Di Balik Panggung Prambanan Jazz 2024
Prambanan Jazz 2024 sukses berlangsung tanggal 5-7 Juli lalu di Candi Prambanan, Yogyakarta. Tahun ini merupakan momen spesial bagi festival garapan Rajawali Indonesia ini karena merupakan pergelarannya yang ke-10 tahun.
Di perayaan 10 tahun Prambanan Jazz yang ditandai dengan tagar #SatuDekadeBersama di media sosial, festival menyediakan 3 panggung yang menjadi area tampil bagi para pengisi acara seperti Festival Stage, Special Stage, dan NAVASRPM Stage.
Tahun ini Prambanan Jazz menghadirkan sejumlah nama musisi lokal yang unjuk gigi di panggung, sebut saja Tulus, Kla Project, Yura Yunita, El Corona Gambus, Dere, dan masih banyak lagi. Tak hanya itu, acara ini juga menampilkan penampilan kolaborasi yang juga tak kalah menarik yaitu Jikustik feat. Fanny Soegi, Batavia Collective feat. Kamga, serta Tantowi Yahya feat. Crossroads.
Selain pahlawan lokal, Prambanan Jazz juga menghadirkan penampil internasional seperti Javier Parisi yang merupakan impersonator John Lennon asal Argentina. Meski begitu, Queen At The Opera yang dijadwalkan tampil di Special Stage hari terakhir harus batal tampil beberapa hari sebelum perhelatan.
Berbekal pendampingan dari liaison officer Prambanan Jazz, kami berhasil mengabadikan momen aktivitas para musisi di balik panggung. Simak langsung ceritanya selama 3 hari di bawah ini.
Hari pertama Prambanan Jazz 2024
ArumtaLa merupakan penampil pertama yang kami temui di festival ini. Duo beranggotakan Arini Kumara dan Laura Pradipta yang baru saja merilis album mini Bercerita satu minggu sebelum jadwal tampil mereka di Festival Stage hari pertama.
Meski tampil di jam 3 siang saat matahari Prambanan sedang terik-teriknya, kedua personel ArumtaLa mengaku sangat menikmati momen mereka di panggung. ArumtaLa berkesempatan membawakan 4 dari 5 lagu yang ada di album mini Bercerita.
Baru terbentuk tahun lalu, Prambanan Jazz 2024 juga jadi momen perdana ArumtaLa unjuk gigi di festival ini. Mereka merasa kondisi yang ditawarkan sang festival di balik panggung sudah sangat cukup.
“Kalau Laura sih selama ada snack dia aman [tertawa],” kata Arini.
Usai mewawancarai ArumtaLa kami secara kebetulan berpapasan dengan Fanny Soegi yang saat itu baru selesai tampil bareng Jikustik di Festival Stage. Jika di artikel sebelumnya kami bertanya cerita di balik kolaborasi tersebut kepada Jikustik, di kesempatan itu kami gantian memberikan kesempatan Fanny untuk mengungkapkan ceritanya.
“Kebetulan belum lama ini kan saya pindah ke Jogja, dan kami juga sudah berteman cukup lama. Akhirnya gak butuh waktu lama untuk memikirkan sebuah kolaborasi di panggung,” jelas Fanny.
Prambanan Jazz jadi kedua kalinya kolaborasi Jikustik dan Fanny Soegi terjadi setelah sebelumnya berlangsung di sebuah panggung di daerah Semarang. Mantan vokalis Soegi Bornean tersebut pun langsung memastikan ke depannya format kolaborasi ini akan langsung berlabuh di Samarinda sebagai kota selanjutnya.
Kolaborasi antar band lainnya yang terjadi di Prambanan Jazz adalah Mocca feat. Olski. Kami sempat mengabadikan momen ketika Arina Ephipania (vokalis Mocca) dan Febrina Claudya (vokalis Olski) berpelukan beberapa saat sebelum manggung.
Kami baru dapat kesempatan untuk mewawancarai kedua band usai penampilan mereka. Di saat itu, Arina mengaku ia dan rekan-rekannya di Mocca baru pertama kali bertatap muka dengan personel Olski beberapa hari sebelum Prambanan Jazz dimulai. Meski baru melakukan satu kali sesi latihan, Arina mengaku penampilan mereka sesuai ekspektasi.
Tidak tanggung-tanggung, kolaborasi Mocca dan Olski di Prambanan Jazz tidak hanya terjadi di panggung namun juga terjadi dalam bentuk merchandise berupa kaus. Dicki Mahardika, gitaris Olski sekaligus pencetus ide membuat kaus menjelaskan alasannya turut merilis merchandise kolaborasi ini.
View this post on Instagram
“Karena kolaborasi ini sekali seumur hidup kan, gak tau besok ada kolaborasi apa gak, jadi kami pengin bikin monumentalnya di sini. Dan sekaligus perayaan road to 25 tahunnya Mocca,” ungkap Dicki.
Sampai artikel ini ditulis, kaus kolaborasi Mocca dan Olski masih bisa dipesan melalui akun Instagram resmi @olskitty dengan harga Rp 188 ribu.
Hari kedua Prambanan Jazz 2024
Jarak dari tempat penginapan hingga ke Candi Prambanan yang terbilang cukup jauh membuat kami dan awak media lain cukup merasa masuk akal jika harus mengisi perut sebelum melakukan liputan di Prambanan Jazz 2024 hari kedua.
Jika di festival lain kami disediakan fasilitas berupa ruang media yang seringkali tertutup dengan meja penuh nasi kotak, Prambanan Jazz punya cara mereka sendiri dalam menjamu rekan-rekan media.
Selama tiga hari perhelatan, Prambanan Jazz melibatkan angkringan gerobak setempat untuk menyediakan panganan bagi kami. Mulai dari nasi kucing hingga berbagai gorengan cukup memberikan energi dalam peliputan saat itu.
Usai isi perut, kami kembali menyisir area balik panggung untuk memenuhi pertemuan dengan Sal Priadi. Sebelum menemui solois pemilik lagu “Gala bunga matahari” ini kami sempat melihat berita di Detik.com tentang efek sang lagu yang membuat 6 makam di Tanah Kusir berhias bunga matahari, kami pun langsung meminta tanggapan Sal soal hal tersebut.
“Gue merasa terharu, karena ternyata dari lagu bisa membuat orang kembali berziarah ke orang yang mereka sayang, mungkin lama tidak dikunjungi. Jadi gue happy banget mendengar kabar itu,” ucap Sal.
Musisi yang juga baru pertama kali tampil di Prambanan Jazz tersebut juga sempat memberikan harapannya terhadap festival yang sedang merayakan usia satu dekade tersebut.
“Gue berharap mudah-mudahan semua musisi bisa punya kesempatan untuk manggung di Prambanan Jazz. Mudah-mudahan festival ini juga selalu terbuka untuk band-band baru menjajal panggung ini,” harapnya.
Hari kedua Prambanan Jazz sempat diwarnai kendala yang cukup menjadi perhatian penonton. Indra Lesmana yang dijadwalkan tampil di Festival Stage pukul 17.50 WIB harus mundur sampai di jam 19.00 WIB.
Saat ditemui di balik panggung, musisi yang saat itu tampil berkolaborasi dengan sang putri, Eva Celia menyampaikan apresiasinya kepada Prambanan Jazz yang bisa eksis selama 10 tahun. Meski begitu, ia juga sedikit memberikan masukan kepada sang festival.
“Menurut saya seharusnya bukan hanya sekadar effort untuk eksis, juga harus ada effort supaya bisa memberikan entertainment berkualitas bukan hanya untuk penonton, tapi juga untuk produksi, dan treatment terhadap pengisi acara,” ucap Indra.
Walaupun sempat menghadapi kendala, namun Indra tetap memiliki harapan kepada Prambanan Jazz di tahun-tahun selanjutnya. Menurutnya, tahun depan bisa menjadi titik nol yang baik bagi festival ini.
Tidak ingin terlalu berlarut-larut membahas hal buruk, kami lebih ingin membahas tentang single terbaru Indra Lesmana bertajuk “Fairlight” yang sempat kami tulis beritanya. Single ini ia kerjakan bersama musisi Australia yang merupakan teman-teman bermusiknya saat sekolah di sana.
Sang maestro jazz Indonesia mengaku para personel ini merupakan campuran teman kecil sampai teman kuliahnya. Ia pun mengaku mereka adalah bagian penting dari pertumbuhannya dari segi musikalitas.
“Buat aku akhirnya bisa ketemu lagi karena memang waktu aja yang menemukan kami. Semuanya tiba-tiba klik,” kisah Indra.
Seperti yang sudah ditulis dalam pemberitaan kemarin, Indra Lesmana bersama teman-temannya tidak hanya merekam single “Fairlight” tapi juga 9 lagu lainnya yang bakal dirangkum dalam sebuah album penuh berdurasi 70 menit.
“Yang pasti kalau dengar albumnya akan terdengar, bahwa saya kayak kembali lagi ke pertemanan saya saat itu. Jadi saya gak mencoba membuat sesuatu yang ‘dicari-cari’, tapi saya kayak pulang ketemu teman lama. Kalau ketemu teman lama yang kita obrolin apa? Yang dulu-dulu lah. Jadi itu perasaannya,” pungkasnya.
Hari ketiga Prambanan Jazz 2024
Tidak banyak penampil yang kami temui di hari ketiga. Namun, kami sangat mengusahakan untuk bisa berbincang dan mengabadikan momen di balik panggung Tantowi Yahya dan Gigi yang sama-sama tampil di Festival Stage.
Selain tampil bersama band Crossroads, Tantowi juga menampilkan kejutan dengan menghadirkan kolaborasi bersama Fariz RM di Prambanan Jazz 2024. Di kesempatan tersebut, keduanya perdana membawakan sekaligus merilis lagu kolaborasi mereka dalam tajuk “Pilihan Kita”.
Berbicara soal lagu tersebut, Tantowi Yahya mengaku terinspirasi dari lagu “The Girls Is Mine” dari Paul McCartney dan Michael Jackson. Tantowi yang merasa lagu dengan lirik tentang perebutan cinta seorang wanita oleh 2 laki-laki sangat menarik, dan langsung mengajak Fariz untuk kolaborasi di lagu serupa.
Fariz yang merasa di usia mereka saat ini topik memperebutkan cinta tidak relevan, langsung mengembangkan ide lirik menjadi bagaimana ia melihat Tantowi yang juga seorang politisi dan dirinya sebagai seorang musisi memperebutkan hati rakyat Indonesia.
“Jadi kami berlomba untuk merebut cinta dari Indonesia. Fariz menganggap saya walaupun nyanyi dan di televisi, tetap aja politisi, nah dia tuh musisi. Itu awalnya,” jelas Tantowi.
Jika dari tadi kami banyak membahas kolaborasi, pertemuan kami dengan Gigi di hari terakhir Prambanan Jazz 2024 memiliki alasan karena mereka tampil dengan format berbeda. Format yang dinamai Gigi Unplugged ini tentu sangat memantik rasa penasaran para pengunjung.
Mengaku belum pernah membawa format ini dalam bentuk set penuh, Gigi banyak melakukan persiapan berupa latihan dan soundcheck karena banyak menggunakan musisi additional.
Kabar baik juga datang dari Gigi yang bakal menggelar konser perayaan 30 tahun mereka di Istora Senayan tanggal 24 Agustus mendatang. Armand mengatakan, tantangan terberat mereka sebagai band yang sudah beberapa kali menggelar konser dengan berbagai konsep adalah bagaimana mereka menemukan konsep baru.
View this post on Instagram
Dalam menemukan konsep baru tersebut, Gigi mendaulat Edy Khemod dari Seringai untuk menjadi creative director konser bertajuk GIGInfinity 30th Years Anniversary tersebut. Mereka akhirnya sepakat untuk menghadirkan musisi-musisi muda untuk terlibat dalam perhelatan tersebut.
“Karena 30 tahun, Inshaallah 3 jam lebih, 30 musisi lebih, 30 lagu lebih juga. Ya pokoknya serba 3 lah. Yang beli tiket juga harus 3 minimal [tertawa],” jelas Armand.
Pemilihan Khemod sebagai pengarah kreatif konser ini diakui Thomas Ramdhan karena sang drumer Seringai tersebut pernah terlibat dalam beberapa proyek Gigi seperti pembuatan videoklip “Perdamaian”, “Pintu Sorga”, “11 Januari”, dan “Nakal”.
“Sebetulnya dia sangat mengenal dari satu sama lain di Gigi, terus dia pemain band ya, dia mengerti banget untuk diajak ngobrol. Chemistry untuk menyatukan dalam waktu singkat menurut gue pribadi, ini orang enak diajak ngobrol. Kaminya ada trust, dianya ke kami juga tau kemauannya, jadi ada bonding gitu,” ungkap Thomas.
Selain di Festival Stage yang merupakan panggung besar, di hari ketiga Prambanan Jazz akhirnya muncul keinginan untuk turut meliput aktivitas balik panggung salah satu penampil di NAVASRPM Stage yaitu Monday Manda.
Berbekal kontak yang sudah dimiliki saat mewawancarai mereka untuk rubrik Bising Kota, kami akhirnya berhasil masuk ke area balik panggung NAVASRPM Stage untuk bincang dengan Monday Manda.
Tidak merasa musik mereka jazz, namun Martin sang pemain bas merasa Monday Manda bisa membawa nuansa dan warna baru untuk barisan penampil di Prambanan Jazz 2024.
“Jadi kami pun berusaha coba kasih sesuatu yang berbeda juga, walaupun di awal penampilan kami sempat ‘jazz-jazzan’ tuh, tapi kami kejutkan juga, jadi setidaknya penonton bisa merasa ‘ih, apaan nih?’,” jelas Martin.
Hari-hari liputan kami di Prambanan Jazz diakhiri dengan menyaksikan penampilan Dewa 19 feat. Virzha yang merupakan band terakhir yang tampil. Ramainya penonton lintas generasi yang menyaksikan Ahmad Dhani dan kawan-kawan jadi semacam perayaan meriah untuk 10 tahun Prambanan Jazz.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Juicy Luicy – Nonfiksi
Lewat Nonfiksi, Juicy Luicy semakin mengukuhkan diri sebagai band pengusung lagu patah hati dengan formula pop R&B yang jitu dan ultra-catchy. Pertanyaannya: sampai kapan mereka akan menjual kisah patah hati kasihan dan rasa inferioritas …
Selat Malaka Resmi Mengeluarkan Album Penuh Perdana
Band asal Medan bernama Selat Malaka resmi mengeluarkan album penuh perdana self-titled hari Jumat (22/11). Sebelumnya, mereka sudah mengantongi satu single “Angin Melambai” yang beredar tahun lalu. View this post on Instagram …