Rekomendasi: D’MASIV – TIME

Feb 28, 2022

Setiap band butuh perubahan. Apalagi band yang sudah berkarir lebih dari satu dekade di industri musik. Kadang perubahan itu terjadi cepat atau lambat, kadang sebagian atau seluruh gagasan konsep bermusiknya.

Kita mendengar bagaimana Slank terdengar menjadi lebih kompleks dan lantang di Generasi Biru dan Piss, begitu pun dengan Dewa 19 di album Terbaik Terbaik dan Pandawa Lima-nya. Grup seperti MALIQ & D’Essentials harus menunggu 4 album sejak debutnya di 2005, satu dekade kemudian untuk bisa membuat perubahan spektakuler di Musik Pop. Band seperti Peterpan harus menunggu sekian puluh tahun bahkan harus berganti nama untuk bisa berubah menjadi lebih menarik.

Jadi wajar jika band seperti D’MASIV  butuh melewati satu dekade lebih, enam album dengan banyak album kompilasi untuk bisa menciptakan album seperti TIME yang menurut saya menuju perubahan ke arah musikal yang lebih baik.

Saya sempat menyimak wawancara Rian dkk di sebuah stasiun radio soal penggarapan album ini. Fakta bahwa album ini mengalir tanpa konsep yang sedemikian rupa, ditulis tanpa pressure atau pertimbangan yang matang, bukan sesuatu yang baru yang terjadi hari ini, apalagi kita bicara di masa pandemi.

Dampak pandemi menurut saya menuntut banyak musisi untuk melakukan gaya bebas, karena terkonsep atau tidak, toh mereka tidak mengatur ekspetasi yang terlalu tinggi untuk sebuah album yang rilis di masa pandemi dimana mereka tak bisa berharap kepada angka penjualan yang tinggi. Kalau sudah begini, keputusan untuk eksplorasi gila-gilaan malah menjadi opsi menarik.

Ok, mari kita masuk ke musik. Ada beberapa titik masuk yang menjadi kunci dari bagaimana orang akan melihat perubahan musikal band ini. Terlepas anggapan mungkin orang akan mendengarkan dari track pertama sampai akhir. Saya memilih kebalikannya. Mendengarkan track-track terakhir. Meniti filler-filler yang ada di album ini.

 

“Perempuan Tangguh” adalah titik masuk yang manis. Sebuah nomor balada grande,  seolah dimainkan di dalam gedung pertunjukan dengan tata lampu dan suara megah. Lalu ada “Perawan”, letupan besar yang memantik keterkejutan saya. Sebuah set lagu pop disko dengan intro, notasi dan lirik kasual namun dengan aransemen yang sadis. “Perawan” jadi soundtrack tema kasual, perkenalan lawan jenis yang mungkin terjadi di sebuah klab (dari suara gelas yang terdengar di awal). Perubahan yang impresif.

Lalu ada “Besok”, lagi-lagi tema kasual menjadi dasar lagu ini. Keterlibatan Feel Koplo pada aksen “tarling” yang ada di lagu ini dikemas dengan sangat cantik, nyaris seperti pola pop ala Chrisye. “Terlalu Tinggi” di lain pihak, adalah buah eksplorasi 90s R&B disko/new jack swing ala P.M. Dawn atau Milli Vanilli. Throwback yang asik.

Perubahan di tubuh D’MASIV juga nampak ketika mereka menyisipkan lirik bahasa Inggris yang bertajuk “Side By Side”. Berbekal lirik yang ditulis jurnalis Hasief Ardiasyah dan QoryGore, dipahat oleh Rian menjadi sebuah nomor synth-pop yang ringan. Hal menarik lainnya ada ketika  mereka mampu menyublim-kan dirinya menjadi grup R&B di  “Sahabat Jadi Kekasih”, menggaet Rayen Pono dan Regina Poetiray. Demikian pula “Kau Yang Tak Pernah Tahu”, D’MASIV dan Fariz RM membuat potongan balada pop delapanpuluhan yang sip.

Butuh keberanian buat D’MASIV melakukan gaya bebas musikal-nya di TIME, baik dari musik maupun sampul albumnya. Ingat, akan selalu ada dua sisi mata uang. Mereka harus bisa menerima kenyataan bahwa akan ada pertentangan bagi fans berat D’MASIV yang mengiringi pertumbuhan mereka dari tahun ke tahun. Meski demikian, sisi lainnya yang menarik adalah para pendengar baru akan berdatangan dengan TIME sebagai tiket masuknya.

Namanya juga gaya bebas, perubahan ini pasti ada konsekuensinya. Yang jelas, selama pandemi, yang mereka, baik band maupun fans dan pendengarnya lakukan adalah nikmati saja sebagai sebuah karya musik pop untuk mengisi soundtrack hari-hari mereka. D’MASIV lewat TIME tengah menyajikan itu sekarang.


 

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …