dengan menampilkan Priscilla Jamail di tahun 2023.
Henry Foundation alias Betmen yang merupakan punggawa GE menceritakan kepada kami tentang alasan mereka dulu memutuskan untuk membawakan lagu “Psychic Girl” sampai banyak yang mengira bahwa lagu tersebut bukan milik rumahsakit.
“Album keduanya rumahsakit pecah sih buat gue. Dan pas gue buat GE, gue kayak pengin banget cover ‘Psychic Girl’ karena dari lirik dan mood-nya masuk banget sama album pertama GE. Kan temanya sci-fi lah ya. Akhirnya gue diizinin sama Marky, ya udah sikat. Bahkan sampai yang rilis versi barunya, gue juga izin lagi ke mereka,” ucap Betmen.
Sebagai teman satu kampus rumahsakit, Betmen memberikan pendapat tentang band kakak kelasnya ini.
“Pas mereka comeback dan ganti vokalis, ternyata mereka punya format musik yang relate sama generasi sekarang. Jadi, mereka bisa sustain. Jenius sih. Mereka punya audience baru, salut sih gue sama mereka. Itu satu hal yang sulit bisa diduplikasi sama band di eranya ya. Harapannya buat rumahsakit mungkin bisa terus sampai kayak Rolling Stones kalau bisa,” jelas Betmen.
Pernyataan comeback Betmen membuat kami tertarik untuk menanyakan kabar GE yang dibalas senyum tipis dengan nada bercanda, “Kalau GE mah suram nih kayaknya”. Meski begitu ia memastikan bersama rekan-rekannya sedang tahap rekaman materi anyar.
“Gue akui semakin bertambah umur, member GE juga sibuk semuanya. Jadi memang harus commit sih. Tapi kami lagi berusaha untuk rilis. Harusnya tahun ini, hopefully tahun depan lah,” tutupnya.
Kolaborator lain yang kami temui adalah Rian ‘D’MASIV’ yang malam itu menggunakan kaus New Order berwarna kuning terang. Ia memiliki cerita menarik saat menempuh perjalanan menuju Bali United Studio.
Rian yang sempat tampil dulu bareng bandnya di Kemayoran, hampir tidak jadi mengisi panggung rumahsakit karena waktu yang mepet. Menurut jadwal, ia manggung bersama rumahsakit pukul 21:50 WIB, namun baru bisa beranjak dari Kemayoran pukul 21:30 WIB. Bahkan untuk sampai di tempat acara, Rian harus mengalami beberapa kendala.
“Pintu gerbang (jalan menuju tempat acara) ketutup, yang harusnya gue tinggal belok kiri doang. Akhirnya gue cari celah. Di sebelah kiri ada bolongan, gue masuk situ. Gue kira udah dekat, ternyata masih jauh. Akhirnya cari orang naik motor, gue berhentiin. Mungkin dia gak tau gue siapa karena gelap. Gue tanya, ‘Mas tau yang nyanyi Jangan Menyerah gak? Nah itu saya yang nyanyi Mas’. Harus gitu dulu sampai dia mau nganterin gue. Alhamdulillah, sampai sini satu lagu sebelum giliran gue,” kisah Rian.
Rian didaulat untuk tampil membawakan lagu “Hilang”. Kesempatan tersebut cukup personal baginya karena teringat sosok Almarhumah Michelle Tiara, mantan manajer D’MASIV.
“Dia pernah ada permintaan ke gue, ‘Kak, kamu kayaknya harus kolaborasi nyanyi lagu Hilang bareng rumahsakit deh’. Selama ini ya cuma obrolan aja, dan berjodoh. Udah rezeki juga, akhirnya kesampaian. Tadi di panggung gue juga cukup terharu banget bawain lagu itu,” jelasnya.
Satu lagi kolaborator yang merupakan teman kuliah para personel rumahsakit, Ipang Lazuardi yang kami ajak berbincang. Ia membagikan pengalaman saat menyaksikan band teman-temannya tersebut 30 tahun yang lalu.
“Kebetulan waktu itu yang memang udah solid punya nama ya rumahsakit. Kalau ditanya kesannya saat itu, yang paling gue gak nyangka 30 tahun dari waktu itu mereka tetap enjoy main musiknya, tetap keren, yang mungkin berangkatnya senang-senang mahasiswa, sekarang jadi profesional. Keren banget sih. Lagu-lagunya juga masih dinikmati generasi sekarang. Hebat banget,” tutur Ipang.
Ipang melanjutkan cerita pernah tergabung di band Nikotin bersama Marky. Di band ini, mereka membawakan lagu-lagu cover tahun 90-an dan sempat menciptakan lagu.
“Ada 1 lagu yang direkamnya justru ketika gue di Plastik, judulnya ‘Lingkaran Berputar’. Itu dari Nikotin udah gue bikin liriknya, tapi dieksekusinya di Plastik,” kisah Ipang.
Membawakan lagu “Sirna”, Ipang mengaku sempat tertawa bersama para personel rumahsakit sebelum manggung karena mengingat saat lagu tersebut rilis.
“Kayak masih berasa umur 30-an [tertawa]. Gue sih melihatnya gini loh, hebatnya rumahsakit itu ketika mereka tetap struggling sampai hari ini dengan penikmat musiknya yang makin update. Buat sustain itu gak gampang,” tegas Ipang.
Peliputan konser Kabar Bahagia: 30 Tahun Perjalanan rumahsakit resmi berakhir. Selesai bekerja, saya dan fotografer Anggik Yoga Prayuda setuju dengan pendapat teman-teman rumahsakit tentang peremajaan penggemar yang semakin hari semakin muda, dan konser ini bukti nyatanya.
Izinkan saya menutup laporan dengan penggalan lirik dari lagu “Kabar Bahagia”.
“Dan kau tiba di dunia. Sirna semua duka dengan sederhana. Kau kabar gembira, kau kabar bahagia.”
Selamat 30 tahun, rumahsakit!
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- KALEIDOSPOP 2024
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Banda Neira Kembali: Menyapa Penggemar Setelah Sewindu Hiatus
“Sampai kita tua…sampai jadi debu…” Penggalan lirik tersebut mungkin sudah ramah di sebagian telinga masyarakat Indonesia. Di Alam Sutera, setidaknya malam minggu itu, penonton langsung berbondong-bondong maju ke paling depan. Mereka bernyanyi bersama, suasana …
Pitchwave Mengajarkan untuk Tidak Lari dari Masalah di Single Escape
Band alternatif asal Makassar bernama Pitchwave resmi merilis karya anyar bertajuk “Escape” hari Jumat (06/12). Single ini merupakan refleksi tentang siklus yang tak pernah berakhir, di mana seseorang terus menerus berusaha menghindar dari kenyataan …