Di Balik Panggung We The Fest 2024
We The Fest 2024 sukses berlangsung selama 3 hari tanggal 19-21 Juli lalu di GBK – Sports Complex, Jakarta Pusat. Festival yang digarap Ismaya Live ini merayakan 10 tahun penyelenggaraan dengan banyak menampilkan aksi dari para musisi lokal dan internasional di 3 panggung yaitu WTF Stage, This Stage Is Banana, dan Park Stage.
Momen perayaan 10 tahun We The Fest ini memantik kami untuk menemui Sarah Deshita, selaku Program Director festival sejak pertama kali berlangsung tahun 2014 lalu. Setelah melalui banyak melalui janji temu, akhirnya kami bisa menemui Sarah di hari terakhir pergelaran We The Fest.
Setelah mengucapkan selamat atas pencapaian festival selama 10 tahun, kami langsung menanyakan apa yang masih Sarah ingat soal We The Fest 2014. Ia mengenang, bahwa edisi pertama WTF berlangsung di Parkir Timur Senayan yang lokasinya tidak jauh dengan tempat pergelaran festival di tahun ini.
Selain lokasi yang tidak jauh dari perhelatan perdana, Sarah juga mengatakan beberapa musisi yang tampil di We The Fest 2024 juga turut meramaikan WTF 2024 seperti Sore dan MALIQ & D’Essentials.
“Ruwetnya sama [tertawa]. Tapi tahun ke-10 ini lebih merasa contented. Kayak sudah terpenuhi proses-proses dan perjalanan yang seharusnya,” kata Sarah.
Sarah yang beberapa kali menyebut WTF sebagai “anak”-nya ini pun kembali mengenang bagaimana awalnya ia bisa terlibat di festival ini. Berakhirnya sebuah festival garapan Ismaya Live bernama Love Garage di tahun 2014 menjadi momen awal bagi tim Ismaya saat itu untuk membuat festival baru yang menampilkan aksi dari musisi dengan genre lebih beragam.
Tim Ismaya yang saat itu sangat suka dengan nama Djakarta Warehouse Project (festival garapan Ismaya lainnya) yang kerap disingkat menjadi DWP menjadi pemantik mereka untuk mencari nama festival yang juga catchy jika disingkat.
“We went through a lot of options, cuma saat itu somehow gue lagi dengerin ada satu band namanya We The Kings. Dulu juga belum marak menggunakan nama ‘fest’ belakangnya, jadi kayak yaudah, We The Fest. We want this festival jadi milik kita semua,” kenangnya.
Usai mendapatkan cerita bagaimana awalnya WTF terjadi, kami juga sempat menanyakan tentang bagaimana Sarah menyikapi soal komentar orang-orang di dunia maya tentang lineup WTF yang dinilai kurang oleh mereka untuk sebuah festival yang sudah berusia 10 tahun ini.
“It’s a pretty tricky year. Cuma dengan lineup yang sekarang amazingly gue merasa ada puasnya juga, dan ekspektasi orang gak bisa kami penuhin sepenuhnya. On the other side of it, gue merasa kayak, ‘lo punya ekspektasi itu untuk festival ini, berarti kami sudah di situ ya’. Dan pastinya we’re gonna keep on trying for upcoming years,” tegas Sarah.
Terlepas dari semua komentar masyarakat tentang We The Fest 2024, kami pribadi merasa senang bisa menyaksikan penampilan dari musisi internasional seperti Turnstile, Peggy Gou, dan Joji di festival ini.
Tentu kami juga senang menyaksikan aksi para pahlawan lokal di berbagai panggung WTF tahun ini. Seperti biasa, kami juga menangkap keseruan momen di balik panggung para musisi selama 3 hari yang bisa disimak di bawah ini.
Hari pertama
Di hari Jumat, kami berkesempatan menemui Skandal yang didaulat menjadi salah satu penampil pembuka di WTF 2024, tepatnya di This Stage Is Banana. Sebelum berbincang di balik panggung, kami juga dipersilakan oleh para personel untuk mengabadikan momen soundcheck mereka.
Tidak hanya menjadi penampil pertama, namun WTF tahun ini juga menjadi momen perdana bagi band yang bulan April lalu melepas album mini Dengar ini untuk unjuk gigi di festival tersebut. Aga (drum) mengatakan, bahwa WTF merupakan salah satu festival yang menjadi salah satu bucket list Skandal.
Siddha (vokal) menambahkan, meski tidak merasa ada beban, namun ia cukup kaget di kesempatan perdana main di WTF, bandnya itu langsung dipercaya untuk mengisi This Stage Is Banana yang menurutnya memiliki skala cukup besar.
“Sebenarnya gak ada beban, cuma ya deg-degan aja. Ya kami kan sebelum dikasih jadwal kayak, ‘Ah paling panggung ketiga [terbesar]’, tapi ternyata dikasih kesempatan di panggung yang lebih gede ya oke sih,” kata Siddha.
Kami juga menanyakan kepada Skandal perihal album mini Dengar yang berisikan lagu-lagu seperti “Mimpi”, “Utara”, dan “Sudah”. Aga mengaku respons untuk sang album cukup baik karena selain banyak penonton yang sudah bisa menyanyikan lagu-lagu di dalamnya saat Skandal tampil, ia juga menerima banyak komentar positif dari sisi produksi.
“Frekuensi manggung kami jadi lumayan naik ya gara-gara album itu keluar. Itu pengaruh besar,” ungkap Aga.
Skandal menutup wawancara dengan menjanjikan perilisan album penuh mereka. Dalam waktu dekat, mereka juga bakal merilis videoklip untuk lagu “Utara”. Mari nantikan.
Di artikel yang kami terbitkan sebelum WTF dimulai, penampilan Nadin Amizah dalam membawakan Konser Selamat Ulang Tahun di festival ini wajib disaksikan. Usai menyaksikan penampilannya yang memukau, kami langsung menjumpai Nadin untuk berbincang.
Nadin mengungkapkan, alasannya membawa konsep Konser Selamat Ulang Tahun karena ingin melakukan hal baru setelah beberapa kali tampil di WTF. Ia menambahkan, jika ingin melakukan hal spesial, maka ia tidak akan melakukannya secara tanggung-tanggung.
“Kebetulan kemarin memang lagi kangen banget Konser Selamat Ulang Tahun. Terus aku bilang ke Kak Sarah, dan dia excited. Dari situ sudah mulai prepare,” kisah Nadin.
Setelah mendapatkan restu dari Sarah, Nadin dan tim langsung menjalani persiapan yang berlangsung selama 2 bulan, yang tentu diakuinya lebih cepat dibandingkan persiapan Konser Selamat Ulang Tahun perdana di akhir tahun 2022 lalu.
Nadin yang mengaku sangat suka dengan setiap perhelatan WTF juga berbagi momen paling berkesannya selama hadir di festival ini baik sebagai penonton maupun penampil. Saat menjadi penonton, Nadin mengatakan WTF 2019 paling berkesan karena ia bisa menyaksikan aksi Troye Sivan.
Selain tahun 2019, solois yang tahun lalu merilis album Untuk Dunia, Cinta, dan Kotornya ini juga memiliki momen emosional di WTF, karena sang festival pernah menjadi saksi momen-momen terakhir Nadin bersama sahabatnya sebelum pergi untuk selamanya.
“Bahkan sebelum aku nyanyi, berarti 2017-an. Aku ingat banget itu festival terakhir yang kami datang sebagai penonton, tahun depannya aku manggung, dia masih ada untuk nonton,” kenangnya.
Dipha Barus yang tampil menutup WTF 2024 hari pertama membawa konsep spesial untuk penampilannya. Di bawah tajuk Dipha Barus Presents Aneka Dansa, sang musisi memboyong sejumlah kolaborator untuk tampil bersamanya di This Stage Is Banana.
Malam itu, DJ kenamaan Indonesia tersebut berkolaborasi dengan Barakatak, Iwa K, Matter Mos, Monica Karina, Podcast Rapot, dan Sal Priadi. Dipha menjelaskan, konsep ini sudah ada dalam rencananya, namun baru bisa terealisasi di WTF tahun ini.
“Jadi tuh konsepnya sebenarnya adalah nyanyi kayak lo di ruang karaoke, jadi lo bisa baca teks dari lagu-lagu populer. Vokalnya lagu populer, tapi musik backing-nya dari berbagai genre musik dansa,” jelas Dipha.
Hari kedua
Momen ‘serba perdana’ di WTF 2024 juga terjadi di hari kedua perhelatan. Kali ini datang dari Bernadya yang hari itu tampil perdana di WTF, membawakan lagu-lagu dari album perdana, dan naik panggung di jam pertama. Pihak festival pun langsung memercayai sang solois untuk tampil di panggung utama, WTF Stage.
Meskipun ini artikel di balik panggung, namun izinkan saya membahas sedikit tentang suasana panggung musisi pelantun lagu “Kini Mereka Tahu” tersebut. Selama penampilannya, area belakang panggung dihiasi meme Bernadya yang beberapa waktu lalu marak di internet.
Meme yang dicetak menjadi bendera yang menutupi sebagian besar area latar panggung tersebut pun berkibar gagah sembari Bernadya membawakan setnya. Ia pun sempat bercerita alasan di balik keputusan tim menjadikan sang meme jadi bagian dari panggung.
“Dari orang aja tiba-tiba meme itu tersebar, aku gak tau. Sebagai bentuk respons, ya udahlah kami pasang. Biasanya orang bawa sendiri kan bendera-benderanya, ini kami bawain nih,” ujar Bernadya.
Hari kedua WTF yang kebetulan jatuh sekitar seminggu setelah Bernadya menyelesaikan rangkaian Tur Berjalan membuat kami tertarik membahas hal tersebut. Dalam tur perdananya ini, musisi asal Surabaya ini berkesempatan menyambangi kota asalnya, Yogyakarta, dan ditutup di Bandung.
Mengaku senang menjalani Tur Berjalan, Bernadya pun akhirnya memiliki tips bagi dirinya sendiri untuk diterapkan di perjalanan berikutnya. Ia memaparkan, bahwa ke depannya sebelum menjalani tur harus lebih sering melakukan olahraga, rajin mengonsumsi vitamin, dan memperhatikan pola makan.
“Kalau tur kan pasti tidurnya gak bisa benar ya, jadi at least sebelum-sebelumnya udah benerin (jam) tidurnya, biar kalau pun rusak gak rusak-rusak banget gitu,” jelasnya.
Pembicaraan kami dengan Marcell yang tampil usai Bernadya juga berlangsung seru karena membahas tentang gejala musik hardcore yang kini marak di kalangan anak muda. Seperti yang kita tau, meski sekarang dikenal sebagai penyanyi pop, Marcell pernah tergabung sebagai drumer dalam grup band hardcore lawas asal Bandung bernama Puppen.
Topik ini kami rasa relevan karena selain Marcell pernah terlibat dalam skena hardcore pada masanya, tidak bisa dipungkiri genre ini memang sedang wangi-wanginya, terbukti dari WTF sendiri yang sampai mengundang Turnstile yang (mungkin) merupakan band hardcore terbesar era ini.
Penyanyi berkacamata tersebut mengaku senang dengan fenomena ini karena ia merasa jendela-jendela yang seakan ditutup saat eranya di Puppen saat ini semakin terbuka lebar.
“Sekarang karena adanya digital streaming platform, gak ada batasan genre dan selera, semua kayaknya bisa mendengarkan dan mengapresiasi. Ditambah juga festival sebesar We The Fest ini kan zaman dulu gak sebanyak sekarang. Jadi untuk datang ke festival, penonton bisa disuguhin sama tontonan yang beragam,” ucap Marcell.
Dalam penampilannya hari itu, Marcell ditemani oleh B.O.H FM yang digawangi oleh duo suami istri Winky Wiryawan dan Kenes Andari. Kolaborasi mereka di WTF tentu membawakan single kolaborasi bertajuk “Pesona Palsu” yang rilis sekitar satu bulan sebelum WTF.
Hari ketiga
Sebelum berangkat ke WTF hari ketiga, penulis kebetulan baru menyaksikan videoklip single “Amerika” milik Bank menggerakkan kami untuk menyambangi band yang diisi oleh nama-nama lama di industri musik ini.
Setelah mengatur jadwal dengan Rizky “Kimo” Ramadhan selaku frontman Bank, akhirnya kami berkesempatan menemui ia dan rekan-rekannya di balik panggung Park Stage usai tampil.
Sebagai seorang frontman, Kimo memiliki kepribadian santai yang membuat sesi wawancara berlangsung sangat menyenangkan. WTF merupakan festival keempat yang disambangi Bank. Kimo mengatakan mereka membawakan 3 lagu di festival ini yaitu, “Istimewa”, “Kembali”, dan “Kumbang”.
Lebih lanjut Kimo turut bercerita soal videoklip “Amerika” yang disutradarai oleh Tb. Elvan. Lewat karya audio visual berdurasi 4:25 menit ini, Bank ingin memaparkan berbagai budaya Amerika yang masuk ke Indonesia.
“Basically ini satir, kami mau nyinyir terhadap negara tersebut bahwasannya semua budaya mereka diinvasi ke semua negara kan. Dan ya sudah, just enjoy the party, karena semua kulturnya sampai ke Indonesia dan Jakarta,” ungkap Kimo.
Zaki juga memberikan pendapatnya soal perkembangan WTF sebagai sebuah festival yang sudah berjalan selama 10 tahun ini. Menurutnya festival ini jadi semacam barometer buat para musisi yang sedang membangun karier mereka.
“Kalau lo udah main di We The Fest artinya lo udah di-recognize lah sama pelaku musik,” jelasnya.
Selain meliput, Pophariini yang merupakan bagian dari Mad Haus Group merasa cukup bangga dengan keterlibatan kami secara keseluruhan di WTF 2024. Mulai dari Pophariini Store yang menjual merchandise MALIQ & D’Essentials dan Laleilmanino, area We The Kids tahun ini juga menjalin kerja sama dengan Little Essentials yang merupakan produk baju anak-anak dari MALIQ yang juga sempat singgah di area tersebut untuk menghibur anak-anak yang ada di sana.
Empat penampil yang ada di Park Stage yaitu Jordan Susanto, Rrag, GUU, dan Jo Soegono juga merupakan hasil kurasi dari program Submit Your Music yang bekerja sama dengan Bising Kota Pophariini.
Akhir kata kami cukup menikmati waktu kami di WTF 2024 dengan suguhan penampilan para musisi dan interaksi kami dengan semua yang ada di festival ini. Sampai jumpa di We The Fest tahun depan.
Eksplor konten lain Pophariini
- #hidupdarimusik
- Advertorial
- AllAheadTheMusic
- Baca Juga
- Bising Kota
- Esai Bising Kota
- Essay
- Feature
- Good Live
- IDGAF 2022
- Interview
- Irama Kotak Suara
- KaleidosPOP 2021
- KALEIDOSPOP 2022
- KALEIDOSPOP 2023
- Kolom Kampus
- Kritik Musik Pophariini
- MUSIK POP
- Musisi Menulis
- New Music
- News
- Papparappop
- PHI Eksklusif
- PHI Spesial
- PHI TIPS
- POP LIFE
- Review
- Sehidup Semusik
- Special
- Special Video
- Uncategorized
- Videos
- Virus Corona
- Webinar
Solois Asal Binjai, Palep Angkat Kisah Masa Lalu di Single Kedua
Solois asal Binjai, Sumatera Utara bernama Palep resmi merilis single kedua bertajuk “You Still Call My Baby” hari Sabtu (30/11). Lagu ini bercerita tentang seseorang yang terjebak di situasi yang tidak bisa melupakan semua …
High No Man Menghadirkan Karya Reggae Dub yang Berbeda
Proyek reggae dub asal Tuban, Jawa Timur bernama High No Man resmi meluncurkan maxi-single bertajuk More High yang berisikan 2 lagu yaitu “Beat Down Babylon” dan lagu yang berjudul sama dengan maxi-single. Materi ini …