Feby Putri – 2016 

Apr 14, 2023

Kemunculan penyanyi solo yang baru tak selalu bisa memberikan penyegaran. Namun, keberadaan mereka dengan warna musik yang seragam dan lirik yang puitis, justru sangat mungkin cepat diterima oleh pasar. 

Memang pertaruhan untuk bisa mendapatkan perhatian semua orang di era streaming ini. Feby Putri berhasil meraih angka besar di fase awal karier, setelah ia muncul pertama kali dengan single “Halu” tahun 2019. 

Bukan cuma pernah masuk Top Songs Indonesia versi Spotify, Feby yang sudah mencatat 6,1 juta lebih pendengar bulanan juga mendapat sambutan dari negara tetangga lewat konser solo di Kuala Lumpur bulan Maret lalu. 

Masih di bulan yang sama, Feby kembali membawa suguhan baru melalui peluncuran album mini perdana 2016. Album ini disebut wujud mimpi masa remajanya. Ia menamakan 2016 sebagai tahun permulaan menuliskan lagu.

Tidak benar-benar baru, Feby membuat album 2016 ini hasil dari mengolah simpanan masa lalu. Saya langsung bisa membayangkan, lagu pertama “orang yang sama, masa yang beda (intro)” cocok dimainkan untuk membuka aksi panggungnya. 

Lagu kedua di album ini berjudul “andai kata” tentang bagaimana memendam perasaan. Saya terpikat dengan aransemen musiknya. Bunyi-bunyian yang dipakai cukup menyeimbangi vokal Feby yang biasa. 

Kemudian artikulasi Feby bernyanyi malah baru jelas saat ia mengutarakan kesedihan di lagu yang ketiga “sendiri dulu”. Lantaran tak ingin terjatuh lagi dan merasa kecewa, Feby menyerah dalam kesendirian.

Lagu yang keempat “bagai bintang bulan” soal melupakan. Sementara lagu yang terakhir “detik, menit, jam” masih melibatkan perasaan. Feby menunjukkan pribadi yang egois di lagu ini, tertuang dalam potongan lirik “Di hidupku, apapun kulakukan hanya untukku”.

Sepatutnya tak pernah sulit menuliskan yang benar untuk judul lagu. Jika per kata sengaja dibuat tanpa awalan huruf besar demi menunjukkan kerendahan hati. Saya memaklumi ulah musisi kekinian seperti Feby yang ingin terlihat sederhana atau beda. 

Walaupun semua lirik lagu yang tertulis tidak praktis dicerna. Album mini 2016 secara keseluruhan memiliki permainan gitar akustik dan elektrik yang bagus untuk menolong segala kekurangannya.


 

Penulis
Pohan
Suka kamu, ngopi, motret, ngetik, dan hari semakin tua bagi jiwa yang sepi.

Eksplor konten lain Pophariini

Rangkuman Tur MALIQ & D’Essentials Can Machines Fall In Love? di 5 Kota

Setelah menggelar Can Machines Fall in Love? Exhibition tanggal 7 Mei-9 Juni 2024 di Melting Pot, GF, ASHTA District 8, Jakarta Selatan, MALIQ & D’Essentials melanjutkan perjalanan dengan menggelar tur musik perdana dalam rangka …

5 Lagu Rock Indonesia Pilihan Coldiac 

Coldiac menyelesaikan rangkaian tur The Garden Session hari Kamis, 12 Desember 2024 di Lucy in the Sky SCBD, Jakarta Selatan. Tur ini secara keseluruhan singgah di 7 kota termasuk Balikpapan, Samarinda, Medan, Solo, Bandung, …