“Earhouse Songwriting Club: Karya Lahir Setiap Minggu” oleh Endah Widiastuti

Nov 9, 2019
Musisi Menulis

Setiap hari Senin malam, saya selalu bersemangat untuk Earhouse Songwriting Club. Ini adalah kegiatan rutin mingguan bagi para penulis lagu untuk berkumpul di Earhouse, kedai kopi sederhana milik saya (Endah) dan Rhesa, dari duo musik Endah N Rhesa. Bertempat di sudut ruko Pasar Kita (Pasar modern Pamulang) Tangerang Selatan. Kegiatan ini gratis tak berbayar, terbuka untuk semua orang, dan tidak mengikat.

Tak terasa, Earhouse Songwriting Club sudah lima tahun berjalan. Banyak yang datang, tak jarang pula yang ‘terbang’. Demikian istilah yang saya pakai untuk mereka yang sibuk hingga tak sempat datang, atau sudah menjadi musisi beneran.

Suasana workshop penulisan lagu di Earhouse / foto: Earhouse

Setiap minggu ada saja wajah-wajah baru muncul. Wajah lama juga ada yang bertahan bulanan, bahkan hingga tahunan. Mereka berkumpul dengan berbagai alasan. Ada yang memang ingin belajar menulis lagu, cari teman baru, motivasi berkarya setiap minggu, dan alasan-alasan lainnya. Yang jelas, tidak pernah ada jaminan apakah lagu yang dihasilkan akan sukses, laku, dan hits dipasaran. Ya, ini hanya komunitas untuk bersenang-senang dan untuk nasib, tetap Tuhan yang menentukan. Haha!

Jika gitaris melakukan fingering, penyanyi melakukan vocalizing, maka tak ada jalan lain bagi penulis lagu untuk terus latihan menulis

Lima tahun lalu, saya menggagas kegiatan rutin ini di Earhouse semata-mata untuk mencari teman sesama penulis lagu. Seperti layaknya berteman, inginnya bisa berbagi kisah, cerita, bertukar pikiran, berbagi sudut pandang, semua dalam bentuk karya. Kemudian, kita menentukan PR untuk dikerjakan dan kemudian dimainkan di minggu mendatang. Ya, setiap minggu selalu ada tantangan yang membuahkan hasil lagu baru pada pertemuan berikutnya.

kumpul-kumpul nulis lagu / foto: dok. Earhouse

Menurut saya, menulis lagu itu perlu dilatih. Sama seperti latihan gitar, vokal, dan instrumen lainnya. Jika gitaris melakukan fingering, penyanyi melakukan vocalizing, maka tak ada jalan lain bagi penulis lagu untuk terus latihan menulis. Perkara mau dijadikan apa lagunya itu urusan belakangan. Kegiatan rutin seperti ini sangat bermanfaat untuk menstimulasi kreativitas agar ia tidak mandek.

Jujur saja, saya tidak pernah mempengaruhi teman-teman yang ikut komunitas ini untuk terjun sebagai musisi atau penulis lagu profesional. Mau jadi apa dan diapakan lagunya itu menjadi keputusan masing-masing orang. Menurut hemat saya, menulis lagu bisa dilakukan siapa saja apapun latar belakang, profesi, atau pekerjaannya. Ketika lagu direkam, dipublikasikan dan kemudian ada efek ekonomi, itu hanya sekelumit dari segudang manfaat menulis lagu. Sungguh menyedihkan apabila itu menjadi satu-satunya hal yang dikejar saat menulis lagu karena bisa menutup mata atas keuntungan-keuntungan lain yang bisa kita dapatkan manfaatnya dari kegiatan ini.

Menulis lagu menjadi fun di Earhouse Songwriting Club / foto: Earhouse

Kegiatan menulis lagu memiliki banyak fungsi. Ia bisa menjadi sarana berekspresi, luapan emosi, tempat untuk berkomunikasi, sebagai media pendidikan, menyampaikan pesan, bersosialisasi, dan sebagainya. Seperti halnya Paduan Suara Dialita yaitu kelompok ibu-ibu yang bernyanyi yang merupakan para penyintas Tragedi 1965. Paduan suara ini dikenal menyanyikan karya-karya yang mereka tulis di penjara saat menjadi tahanan politik. Tujuan mereka menciptakan lagu dan bernyanyi adalah untuk menjaga kewarasan, supaya tidak gila, dan terus menjaga semangat hidup.

Hal ini menjadi sangat penting mengingat sebagian besar dari mereka di penjara belasan tahun, ada yang tidak berkesempatan memberi kabar keluarganya, bahkan tidak mengetahui bagaimana kabar orang-orang di rumahnya. Mereka terpenjara dalam kesendirian dan tidak pernah mengetahui nasib yang akan datang. Kemudian di setiap kali ada kawan sesama tahanan yang berulang tahun, lagu-lagu berkumandang. “Salam harapan padamu kawan. Semoga kau tetap sehat sentosa. Bagai gunung karang di tengah lautan tetap tegar didera gelombang. Laju lah laju, perahu kita laju. Pasti kan mencapai pantai cita.”. Demikian potongan lirik lagu “Salam Harapan” karya Ibu Zubaedah Nungtjik. AR. Dahsyat!

menulis lagu bisa dilakukan siapa saja apapun latar belakang, profesi, atau pekerjaannya. Ketika lagu direkam, dipublikasikan dan kemudian ada efek ekonomi, itu hanya sekelumit dari segudang manfaat menulis lagu

Pernah suatu malam saat kami berkumpul, datang seorang remaja laki-laki yang gagah turut serta Earhouse Songwriting Club untuk pertama kalinya. Saat itu, ia masih SMA, sedang libur sekolah, dan senang menulis lagu. Kemudian saya minta ia memainkan karyanya saat pertemuan pertama itu. Sebelum bermain, ia menjelaskan bahwa lagunya berkisah tentang kerinduannya kepada neneknya yang sudah tiada dan luapan kesedihan yang mendalam karena tidak ada di samping neneknya di saat-saat beliau menghembuskan napas terakhirnya.

suasana menulis lagu / foto: dok. Earhouse

Petikan senar gitar berdenting, tempo lambat cenderung balada, dan ia mulai bernyanyi. “Apa kabar keadaanmu sekarang. Jujur aku rindu atas kasih sayangmu. Kuharap kau baik-baik saja. Dalam keadaan sekarang yang hanya diam”. Sekejap air mata saya menetes perlahan. Tiap lirik saya simak dengan seksama. Saya bisa merasakan kesedihannya karena mengingatkan saya kepada almarhum ibunda. Ya, saya terhubung dengan lagu dan emosinya. Sarat dengan perasaan kehilangan. Begitu lagu usai, ia menawarkan diri untuk bernyanyi lagu selanjutnya. Saya mengiyakan sembari menyeka mata yang basah. Kali ini ritem gitar lebih ramai, tempo lebih cepat, bersemangat, dengan nuansa 90’s alternative rock yang cukup kental dan melodi lagu yang apik. “Riang sudah hilang, rindu pun makin membesar. Hanya gundah yang dirasa. Harapan tak kunjung datang. Kutak ingin kita berpucat dura. Kuhanya ingin kita bersama. merasakan kebahagiaan dunia yang akan kita jalani bersama.”.

Begitu lagu selesai, sekejap semua yang hadir bersorak sorai, bertepuk tangan, dan memujinya. Luapan ekspresi dari teman-teman lain ini adalah bentuk apresiasi spontan terhadap karyanya. Air mata saya reda. Saya bertanya latar belakang lagunya. “Lagu ini tentang kemarahan dan kegelisahan saya kepada orangtua saya, Mbak. Saya kesal sekali karena mereka selalu bertengkar, suasana rumah tidak nyaman, dan yang menyebalkan adalah saya tidak bisa melakukan apa-apa.”, paparnya. “Oh, begitu. Semoga kamu kuat dan sabar, ya, Lagumu bagus sekali. Selamat atas karyamu! Lalu bagaimana sekarang orangtuamu?”, tanya saya memuji dan menunjukkan simpati. “Mereka sudah bercerai.”, jawabnya. Kemudian saya tertegun. Seketika semua menjadi jelas.

Penulis-penulis lagu berbakat / foto: Earhouse

Earhouse Songwriting Club bukan lagi semata-mata hanya menjadi tempat berkumpul para penulis lagu, mengerjakan PR dan saling menunjukkan karya. Ia sudah menjadi rumah bagi beberapa orang, juga bagi saya. Di mana kami bisa saling bercerita tentang apapun, tanpa ekspektasi, tanpa solusi. Kami saling memperdengarkan karya-karya yang lahir dari hati, dari apa yang kami lihat, dengar, rasakan, dan alami. Bisa juga bercerita tentang berbagai hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan pribadi.

Tak ada paksaan untuk selalu bercerita latar belakang lagu, jika memang tidak nyaman, setidaknya kami bisa menikmati karya-karya yang ada. Berbagai kejadian dalam kehidupan, mimpi-mimpi, harapan, cinta, hingga keputusasaan terekam dengan baik oleh masing-masing penulis lagu. Mereka pasti akan mengingat rasa dan detil momen saat menuliskan karyanya. Setiap penulis lagu adalah perekam sejarah, setidaknya sejarah hidupnya sendiri. Menulis lagu bisa menaungi keresahan, kebahagiaan, kesedihan, menjadi teman bagi jiwa-jiwa yang sepi. Setidaknya, seminggu sekali ketika berjumpa, disitulah lahir karya-karya. Menjadi saksi mata atas itu semua adalah karunia yang luar biasa.

_____

Penulis
Endah Widiastuti
Endah Widiastuti merupakan gitaris, penyanyi, dan penulis lagu duo musik Endah N Rhesa yang dibentuk bersama Rhesa, suaminya. Sejak tahun 2004 hingga kini, Endah N Rhesa sudah menghasilkan puluhan lagu yang terdokumentasi dalam 5 album studio, beberapa EP dan single. Selain rekaman dan tampil di panggung, Endah N Rhesa membangun komunitas kreatif di Earhouse, kedai mungil milik mereka di Pasar Kita Pamulang, yang berdiri sejak tahun 2013. Selain bermusik, Endah juga suka bersepeda, membaca, menulis, dan bermain game. Ia memelihara kucing pincang yang selalu membuatnya tersadar bahwa hidup adalah perjuangan dan patut disyukuri mau bagaimana pun kondisinya.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …