DZEE – MERAHITAM

Sep 5, 2022

Sangat menarik menemukan rapper dengan gaya storytelling sebagai gagasan bermusiknya. Setidaknya dari riset saya, setelah Neo di era 90-an, banyak nama rapper dengan gaya ini yang berhasil menancapkan namanya, untuk itu saya amat sangat mengapresiasi mereka yang tetap setia di gaya ini.

Pendekatan storytelling kerap saya dengarkan dari lagu-lagu dengan tema-tema ringan yang diusung beberapa nama lain seperti Neo tentang uang (“Borju”), atau Jayko tentang pergaulan seperti “Abidin” atau karya-karya Tuan Tigabelas.

Menilik debut MERAHITAM dari Dzee, saya menemukan lirik yang sangat realistis, berbicara tentang kepedihan dan ketidakadilan sebagai sebuah respon dirinya terhadap apa yang terjadi di lingkungan sosial yang kemudian mempengaruhi respons gagasan bermusiknya.

Lirik-lirik kesedihan dikemas dalam vibe yang sedih, misal dalam “Cukup”, unsur dramatis disajikan dalam string section plus nyanyian Candra Kim, demikian juga yang terjadi di “Milik Siapa”, “Tangguh”, “Dinda Kecil” dan beberapa track lain. Demikian juga kemarahan, beberapa vibe agresif dilukiskan dengan distorsi gitar seperti dalam “Hadas” atau aransemen tertentu di “Tarung” misalnya.

Dengan kelindan antara vibe dan lirik ini menjadikan pesan yang disampaikan bisa langsung dirasakan oleh pendengarnya, bahkan awam sekalipun. Ini menariknya dari gaya storytelling, saya melihat tema menjadi raja yang harus dikulik menjadi sebuah presentasi yang layak. Sejauh ini, dengan gaya Boombap klasik-nya, Dzee sudah melakukannya dengan baik.

Meski tak banjir, tidak sedikit line yang sangat keren yang patut dicatat di setiap track di album ini. Ini menunjukkan bahwa meskipun berangkat dengan gaya storytelling, upaya Dzee dalam menemukan rakitan-rakitan rima yang solid patut diapresiasi. Ini menurut saya buah dari pembelajaran yang ia dapatkan dalam beberapa latihan dan ujian akar rumput lewat battle-battle yang kerap ia geluti sejak 2008 hingga hari ini.

Overall, MERAHITAM adalah titik awal dari Dzee untuk mendapatkan lampu sorot dari fans hip hop dan pecinta musik secara luas. Sebuah pencapaian awal yang baik.

Penulis
Wahyu Acum Nugroho
Wahyu “Acum” Nugroho Musisi; redaktur pelaksana di Pophariini, penulis buku #Gilavinyl. Menempuh studi bidang Ornitologi di Universitas Atma Jaya Yogyakarta, menjadi kontributor beberapa media seperti Maximum RocknRoll, Matabaca, dan sempat menjabat redaktur pelaksana di Trax Magazine. Waktu luang dihabiskannya bersama bangkutaman, band yang 'mengutuknya' sampai membuat beberapa album.

Eksplor konten lain Pophariini

Di Balik Panggung Kabar Bahagia 30 Tahun Perjalanan rumahsakit

Perjalanan 30 tahun bukan waktu yang sebentar untuk berkumpul dan mendedikasikan jiwa raga dalam entitas band. Keberhasilan yang sudah diraih rumahsakit selama mereka berkarier terwujud dalam sebuah perayaan. Bekerja sama dengan GOLDLive Indonesia, Musicverse …

Wawancara Eksklusif Atiek CB: Lady Rocker Indonesia yang Gak Betah Tinggal di Amerika

Salah satu legenda hidup rock Indonesia, Atiek CB menggelar sebuah pertunjukan intim bertajuk A Night To Remember for Atiek CB hari Rabu, 11 Desember 2024 di Bloc Bar, M Bloc Space, Jakarta Selatan.   …