Doa Penanti dari atas Kapal Udara

Jun 7, 2019

Tidak banyak band dari Makassar yang unik dan menarik perhatian kami. Tidak sampai kami melihat Kapal Udara. Setahun yang lalu, mereka sempat berkunjung ke Jakarta mempromosikan mini album mereka, Seru dari Hulu. Dan kini, mereka mempersiapkan album penuhnya bertajuk Mesin Manusia. Single “Doa Penanti” didapuk menjadi jembatannya.

Musik Kapal Udara sebenarnya mudah dikunyah, di dalamnya ada pop dan folk terkadang bisa rock meski dengan kadar yang ringan. Namun entah mengapa ada sesuatu yang membuat band yang digawangi Muhammad Ayat (Vokal-Gitar), Saleh Hariwibowo (Gitar), Mardhan Maing (Bass), dan Muh. Bobby Pramusdi (Drum) ini menarik. Mungkin dari petikan gitarnya yang sederhana namun menggelitik hati, mungkin juga dinamika musik dan notasinya yang teduh dan berangin.

Atau mungkin saja dari lirik-lirik lagunya, yang memang bercerita soal isu sosial yang berangkat dari lingkungan sekitar, perihal masyarakat, yang menurut mereka ‘tentang cara masyarakat bertahan dan melanjutkan hidup’.

artwork single Doa Penanti

“Doa Penanti” misalnya, di single ini Kapal Udara masih menceritakan perihal masyarakat dan kebudayaan, khususnya perempuan. Mereka mengamati bahwa dalam budaya patriarki, para perempuan dipaksa menjadi rumah, tempat lelaki pulang dari pekerjaan.

“Doa Penanti adalah elegi perempuan yang ditinggalkan,” ungkap mereka.

“Doa Penanti” dirilis sejak 1 Juni 2019 lalu di berbagai platform digital. Empat lagu lainnya akan menyusul bersama rilisian fisik dalam beberapa waktu ke depan. Masih dalam suasana lebaran, Doa Penanti sengaja dirilis di tengah derasnya arus mudik libur hari raya ini dengan harapan lagu ini bisa menjadi lagu penghantar buntuk pendengar pulang dan bertemu mereka yang sedang menanti.

____

Penulis
David Silvianus
Mahasiswa tehnik nuklir; fans berat Big Star, Sayur Oyong dan Liem Swie King. Bercita-cita menulis buku tentang budi daya suplir

Eksplor konten lain Pophariini

5 Lagu Indonesia Pilihan The Cottons

Meski tidak seheboh musisi lainnya, namun tahun ini bisa dibilang juga merupakan tahunnya The Cottons. Bukan sekadar omong kosong, namun jika menengok kembali penampilan mereka di festival atau berbagai acara lain, sudah pasti panggung …

Menengok Gegap Gempita Ekosistem Musik ‘Pinggiran’ di Kulon Progo

Pinggiran, pelosok, dan jauh, sepertinya tiga kata itu mewakili Kulon Progo. Biasanya, diksi-diksi tersebut muncul dari orang-orang yang tinggal di pusat kota, pokoknya yang banyak gedung-gedung dan keramaian. Diakui atau tidak, Kulon Progo memang …