Fakta 20 Tahun Album Debut Sheila On 7

Oct 31, 2019

Dari lagu-lagu yang aransemennya coba-coba siapa yang menyangka kalau akhirnya jadi album yang punya sejarahnya sendiri?

Dua dekade sudah berlalu sejak Duta muncul dengan topi aneh mirip kap lampu dan Adam memakai kacamata yang membuatnya lebih mirip atlet renang dalam video klip “Kita”, Eross tampil dengan dandanan yang lebih mirip penjaga villa di “Dan”, Sakti masih berkalung rantai sebelum berganti jadi tasbih di “Anugerah Terindah Yang Pernah Kumiliki”, dan Anton tampak kikuk mencuri pandang ke Dian Sastro di “J.A.P”. Tapi sampai hari ini single-single tadi masih fasih dinyanyikan bahkan oleh mereka yang belum lahir saat klip-klip tadi muncul. Single “Dan” bahkan masih bertengger di chart Billboard Top 100 Indonesia setelah beberapa tahun lalu memuncaki klasemen tangga lagu pop Indonesia di televisi, radio, maupun surat kabar.

Lebih dari itu, apa yang dilakukan cah-cah Jogja tadi dalam album debut perdananya telah memberikan satu penanda penting dalam lanskap industri musik Indonesia. Ada pergeseran kutub dari dominasi Jakarta dan Bandung menuju Yogyakarta juga kota-kota lain yang sebelumnya luput dari radar. Produser-produser tak ragu meninggalkan nyamannya studio di Jakarta untuk blusukan mencari bakat-bakat baru di sempitnya café atau pengapnya studio rekaman kelas dua, pada saat itu.

Pop Hari Ini merangkum berbagai sisik melik dari album s/t milik Sheila On 7 yang tahun ini genap berusia 20 tahun lewat wawancara dan penelusuran arsip-arsip lainnya.

  1. Lagu ‘Kita’ adalah lagu berbahasa Indonesia pertama yang dibuat Sheila Gank, sebelum akhirnya ganti nama. Sebelumnya ada sekitar tiga atau empat lagu, semuanya berbahasa Inggris. “Kalau nggak salah, salah satunya berjudul ‘For A While’,” kata Adam.
  2. Ada sekitar enam lagu yang terpilih sebagai demo, termasuk “Kita” yang merajai chart Ajang Musikal di Geronimo FM, Jogjakarta dan radio-radio sindikasinya. Semua demo direkam di studio Blass di daerah Batikan, Yogyakarta. Tidak ada perubahan signifikan “antara Kita” versi demo dengan versi album. “Sudah ada test case yang bagus sehingga Sony tidak mau ambil risiko,” kata Eross.
  3. Adam mengingat ada sekitaran sepuluh demo yang dibawa, sementara seingat Eross ada sekitar tiga sampai empat demo. “Tapi baru menawarkan ke dua label kami sudah capek wong bisa seharian penuh,” kata Adam. Sejak awal mereka mengincar Sony Music Entertainment Indonesia sebagai target. “Band-band idola kami seperti /rif dan Oasis dirilis oleh Sony,” ujar Eross.
  4. Dalam perjalanan menawarkan demo tadi, mereka mengalami dua kejadian absurd dalam sehari. Pertama saat menawarkan demo ke toko kaset Bulletin yang waktu itu ada di Menteng Plaza. “Begitu kami turun dari bus kota lihat ada plang Bulletin gede banget. Kami masuk ke sana dan nawarkan kaset demo. Ya jelas yang jaga kebingungan, wong toko kok ditawari demo,” kata Adam. Setelah selesai membuat janji untuk bertemu Jan Djuhana, waktu itu A&R Sony Music, mereka menuju kantor label rekaman lain dan bertemu papan reklame bertuliskan Sony. “Ini pasti cabang Sony Music, coba kita tawarkan demo di sini saja siapa tahu malah langsung lolos,” kata Eross. Keluar dari situ mereka malah seperti orang pandir. “Jebul Sony sing dodolan tape (ternyata ini Sony yang jualan tape, -red),” kata Eross.
  5. Eross dan Adam esoknya akhirnya ditemui langsung oleh Pak Jan dan meninggalkan kesan yang baik. “Pak Jan sudah menyinggung soal kemungkinan rekaman. Malah waktu pulang kami diantarkan sampai ke bawah,” kata Adam. Sementara saat menawarkan demo di label berikutnya  mereka malah disarankan untuk mengacu pada The Doors dan…Stinky

    Jan Djuhana / dok. Bayu Herdianto KapanLagi.com

  6. Butuh 24 jam, 2 kali ban meletus di Gombong dan Tasikmalaya, serta sekali kena tipu dalam perjalanan Jogja-Jakarta naik VW Combi tua milik Duta untuk memenuhi undangan audisi dari Sony Music setelah demo rekaman diterima. “Mungkin kalau sekarang kami sudah berantem,” kata Eross.
  7. Sebelum kontrak rekaman diteken, di bulan Oktober 1998, Sony menyarankan untuk mengubah nama Sheila Gank karena kata Gank dianggap berkonotasi negatif. Eross mengusulkan mengganti kata Gank dengan On 7 yang secara aklamasi diterima oleh personel lainnya. “Dulu MC kalau manggil Sheila Gank nggak pernah lengkap. Mendingan dipanjangkan sekalian saja supaya makin susah disebut eh malah setelahnya selalu lengkap dipanggil Sheila On 7,” kata Eross.

    Anton, Eros, Duta, Adam dan Sakti / dok. Sheilaon7.com

  8. Nonton konser Slank di Kridonsono adalah hal yang pertama dilakukan anak-anak Sheila On 7 ketika sukses mendapatkan kontrak rekaman dari Sony. “Sore itu kami mau nonton Slank di Kridosono. Duta sudah jemput ke rumahku dan pintu sudah mau aku kunci. Tiba-tiba ada telepon dari dari Jakarta, ternyata dari Pak Jan…,” kata Adam.
  9. Tiga studio digunakan untuk proses rekaman: Studio 21, Triple M, dan Midilab. Saat rekaman di Triple M, mereka sempat ditawari narkotika oleh bandar yang kerap mangkal di sana. “Tapi diusir sama Mas Anton,” ungkap Adam. Anton yang dimaksud adalah Anton Kurniawan yang jadi manajer mereka selama 12 tahun sebelum mengundurkan diri tahun 2010 lalu.
  10. The Beatles, The Cure, dan Oasis adalah referensi utama dalam penggarapan. “Kami coba-coba untuk masukkan semuanya jadinya vibe lagunya bermacam-macam sampai ada lagu seperti ‘Bobrok’ segala,” kata Eross. Sembilan dari sepuluh lagu digarap oleh Eross, kecuali “Terlintas 2 Kata” yang diciptakan oleh Adam. “Waktu itu aku ingin putus, tapi mutusin cewek pas bulan Ramadhan kok kayaknya nggak berkah. Ya sudah nunggu sampai Lebaran dulu baru putus,” kata Adam.
  11. Sheila On 7 menaruh perhatian khusus pada sound drum Anton. Referensi mereka adalah sound drum Bimo saat masih bergabung di Netral dan Ahmad Band. Lebih dari satu shift dihabiskan hanya untuk mencari setelan sound yang pas sampai Pak Jan senewen. “Tapi kami anggap gagal,” kata Eross. Beberapa tahun kemudian, Bimo bertemu dengan Stephan Santoso yang bertindak sebagai penata rekam. “Sound-nya asyik. Bikinin gue sound kayak gitu dong,” kata Eross menirukan perkataan Bimo. Brian pernah mencoba memberi porsi pada sound drum tadi saat pertama kali resmi menjadi penabuh drum Sheila On 7 di album “Tapi itu percobaan gagal. Wis, kapok,” kata Brian.
  12. Jan Djuhana mengakui salah menaruh “Tertatih” sebagai track pertama karena dianggap berpengaruh tertatihnya hoki penjualan album di minggu-minggu awal perilisan. Baru di “Dan…” penjualan kemudian melesat naik. “Itu adalah inisiatif dari radio-radio yang memilih sendiri ‘Dan…’ untuk diputar,” kata Eross.
  13. Seksi string seluruhnya digarap oleh arranger asal Jogja, Andi “Bayou” Irawan dan dirinya meminta tidak dibayar sepeser pun untuk hasil kerjanya. “Begitu tahu ada band Jogja yang berhasil rekaman di Jakarta, dia menawarkan diri untuk mengisi semua sampling stringnya,” kata Eross. Semuanya berjalan lancar sampai saat mengisi sampling “Dan…”

    Andi Bayou / dok. Kapanlagi.com® – Hendra Gunawan

  14. Karena tidak kunjung menemukan sound cello yang pas dari sampling, “Dan…” nyaris dibuang. “Sampling cello versi demo dibuat sama Adit keyboardist-nya Jikustik. Sony akhirnya mendatangkan keyboardist grup jazz Karimata, Aminoto Kosin yang biasa menggarap “Kami kira akan sekalian digarap. Nggak taunya cuma datang, nyari setelan sound cello yang pas kemudian ditinggal pergi lagi,” kata Eross.

    Aminoto Kasim / dok.https://akmsindo.wordpress.com/faculty/

  15. Meski “Anugerah Terindah….” pernah dituduh menjiplak “Father And Son” namun lagu milik Cat Stevens itu bukanlah referensi utama. “Justru aku ngambil vibe dari ‘Pictures Of You’-nya The Cure, dua chord dua chord yang ada progresi di bagian-bagian akhir,” terang Eross.
  16. Judul “J.A.P” diakui Eross untuk menutupi lirik lagu yang menurutnya “Mosok beat lagunya begitu kok nggak pas sama lirik jadikanlah aku pacarmu,” kata Eross.

    Sheila on 7 dan Dian Sastro Saat Syuting Video JAP / dok. https://www.brilio.net

  17. Mereka sebetulnya sempat merekam “Tunjuk Satu Bintang” dan “Tunggu Aku Di Jakarta” yang akhirnya ada di album kedua, Kisah Klasik Untuk Masa Depan”. “Karena sudah mepet mau mixing dan telinga juga sudah capek, aku gak percaya diri sama hasilnya dan diputuskan buat disimpan dulu,” kata Duta. Saat rekaman album kedua, Duta berkeinginan untuk merekam kembali bagian vokalnya. “Tapi ketika didengarkan kembali, saya tarik keinginan saya tadi. Ternyata hasilnya sudah oke.”
  18. Rekaman track drum untuk lagu “Perhatikan, Rani!” dilakukan di Studio 21, Pluit, Jakarta Utara. Dalam sebuah wawancara, Anton yang saat itu masih menjadi drummer mengakui ada suara kendang conga yang ikut terekam. Padahal instrumen musik itu tidak dimainkan karena ditutup kain agar suaranya tidak bocor dan baru diketahui saat proses mixing.
  19. Ada lima lagu yang dibuatkan videoklipnya. “Kalau band-band lain biasanya paling pol dua klip,” kata Adam. Masing-masing klip adalah “Kita”, “Dan…”, ‘Anugerah Terindah Yang Pernah Ku Miliki”, “J.A.P”, serta “Perhatikan, Rani!”. Video klip “Kita” yang menampilkan pemeran sinetron Lupus Millenia adalah video klip versi kedua. Versi pertamanya bahkan sampai hari ini tidak diketahui wujudnya seperti apa. “Kami sudah selesai syuting. Tiba-tiba entah bagaimana kesepakatan Sony dengan PH sinetron itu akhirnya kami syuting lagi,” kata Eross.
    /li>
  20. Desain sampul album dikerjakan oleh Lesin yang menciptakan pose ikonik rambut kribo Achmad Albar di sampul album God Bless sampai menggarap sampul album Pandawa Lima milik Dewa 19. Pengambilan foto dilakukan oleh Hanggoro Romadhony di Bebeng, Kaliurang, Jogjakarta. Lokasi tadi sekarang sudah hancur terkena erupsi gunung Merapi tahun 2006 silam.

 

Sampul album Dewa 19 -Pandawa Lima dan God Bless – S/T

 

____

 

Penulis
Fakhri Zakaria
Penulis lepas. Baru saja menulis dan merilis buku berjudul LOKANANTA, tentang kiprah label dan studio rekaman legendaris milik pemerintah Republik Indonesia dalam lima tahun terakhir. Sehari-hari mengisi waktu luang dengan menjadi pegawai negeri sipil dan mengumpulkan serta menulis album-album musik pop Indonesia di blognya http://masjaki.com/

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …